Perfectionist
Actor
&
MeSecercah cahaya menelusup masuk melalui celah jendela. Memancing penerangan yang lambat laun menyilaukan mata Seulgi yang terbaring lesu di atas ranjangnya.
Seulgi perlahan-lahan membuka matanya yang terasa berat.
Sebuah tangan melingkar erat di perutnya. Memeluk sangat erat agar Seulgi tidak pergi dari pelukannya.
Seulgi melenguh sambil merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.
Hembusan nafas Jimin yang terasa hangat menerpa permukaan kulit lehernya.
Seulgi mengusap pelan pipi tirus Jimin sambil menatap setiap inci wajah pria itu yang terlihat damai di pagi hari.
Wajah damai pria itu di pagi hari yang berbanding terbalik dengan wajahnya saat di malam hari.
"Jimin aku ingin pulang."
"Tidak. Kau harus tidur denganku malam ini, Sayang."
Seulgi mengacak rambutnya frustasi, "Jimin, jika kita selalu bersikap layaknya sepasang kekasih, aku merasa diriku adalah orang jahat. Aku merasa seperti menjadi selingkuhanmu."
"Kenapa? Kau tidak mau menjadi selingkuhanku? Aku tidak memutuskan Irene karena takut membuatnya semakin gila."
"Bukan begitu, hanya saja aku merasa sedikit berdosa karena telah merebut kekasih orang."
"Bukankah berbuat dosa lebih menyenangkan?"
Seulgi tersenyum kecut mengingat obrolan mereka semalam.
Sedari tadi Seulgi terus menatap wajah Jimin tanpa mengetahui kalau pria yang sedang tertidur pulas sambil memeluk tubuhnya itu sudah terbangun.
"Kau terpesona dengan wajah tampanku, eoh?" Seulgi terhenyak saat mata indah milik Jimin perlahan-lahan terbuka membuat kedua mata mereka bertemu.
Jimin semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Seulgi, lalu memgambil kesempatan dengan mengecup bibir ranum milik Seulgi.
Seulgi mendengus sambil menelusupkan wajahnya ke leher Jimin. Mengendus aroma khas Jimin yang menguar dari tubuhnya.
"Aku rasa hari ini adalah hari yang paling indah bagiku," gumam Jimin sambil mengecup pelipis Seulgi.
Seulgi mendongak sambil tersenyum pelan, "Kenapa?"
"Karena hari ini adalah hari dimana aku bisa melepas segala perasaan rinduku yang teramat besar kepadamu."
Seulgi mencubit pipi Jimin sambil tertawa. Gemas sekali.
"Jim, boleh aku bertanya?"
"Ya, tentu. Tanyakan saja," balas Jimin dengan tatapan teduhnya.
Seulgi sedang menimang-nimang, lalu menatap wajah Jimin kembali, "Kalau boleh aku tahu, kenapa kau mencintaiku?"
Jimin terdiam. Kegiatannya yang sedari tadi sibuk mencium puncak kepala Seulgi kini terhenti.
"Itu... bagaimana menjelaskannya, ya? Aku tidak tahu alasanku mencintaimu karena apa. Aku rasa cinta itu datang karena terbiasa," jelasnya.
Sementara Seulgi terus menatap mata Jimin. Mencoba mencari kejujuran di mata pria itu. Tapi yang Seulgi lihat adalah ketulusan saat pria itu mengatakan alasannya.
Alasan yang klasik. Tapi sebenarnya bukan itu yang ingin Seulgi ketahui dari mulut Jimin.
"Maksudku... bagaimana bisa kau jatuh cinta denganku saat pertemuan pertama kita dulu sangatlah buruk?"
![](https://img.wattpad.com/cover/197842200-288-k574964.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT ACT & ME ✔
Romansa[BOOK 1] ✔ Meskipun Jimin seorang aktor dan mendapat dukungan dari banyak penggemarnya, itu tetap tidak membuat semuanya terasa sempurna meski berakhir dengan duka yang terus membayanginya. Jimin ingin melepas semua meski hatinya masih menjeratnya...