Sudah seminggu berlalu. Victoria masih di kurung di ruang tidurnya sendiri bersama Betty. Tapi kebutuhan mereka selalu dipenuhi. Setiap hari pelayan membawakan makanan, minuman serta keperluan lainnya di bawah pengawasan prajurit. Victoria tak bisa menanyai para pelayan itu. Ia takut prajurit akan marah dan melukai pelayannya.
Ia tak tahu bagaimana kabar ibu dan kakaknya kini. Apa mereka masih berada di penjara? Apa mereka sehat dan baik saja? Ataukah mereka sudah di bunuh oleh James? Tidak, batinnya, James tak mungkin sudab membunuh ibu dan Arthur. Sampai saat ini James belum menemui dan meminta jawaban atas penawarannya. Ia tak tahu ke mana pria itu.
"Putri...."sapa Betty mendekati Victoria yang sedang menopang dagu di jendela pada suatu sore.
Victoria hanya bergumam. Kini ia selalu duduk dekat jendela dan memandangi menara penjara yang menjulang tinggi dekat istana. "Aku mengkhawatirkan ibu dan kakakku. Apa mereka baik saja?"
Betty ikut menatap ke arah atas. Melihat jendela-jendela kecil yang tertutup kawat agar para tahanan tak dapat melarikan diri. Ia menarik napas. Merasa ironis karena majikannya di kurung dalam tempat tinggalnya sendiri.
"Kurasa Yang Mulia baik saja. Karena pria jahat itu belum meminta jawaban dari tuan putri bukan?! Seharusnya mereka masih berada di sana...."
"Ya. Kuharap kau benar. Tapi, ke mana James? Kukira ia akan segera meminta jawaban dariku. Aku tak mengerti....."
"Aku juga tak tahu, tuan putri."sahut Betty.
Mereka kembali terdiam. Memandangi keadaan di luar. Victoria melihat tamannya yang masih sama. Hanya orangnya yang kini berbeda. Semuanya adalah anak buah James.
"Tuan putri, apa aku boleh bertanya?"
Victoria menoleh pada pelayannya. "Ada apa, Betty?"
Betty tampak ragu. Victoria menatapnya seraya menaikkan alis, menunggu pertanyaan darinya. "Apa jawaban yang akan kau berikan nanti, tuan putri?"
Victoria menghela napas. "Itulah yang aku pikirkan selama ini. Aku tahu jika menolaknya, ia pasti akan membunuh kita semua. Dan aku tak mau hal itu terjadi..."
"Jadi, apakah kau akan menerima tawarannya?"
"Aku tak bisa membayangkan jika harus menikah dengannya. Pria berhati keji seperti itu. Aku tak menduga James seperti itu. Pada awal aku bertemu dengannya, ia begitu baik dan ramah...."
Betty menoleh pada Victoria. Matanya melebar. "Kalian sempat bertemu sebelumnya?!"
Victoria terdiam. Pipinya terasa panas.
Betty melihat perubahan pada rona wajah Victoria. "Oh tuan putri, jangan katakan jika kau memiliki perasaan padanya?!"tukas Betty terkejut.
"A..aku...aku akui memang menyukainya saat pertama bertemu. Tapi aku tak menyangka ia seorang raja yang memimpin pemberontakan terhadap kerajaanku...aku...ah entahlah...." ucap Victoria beranjak bangun dari jendela. Ia tak tahu harus bagaimana.
"Kau belum menceritakan bagaimana kalian bisa bertemu..."
Victoria duduk di tepi tempat tidur. Menatap Betty yang masih duduk di jendela. Ia menarik napas. Perlahan Victoria pun menceritakan pertemuan pertamanya dengan James.
Betty tersenyum kecil ketika Victoria selesai bercerita. Ia bisa menangkap perasaan majikannya pada pria itu. Yah siapa yang bisa menolak pesona pria bermata biru itu. Andai saja pria itu tidak kejam, semua pasti akan berbeda. "Akhirnya kau menemukannya."
Victoria mendongak padanya. "Apa maksudmu?"tanyanya tak mengerti.
"Kau telah menemukan calon pendampingmu, tuan putri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)
FantasiSekuel The Exileed Queen Di hari ulang tahunnya yang ke 19 tahun, putri Victoria mengadakan pesta untuk mencari calon pendamping hidupnya. Tapi siapa sangka hari istimewanya menjadi bencana bagi Putri Victoria. Istana tempat tinggalnya mengalami pe...