“Victoria!”
Victoria menoleh dan terkejut seraya berteriak kencang, “Ibu!!!!”
“Victoria, jangan kemari!”
“Tidak!!! Jangan bunuh ibu dan kakakku!!!”pinta Victoria menjerit dengan air mata jatuh menetes membasahi wajahnya.
“Victoria!”
“Kumohon, jangan! Kau sudah berjanji tak akan membunuh mereka, James!”pekik Victoria menatap kepada James yang menyeringai dengan pisau di tangan yang mengarah ke leher Ibu Victoria. Sementara sang kakak berlutut tak berdaya dengan para prajurit yang menjaganya.
“Victoria, lari!!”teriak Arthur.
“Diam kau!”seru seorang prajurit memukul kepala Arthur hingga terjatuh.
“Hentikan!! Kenapa kau begitu kejam?!!!”
James hanya tersenyum miring. Sorot matanya begitu dingin dan menakutkan. Dengan gerakan cepat, ia menebas leher Millicent. Menyebabkan darah mengalir keluar dari luka di leher ibu Victoria.
“Tidaaaaaaaaak……..”
“Aargh…..”
Victoria terbangun dengan napas memburu di tengah kegelapan malam. Beberapa menit ia merasa panik sebelum akhirnya menyadari bahwa ia baru saja bermimpi. Keringat membasahi kening dan gaun tidurnya. Ia terisak mengingat mimpinya tadi. Meski hanya mimpi, terasa begitu nyata. Cukup untuk membuatnya ketakutan dan cemas.
“Oh…ibu….kakak….”gumam Victoria gemetar sambil menutup wajah dengan ke dua tangan dan terisak.
Beberapa saat kemudian sang ratu mulai tenang dan Victoria menyalakan lilin di samping tempat tidurnya. Cahaya lilin pun menerangi ruang tidurnya yang luas dan mewah. Namun ia merasa kesepian. Victoria merasa rindu dengan keluarganya. Dengan kehidupannya dulu di mana ia lebih bahagia bersama keluarganya.
Ia beranjak bangun. Berdiri dan mengambil gelas berisi air. Membiarkan cairan itu masuk dan membasahi tenggorokannya yang kering. Lalu meletakkannya kembali di atas meja.
"Ibu.....bagaimana kabarmu kini...." gumam Victoria.
Mata Victoria refleks mengarah ke arah menara yang terlihat dari jendela kamarnya. Ia merasa heran. Terlihat cahaya di jendela atas menara. "Apa yang ibu lakukan di larut malam seperti ini?!"bisiknya heran.
Merasa cemas dan penasaran, ia pun memutuskan untuk pergi ke menara. Victoria meraih jubah malam dan memakainya. Perlahan tangannya membuka pintu. Tak ada prajurit yang berjaga di lorong. Sang ratu pun keluar dan berjalan sambil memperhatikan sekitarnya.
Tak lama kemudian ia tiba di area dekat menara. Matanya membulat dan ia menahan napas seraya bersembunyi di balik pohon. Terlihat beberapa prajurit berdiri di pintu masuk menara.
'Apa yang terjadi?'tanyanya dalam hati dengan panik dan tegang. Kenapa ada prajurit di menara? Apakah mereka hanya berjaga? Ataukah James sedang ada di atas? Tidak mungkin, bisiknya. James sangat membenci ibunya. Mungkinkah Simon atau Charles?
Victoria mengintip saat mendengar suara. Ia membekap mulutnya melihat sosok James keluar dari dalam menara. Tak hanya itu, di belakangnya tampak Arabella ikut melangkah keluar dengan tangan terikat dan di kawal prajurit. Wajah wanita itu tampak sendu.
"Ibu....."gumam Victoria panik. Ia tak mengerti dengan apa yang terjadi. Kenapa james bisa berada di sini? Dan hendak di bawa ke mana ibu dari suaminya itu?! Jantungnya bertalu begitu kencang. Ia mempertimbangkan haruskah ia keluar dan bertanya? Ataukah ia lebih baik di sini dan hanya bisa melihat Arabella di bawa entah ke mana?
Dalam satu tarikan napas, Victoria keluar dari balik pohon dan berseru, "Hentikan!"
Sekumpulan orang yang berada dekat menara pun berhenti melangkah dan menoleh ke arah sang ratu. Beberapa prajurit menunjukkan raut wajah terkejut. Tapi tidak dengan James. Pria itu tetap memasang wajah dingin dan kaku. Matanya nyaris menyipit sejenak melihat sosok Victoria.
"Apa yang sedang kau lakukan?!"tanya Victoria mendekat. Ia tahu ia sedang berbuat nekat. Mengabaikan sorot mata Arabella yang menatapnya dan menggelengkan kepala perlahan, memberi tanda agar ia tidak mendekat.
James terus menatap istrinya hingga mereka saling berhadapan. "Seharusnya aku yang bertanya, Ratuku, apa yang kau lakukan di sini semalam ini?"tanyanya dengan nada tenang namun berbahaya.
Victoria membalas tatapan James. "Aku tak bisa tidur."
James tersenyum sinis. "Ah begitukah? Dan apakah karena kau tak bisa tidur, kau hendak mengunjungi wanita ini untuk memberontak terhadapku?!"tanya James dengan tajam.
Victoria mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"
James mengangkat tangan dengan sebuah gulungan kertas dalam pegangannya. Matanya menatap tajam kepada Victoria. "Kertas ini adalah bukti bahwa kau bersekongkol dengan ibuku untuk pemberontakan. Aku akan menghukum ibuku atas dasar pemberontakan, karena menghasutmu untuk melawanku! Dan kau, akan menjalani hukuman kurungan di kamarmu dalam beberapa waktu!"
