19

3.4K 250 23
                                    

Victoria terlonjak kaget saat pintu terbuka dengan suara keras. Buku di tangannya sampai terjatuh. Matanya menoleh ke arah pintu dan terbelalak tak percaya.

"James?!"

Sungguh, ia tak menduga bahwa suaminya akan kembali ke ruang tidur mereka. Sejak kejadian di desa Bellamy, James seakan menghilang. Seperti menghindar darinya. Mereka seperti dua orang asing yang tak saling mengenal. Dan saat ini pun mereka merasa canggung. Perlahan James menutup pintu. Melangkah masuk sambil mengaruk tengkuknya.

Victoria berdiri. "Kau mau minum?"

"Ya."

Victoria mendekati meja. Mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Saat membalikkan badan, Victoria melihat James sedang mengganti bajunya. Ia baru saja memakai celana, membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka. Wajah Victoria terasa panas melihat dada bidang James serta lengan kekarnya. Membuat teringat akan malam panas mereka. Perlahan ia mendekati James dengan jantung berdebar kencang.

"Minumlah, James." ujar Victoria. Ia melihat suaminya mengambil gelas dan segera meneguk hingga habis. "Kau dari mana saja?"

James menatap dengan alis terangkat. "Apa maksudmu?"

"Ke mana saja kau selama ini? Aku tahu kau menghindariku...." gumam Victoria.

James mendesah. "Kumohon, jangan bicarakan hal ini lagi...."

"James, kita sudah menjadi suami istri. Kita harus saling terbuka dan percaya. Sekarang, bagaimana aku bisa percaya padamu jika kau menjauhiku dan tak ingin membicarakan masalah di desa itu?!"seru Victoria.

"Apa yang ingin kaubicarakan?!"

Victoria menarik napas. "Aku sudah tahu...."

James memandangi Victoria dengan alis berkerut. "Maksudmu..."

"Aku sudah tahu perihal ibumu." gumam Victoria.

James terdiam. Lalu mendadak ia terkekeh. "Sekarang kau sudah tahu bukan?! Pasti kau menertawakan aku. Masa kecilku memang menyedihkan..."ujarnya mengalihkan mata ke arah lain.

"Aku tidak menertawakanmu."bisik Victoria menatapnya dengan sendu.

James menoleh padanya. Melihat sorot mata lembut Victoria. Mereka saling menatap hingga perlahan James mendekat. Tangannya terulur menyentuh sisi wajah Victoria. Mengusap kulitnya yang halus. Victoria menahan napas merasakan jari James yang hangat. Seakan ada sengatan listrik di tiap sentuhannya. Ia merasakan getaran aneh di dada dan perutnya.

"Aku benci ibuku...."

"James, pasti ada alasan mengapa ibumu melakukannya. Kau harus bisa memaafkan ibumu."bisik Victoria dengan suara bergetar.

"Kuharap kau tak akan melakukan perbuatan seperti ibuku." ujar James.

"Aku pasti akan menjaga anak-anakku."

"Aku percaya itu." sahut James yang mendekatkan wajah dan mencium bibir Victoria.

James memberikan ciuman panas. Liar dan penuh kerinduan. Ia melumat dan menyesap dengan mengebu. Merasa tak puas, bibirnya beralih menuju leher jenjang Victoria. Mencium dan memberi tanda di sana.

"Ah James...." erang Victoria memegang pundak James.

James melepaskan ciumannya. Menatap Victoria yang sudah larut dalam gairah. Menatap sayu padanya. Begitu pula dengan dirinya. "Ayo ke tempat tidur, Victoria...."bisiknya dengan suara serak.


------


Victoria terbangun. Merasakan sesuatu yang hangat memeluk pinggangnya. Ia menoleh ke belakang. Melihat James masih tertidur pulas sambil memeluknya. Ia bisa merasa dada James yang liat menyentuh punggungnya. Wajahnya memanas mengingat apa yang mereka lakukan tadi malam.

Percintaan mereka begitu panas dan liar setelah lama berpisah dan menahan diri. Tadi malam, James kembali menjadi pria yang ia kenal. Sosok yang menarik hatinya dulu. Ia berharap James tidak akan berubah lagi. Ia berharap bisa mengubah sikap kaku dan dingin suaminya.

