Bab 27 – Ciri-Ciri (2)
Mereka mampir sejenak di sebuah rumah yang cukup besar. Tapi rumah itu terlihat sepi dan hanya ada Pandu yang menempatinya. Suasananya bahkan sedikit menyeramkan karena sensai dua pohon besar yang menutupi halaman rumah itu. Hingga membuat Rhea sedikit bergidik ngeri.
"Kita lagi syuting film horor ya?" bisiknya pada Reiki yang berjalan di sampingnya. Matanya terus menjelajahi lekuk-lekuk rumah milik Pandu itu.
Tanpa menjawab pertanyaan Rhea, Reiki hanya tersenyum jail. Ia menghentikan langkahnya dan membiarkan Rhea berjalan seorang diri sedangkan Pandu sudah masuk ke dalam rumah. Reiki menyembunyikan dirinya di belakang Rhea sambil terus meniup-niup tengkuk Rhea yang tertutup oleh rambutnya yang tergerai.
"Ih, kok gue merinding. Semacam ada genderuwo di belakang gue. Rei, lo mer–" ucapnya terpotong ketika melihat Reiki sudah tak ada di sampingnya. "Reiki! Ih, ke mana sih tuh anak!"
Di belakang Rhea, Reiki tertawa puas melihat gadis mata duitan itu yang ternyata adalah seorang penakut. Ia kembali meniup-niup tengkuk Rhea dan sembunyi di balik tubuh mungil gadis itu.
"Huft," Rhea menghembuskan napas pelan. "Sialan lu, Rei!"
PUK
"Awh!"
Saat Rhea berbalik, tanpa sengaja keningnya mengenai kening Reiki yang sedang meniup-niup tengkuk Rhea tadi. Mereka memekik kesakitan bersama dan menggeram bersamaan pula. Tatapan mereka saling beradu dengan tajamnya seolah ada sengatan-sengatan listrik di sana.
"Kalian ngapain?"
"Pandu! Temen lo nih, suka banget jahilin orang. Bikin gue males sama dia!" ia berjalan ke arah Pandu yang baru saja keluar dari rumah. Pandu hanya diam mendengar ocehan Rhea. Wajahnya tampak kusut dan tak bersemangat. "Lo kenapa, Ndu? Kok kusut gitu wajahnya?"
"Nggak apa-apa, ayo lanjut ke TKP."
Rhea hanya menatap punggung Pandu yang berjalan menjauhinya. Tapi sebelum ia mengikuti langkah sosok itu, ia melihat seorang pria paruh baya sedang menatapnya dari jendela yang sepertinya adalah sebuah kamar.
"Mampus, genderuwo beneran!"
*****
"Geana Utaka, umur lima tahun, hilang di taman bermain sekitar pukul lima sore. Tanggal dan jamnya sama persis kayak penculikan itu. Dipastikan kalau penculikan kali ini adalah salah satu penculikan berantai."
Rhea menghembuskan napas pelan setelah mendengar informasi penculikan dari Pandu. Ia benar-benar bingung tentang apa alasan si penculik terus menerus menculik anak-anak secara beruntun seperti ini.
"Dasar phsyco!" umpatnya sambil mengepalkan tangannya setiap kali memikirkan si penculik berantai itu. "Eh, itu kan temen kalian," tiba-tiba ia menunjuk seseorang yang tengah menyebrang di depan mobil mereka saat lampu merah. Seseorang berkacamata dengan jaket hitam melekat di tubuhnya.
Tunggu. Jaket hitam? Kacamata?
Rhea terus mengikuti seseorang itu dengan tatapan penuh selidik.
"Daren? Dia ngapain buru-buru gitu?" celetuk Reiki ketika melihat sahabatnya itu berjalan sedikit terburu.
TIN TIN
Suara klakson sudah berdenging di telinga Reiki. Melihat lampu yang baru saja berubah menjadi hijau, ia pun langsung menginjak gasnya dan melajukan mobilnya menuju tempat tujuan. Dalam perjalanan, Reiki hanya fokus mendengarkan obrolan antara Pandu dan Rhea sambil terus menyetir.
"Sampai," tak mengatakan sepatah kata pun, Rhea dan Pandu langsung keluar dari mobil meninggalkan Reiki. Mereka langsung berlari ke arah TKP yang sudah ramai oleh tim kepolisian. Melihat kelakuan menyebalkan Rhea dan Pandu, Reiki hanya berdengus kesal lalu mengikuti kedua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Magic Girl
Storie d'amore(Romance-Fantasy) ***** "Apa yang lo punya buat gabung di Misi Penculikan Anak ini?" Detektif itu menatap penuh selidik pada seorang gadis Bernama Rhea. "Tekad!" Jawaban naif itu hanya membuat seorang dokter muda terkekeh pelan. "Tekad hanya sekadar...