Victoria terdiam seraya mencerna perkataan James. Ia menatap kertas itu dengan tak mengerti. "Apa maksudmu? Aku tak pernah merencanakan apapun dengan ibuku, aku...."
"Jadi kau mengakui bahwa kau sering mengunjunginya bukan?!"
Victoria terdiam seraya menelan ludah. Ia terlanjur bicara. Tidak, makinya, aku akan membahayakan ibu karena ulahku ini.
"James, lepaskan Victoria. Ia tidak bersalah."ujar Arabella.
"Ibu!"ujar Victoria. "Kami tidak bersalah! Ini jebakan! Kami tidak pernah merencanakan apapun, James, percayalah padaku!"
"Lalu apa ini artinya, hah?!!"seru James membuka kasar gulungan kertas itu hingga terbuka di hadapan Victoria.
Victoria menatap tulisan di kertas itu dengan dahi berkerut. Penuh dengan tulisan serta gambar yang ia tidak paham, tapi dirinya tahu seseorang menjebaknya. Ia tak pernah melihat kertas itu. "Ini jebakan...aku tak tahu apapun mengenai kertas ini!"
James tertawa sinis. "Kalau begitu kenapa kertas ini bisa berada di menara? Dan kenapa kau selalu diam-diam mengunjunginya?!!"
Victoria pun menyadari bahwa ia tepergok. Ia lengah. Ada sosok jahat yang ingin mencelakai dirinya. "James...."
"Bawa wanita ini pergi! Hukuman mati akan dilakukan besok! Dan bawa istriku ke kamarnya lalu kunci! Ia tak boleh keluar dari kamarnya. Jaga kamarnya!!!" seru James.
"James, kau tak bisa berbuat begitu! Dia ibumu!" seru Victoria saat prajurit menariknya menjauh. "Ibu!!!" serunya tak berdaya melihat Arabella di bawa pergi. Ia melihat Arabella tersenyum mengangguk padanya, seakan semua baik saja.
"Lepaskan aku! Kalian berbuat kesalahan! Tuduhan itu palsu!!" jerit Victoria.
Prajurit yang menyeret mengabaikan teriakan sang ratu dan terus menariknya masuk ke dalam. Teriakan Victoria terdengar nyaring di lorong istana. Ia berteriak memanggil Simon dan Charles, tapi ke dua orang pria itu tak terlihat. Victoria terus berteriak hingga ia dipaksa masuk ke dalam ruang tidur dan pintu di kunci.
Victoria menghampiri pintu dan mengedornya. "Buka pintunya!!"serunya. "Buka!!!"
Victoria terisak dan menempelkan dahinya di pintu. Sekeras apapun usahanya tetap tak akan ada yang membuka pintunya. Ia telah di tuduh bekerja sama dengan Arabella sebagai pengkhianat.
"Ibu....." isaknya.
---------
Victoria terbangun saat merasakan rasa pegal di lehernya. Tanpa sadar ia tertidur bersandarkan pintu. Ia mengerang saat menggerakkan tubuhnya yang kaku. Ia teringat dengan kejadian tadi malam. Perlahan Victoria berjalan menuju jendela. Melihat ke arah bawah di mana aktivitas para penghuni istana berjalan seperti biasa. Tapi ia tahu peristiwa semalam pasti sudah menyebar di istana.
Ia menatap menara. Air mata kembali menggenang. Ia tahu menara itu kini kosong. Arabella telah dipindahkan ke penjara. Terdengar suara kunci pintu di buka. Victoria menoleh ke belakang.
"Simon...."
Simon masuk setelah memberi tanda pada penjaga untuk menutup pintu. "Victoria!"
"Oh Simon!" sahut Victoria merasa lega melihat kehadiran adik iparnya.
"Kau baik saja? Wajahmu pucat...."
"Aku baik saja. Simon, aku tak pernah melakukan perbuatan ini, ini jebakan. Kau percaya padaku kan?!"
Simon mengangguk. Lalu wajahnya berubah sendu. "Aku sudah mendengar semuanya...."
"Bagaimana ibu? Apa kau sudah melihatnya?!"
"Victoria, kau tak pernah cerita selalu mengunjungi ibuku."
"Maafkan aku....aku tak ingin kau terlibat masalah. Aku....maafkan aku, Simon, karena aku, ibumu....." isak Victoria.
"Ssttttt....jangan menangis lagi. Semua akan baik saja."
"Tapi ibumu...."
"Kakakku sangat marah saat mendengar gosip mengenai gulungan kertas itu. Tapi aku tak menduga ia akan bertindak seperti ini. Ibu...." gumam Simon dengan suara tercekat. "Ibu akan di hukum mati besok....."
Victoria menahan napas. "Tidak! Itu tak boleh terjadi! Ibu tak bersalah! Kami tak pernah merencanakan untuk mengkhianati!! Ijinkan aku menemui James..."
"Percuma, Victoria. James tak akan mau bertemu denganmu. Kau juga dijatuhi hukuman kurungan selama waktu yang ditentukan oleh kakakku. James sangat marah."
"Tapi kami tak bersalah...." gumam Victoria dengan nada sendu.
"Aku tahu. Aku akan mencoba mencari solusi untukmu. Aku harus pergi, tak bisa lama. Kau harus kuat, Victoria. Aku akan membantumu...."
"Terima kasih......"
Simon mengangguk lalu membalikkan badan untuk keluar. Sebelum menutup pintu ia menatap dan mengangguk kepada Victoria. Victoria terisak saat pintu sudah tertutup.
"Maafkan aku....karena aku....seharusnya aku tak pernah naik ke menara....oh ibu......" tangisnya pilu.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasíaSekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...