Victoria menyayangi suaminya. Ia ingin memiliki keluarga yang bahagia dengan James. Menjadi ibu dari anak-anaknya dan mendidik mereka. Namun ia merasa James seperti tak ingin dekat dengannya. Seakan ia membangun sebuah tembok pemisah di antara mereka berdua. Gerakan Victoria membangunkan James. Pria itu membuka matanya dengan tangan masih memeluknya.

"Kau sudah bangun?"tanya James dengan suara serak dan berat membuat gairah Victoria kembali tergelitik.

Victoria menoleh. Ia bergeser hingga berbaring menatap James. "Selamat pagi."bisiknya. James yang baru bangun tidur terlihat lucu di matanya. Juga begitu seksi. Dadanya terbuka.

James menyentuh pipi Victoria dan mengecupnya. "Selamat pagi, Victoria...."

"James, apa kau menyesal menikah denganku?"

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?" tanya James bingung.

"Tidak. Aku hanya bertanya. Aku merasa....kau seperti jauh dariku. Kita selalu bersama di sini, tapi kau seperti orang asing bagiku."

"Maaf jika selama ini aku sibuk...."

"Bisa tidak, jika kita lebih banyak meluangkan waktu bersama? Berbincang santai, tanpa membahas masalah kerajaan."pinta Victoria.

James menatapnya. "Akan aku usahakan, Victoria."

Victoria tersenyum menatapnya. "Apa kau masih tak bisa memaafkan ibumu?"tanyanya.

James menarik napas kasar. "Jangan bahas wanita itu lagi, Victoria, aku mohon..."

"Tapi, James....ia adalah ibumu...."

Wajah James berubah keras dan seperti menahan amarah. Ia beranjak bangun. Nyaris melempar selimutnya. "Aku tak suka membahas wanita itu!" serunya meraih celana, memakainya dan bergegas keluar dari sana sambil membanting pintu.

"James!" panggil Victoria. Tapi suaminya mengabaikannya. Victoria meremas sprei dan mengerang kesal. Ia memaki dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak membahas masalah itu. Padahal tadi James sudah berubah lembut dengannya. Baru saja ia berhasil menjangkau James, kini pria itu kembali menjauh karena topik sensitif tersebut.

"Ah....Victoria, kau sungguh bodoh!"gumamnya kesal.


------


James mengayunkan pedang dan mengenai pedang Charles, menimbulkan suara dentingan besi beradu yang sangat keras. Menghentikan kegiatan latihan semua prajurit di lapangan dan memperhatikan mereka.

Charles menahan dan menangkis ayunan pedang James. Ia tertawa sambil mengusap keringat yang sudah membanjiri wajahnya. "Ayo, lanjut..."gumamnya dengan napas terengah.

James menyeringai dan kembali menyerang adiknya dengan membabi buta. Charles menghindar dan menangkis. Sejak dulu James memang mahir memainkan pedang. Tak pernah ada yang berhasil mengalahkannya. Tapi kali ini, Charles merasa ada yang berbeda dengan ayunan pedang kakaknya. James terlihat marah. Matanya berkilat penuh kebencian. Setiap ayunan pedangnya seakan ia mengerahkan seluruh tenaganya. Dan kakaknya tak terlihat lelah sedikit pun.

"Hei, kau kenapa?" tanya Charles menahan ayunan pedangnya. "Apa kau tidak mendapat jatah tadi malam?!" sambungnya seraya meringis.

"Bukan urusanmu!" sahut James berusaha mendorong mundur Charles agar bisa mengalahkannya.

"Aku tak akan kalah, kak!" seru Charles seraya berteriak menahan dan menangkis pedangnya. Ia bergerak mundur, mengayunkan pedang ke kiri dan kanan melawan James.

"Hei aku bukan musuhmu! Aku adikmu. Kau jangan lupa kalau kita hanya sedang berlatih!" seru Charles melihat James terus menyerang dengan tatapan bengis seakan ia adalah seorang pemberontak.

