Bab 8 – Lowongan Kerja (2)
Rumahnya kurang beberapa meter lagi dari supermarket tapi ia sudah kembali bersemangat setelah meneguk beberapa air mineral yang ia beli. Ia mengambil beberapa plastik berisi sayuran yang ia bawa tadi dan segera bergegas untuk sampai ke rumah. Mungkin untuk hari ini ia hanya bisa makan sayuran-sayuran yang akan ia masak sendiri itu.
"Oke nggak masalah, pasti bentar lagi gue dapet kerjaan kok," ucapnya penuh keyakinan meski memang susah mendapatkan pekerjaan yang hanya bermodal ijazah SMA untuk jaman sekarang.
Langkah kakinya terasa berat untuk hari ini. Entah kenapa ia tak bersemangat. Mungkin karena si detektif itu sama sekali tak mengabarinya mengenai kasus-kasus yang mungkin sedang ditangani tanpa memberitahunya. Tapi ia mencoba untuk bersabar dan berpikir positif, mungkin saja dunia sedang berdamai dan tak ada kasus aneh terjadi. "Hahh," ia menghela napas panjang karena merasa dirinya benar-benar bodoh sekarang. Mau-mau saja percaya pada seorang detektif licik seperti Pandu.
TSRAK
Rhea menghentikan langkahnya ketika merasa menginjak sesuatu. Tangannya meraih sebuah brosur yang sepertinya terbawa angin hingga jatuh di hadapannya. Ia membaca brosur itu dengan seksama dan ...
"Wuaahh! Gue dapet kerjaan!"
*****
Dengan balutan pakaian yang rapi dan sudah memakai minyak wangi favoritnya, ia bergegas menuju rumah yang akan memberinya kehidupan itu. Kini senyumnya kembali merekah dan tak ada lagi keluhan-keluhan membosankan yang sedari tadi ia lontarkan.
Meskipun mentari masih tetap menyengat kulit, tapi ia dengan semangat berjalan kaki menuju halte untuk sampai ke alamat yang ia tuju. Semua orang yang melihatnya selalu ia sapa, entah ia kenal ataupun tidak. Ya begitulah Rhea, senyumnya memang selalu merekah kalau hatinya sedang bungah —bahagia.
Bis yang ia tunggu akhirnya datang tak lama setelah ia sampai di halte, ah, Tuhan memang sangat menyayanginya. Tuhan tak mau melihatnya cemberut terus menerus dan selalu memberi keajaiban berupa hal-hal yang menakjubkan. Ia lega karena sudah mendapat pekerjaan tetap kali ini. Ya, ia akan menjadi seorang babysitter dan ia bisa mulai kerja untuk hari ini.
Tak ada 15 menit, Rhea sudah sampai di tempat tujuan. Ia hanya harus berjalan kaki sekitar 50 meter dari halte untuk sampai di rumah calon majikannya.
"Oke! Semangat, Rhe!" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Setelah berjalan kira-kira 50 meter dari halte, ia melihat sebuah rumah yang ia rasa rumah itulah tujuannya. Dengan senyuman, ia bergegas menuju rumah yang terlihat mewah dengan sebuah mobil sport terparkir rapi di halaman rumahnya.
"Kayaknya gue kenal mobil ini deh," gumamnya ketika melewati mobil sport warna merah putih itu. "Kayak mobilnya om-om adik kecil kemarin. Tapi kan mobil kayak gini nggak cuma satu di dunia," kekehnya saat menyadari kebodohannya sendiri.
Ia pun kembali melangkah dan memencet tombol bel rumah itu. Tak lama kemudian, seseorang membuka kan pintunya. Rhea menyambutnya dengan senyuman.
"Neng yang ngelamar jadi babysitter, kan?"
Masih dengan senyumnya, Rhea mengangguk.
"Ayo masuk, Neng," ajak seorang wanita paruh baya itu yang terlihat seperti pembantu rumah tangga. "Saya pembantu di sini, Neng. Panggil aja Bi Sukmi," ucapnya dengan ramah.
"Iya, Bi. Saya Rhea."
"Oh, jadi nama lo itu Rhea?"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Magic Girl
Romantik(Romance-Fantasy) ***** "Apa yang lo punya buat gabung di Misi Penculikan Anak ini?" Detektif itu menatap penuh selidik pada seorang gadis Bernama Rhea. "Tekad!" Jawaban naif itu hanya membuat seorang dokter muda terkekeh pelan. "Tekad hanya sekadar...