James tak menjawab dan terus menyerang. Charles berteriak kesal tapi ia terus melawan kakaknya. Meladeni setiap ayunan dan hunus pedangnya. Latihan mereka berdua telah menarik perhatian semua orang. Teriakan dan desingan pedang serta suara perpaduan pedang terdengar hingga bergema jauh, dan menarik perhatian yang berada di dalam istana.

Victoria pun mendengar suara keributan itu. Ia yang pernah trauma dengan penyerangan saat pesta ulang tahunnya langsung berhenti melangkah. Kepalanya menoleh kepada Betty yang juga menatapnya dengan mata melebar ketakutan dan tangannya sudah mencengkeram lengan Victoria. Jantungnya berdebar kencang. Apa terjadi serangan lagi, tanyanya, tapi tak mungkin....

Victoria keluar menuju balkon, di ikuti oleh Betty dan berhenti di tepi balkon. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat ke arah sumber suara ribut tersebut yang berasal dari lapangan. Tampak sekumpulan manusia berdiri di ujung lapangan, memandangi dua orang yang sedang bertarung di tengah. Terdengar suara besi beradu serta teriakan.

"Yang Mulia Raja sedang bertarung atau berlatih?!" tanya Betty heran.

"Seharusnya mereka hanya latihan."sahut Victoria.

"Mereka...tak terlihat sedang berlatih, Yang Mulia Ratu."gumam Betty.

Victoria membenarkan pendapat pelayannya. Dari suara pedang memang mereka seperti sedang bertarung. Ia bisa melihat James yang terus menyerang dan mendesak Charles. "Mereka bisa terluka jika tidak dihentikan!"ujarnya membalikkan badan dan berjalan masuk.

"Yang Mulia hendak ke mana?" tanya Betty bergegas menyusulnya.

"Aku harus menghentikan mereka sebelum ada yang terluka!"

"Yang Mulia, tunggu aku...." tukas Betty mencoba mengikuti Victoria dengan langkah bergegas.

Victoria tidak berhenti untuk menunggu Betty. Ia terus melangkah dan tahu bahwa pelayannya masih berada di belakangnya. Semakin dekat jaraknya ke lapangan, Victoria semakin jelas mendengar suara pertarungan James dengan adiknya. Victoria tahu mereka hanya berlatih bertarung, tapi suara dan gerakan James membuatnya cemas. Apa yang dilakukan oleh suaminya sama sekali tidak mencerminkan sedang berlatih. James seperti sedang berperang. Suara langkah kaki Victoria terdengar oleh orang yang sedang menonton di pinggir lapangan. Mereka menoleh dan segera membungkuk serta memberi jalan untuk sang ratu.

Victoria melihat James masih beradu pedang dengan Charles. Wajah ke duanya sudah basah karena keringat. Charles pun terlihat mulai kewalahan. Pria itu masih sanggup menahan dan melawan, tapi tenaganya mulai habis.

"James!" seru Victoria.

Suaranya yang menggema membuat gerakan ke dua pria itu terhenti dan semua orang menoleh ke arahnya.

"Victoria?" tanya James dengan napas memburu.

Charles mengusap keringat di wajah seraya melemparkan pedangnya. Terlihat lega karena sang ratu membantu menghentikan tindakan kakaknya.

"Yang Mulia, tunggu!" seru Betty berniat menahan Victoria yang terlihat hendak mendekati sang raja,  tapi ia terlambat.

Victoria berjalan mendekati suaminya dan Charles. "Apa yang kalian lakukan?!"

"Kami? Tentu saja berlatih." sahut James.

Victoria mengenyitkan dahi. "Tapi kalian tidak seperti berlatih. Kalian seperti hendak membunuh satu sama lain."

"Kalau tak serius, nyawa kami berdua bisa melayang dalam medan perang."ujar James.

"Tapi kali ini berbeda, James." gumam Victoria mendekatinya. "Apa kau masih marah karena ucapanku tadi pagi?" bisiknya.

James terdiam kaku. Wajahnya mengeras.

"Hmmm....memang ada pembicaraan apa?" tanya Charles penasaran.

"Bukan urusanmu!" sahut James dan Victoria bersamaan.

Charles terkejut. Matanya melebar. Sedetik kemudian ia menyeringai. "Kalian semakin cocok saja...."godanya membuat pipi Victoria merona. "Aku akan membersihkan diri lebih dulu. Sampai jumpa!"sambungnya sambil melangkah menjauh dan melambaikan tangan. Kepergian Charles membuat sebagian orang yang menonton ikut menyingkir. Kembali melakukan kegiatannya.

Kini tinggal Victoria berdua dengan James. Sebenarnya James merasa terganggu dengan kedatangan Victoria. Jika Victoria tidak menghentikan mereka, seharusnya James bisa memenangkan pertarungan tadi.

Victoria mengambil sehelai sapu tangan. Ia mendekati James dan mengulurkan tangan. "Kau berkeringat!"tukasnya seraya mengusap wajah James yang basah.

James terkejut dengan tindakan Victoria. Posisi mereka yang berdekatan membuat ia bisa menghirup aroma tubuh Victoria yang harum. Ia jadi teringat dengan malam panas mereka kemarin. Bagaimana lembutnya kulit Victoria di tangannya. Begitu wangi tubuhnya menggoda. Semua ingatan itu menimbulkan gairahnya bangkit kembali.

"Hentikan!"tukas James memegang tangan Victoria.

Victoria terkejut. Matanya melebar seraya terpekik pelan. Ia menatap James dan melihat pandangan mata suaminya yang membara terarah padanya. "James...."

"Kau...apa kau ingin menggodaku?"

Victoria menelan ludah. "Aku hanya ingin mengelap keringatmu. Apa itu salah sebagai istrimu?"

"Tidak...sama sekali tidak...hanya saja...." gumam James salah tingkah.

Victoria tersenyum kecil. "Apa perbuatanku telah memancing gairahmu?"tanyanya dengan suara lirih dan menggoda. James membalas tatapannya. "Aku menyayangimu, James. Apa kau tak mau membawaku ke ruang tidur kita?"

"Victoria, kau...."desis James.

"Bawa aku, James..."gumam Victoria mengusap sisi wajah James dengan gerakan menggoda.

James tersenyum miring. Ia memegang lengan Victoria dan membawanya masuk ke dalam istana.

"Aku baru tahu kalau kau memiliki sikap penggoda."ucap James sambil melangkah menuju ruang tidur mereka di lantai dua.

"Apa kau menyukai sisi lainku ini?!"

James tertawa. "Kau tahu? Kau memang wanita yang unik. Sungguh berbeda dengan putri lainnya yang hanya diam dan menuruti semua permintaanku."ucapnya.

"Aku hanya manusia biasa, James. Tak ada salahnya bukan jika aku menyatakan keinginanku. Apalagi keinginanku ini pasti tak akan kau tolak."ujar Victoria menoleh pada James dan melemparkan senyum menggoda. "Dan kita sudah menjadi suami istri yang sah...."

James menatapnya lalu tersenyum. "Kau akan menjadi ratu yang tak akan terlupakan..."

"Kuharap demikian." sahut Victoria.

James membuka pintu dan segera menutupnya. Ia mendorong tubuh Victoria hingga menempel di dinding sebelah pintu dan segera menyerangnya dengan ciuman panas. Victoria menyambut dan membalas ciumannya.

Tubuh James yang beraroma khas pria bercampur keringat sama sekali tidak menghalangi Victoria. Ia justru menyukai aroma suaminya. Begitu maskulin. Victoria memeluk leher James. Membiarkan pria itu mengecup leher dan turun ke dadanya.

"James...."erang Victoria seraya melengkungkan punggung merasakan lidah dan bibir suaminya bermain di dadanya. Membuat kakinya terasa lemas dan nyaris merosot andai ia tidak memegang lengan James.

"Ke tempat tidur, sayang....."bisik James dengan suara seraknya.






Tbc....
Part ini kyknya ga asik bgt y....datar....hahaha....maaf ya...semoga di part selanjutnya lebih seru....
See u

Unforgetable Queen (HIATUS) (Sekuel The Exileed Queen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang