Bab 22 – Unik yang Menarik
Masih stay di rasa penasaran. Gadis unik yang terlihat sibuk memandikan keponakannya itu terlihat aneh tapi langka. Gadis bernama Rhea yang memiliki sejuta keunikan dan membuatnya tampak lebih menarik.
Tunggu.
Apa dirinya sedang tertarik pada gadis itu?
Tidak.
"Buruan," celetuknya yang membuat Rhea sedikit terkejut. Karena memang gadis itu tak menyadari bahwa sedari tadi ia berdiri di sana —memperhatikannya. Rhea hanya melengos tak menanggapi ucapan bos menyebalkannya itu. Ia masih sibuk bermain air dengan Riko dan memainkan bebek karet yang terus-menerus mengeluarkan bunyi 'Cit-cit' setiap Riko meremasnya. "Rhe, kalau kelamaan main air ntar Riko masuk angin. Lu di bilangin malah ngeyel ya," kesal om-om itu hingga membuatnya harus turun tangan mengangkat Riko dari ember yang sedari tadi dijadikan kolam renang keponakannya itu.
Rhea hanya mendengus pelan. "Iya, iya."
Bibrinya komat-kamit mendengar ocehan Reiki yang membuat telinganya memanas. Serasa ingin sekali ia menyumpal mulut itu dengan kaus kaki yang sudah berbulan-bulan tak dicuci. Biar tau rasa, bahwa semua ocehan bos menyebalkannya itu sebenarnya tak berguna sama sekali.
Rhea terlihat duduk manis memperhatikan Reiki yang sedang memilihkan baju untuk keponakannya. Terlihat pula Riko yang sedang terlentang di kasur dengan berbalut handuk sedang memainkan robot Spiderman kesayangannya dengan satu tangan karena tangan yang lain masih berada di dalam handuk. Setelah beberapa saat mengobrak-abrik almari Riko, akhirnya Reiki mendapatkan satu stel kemeja dan celana yang menurut Rhea sangat tidak cocok untuk dipakai sehari-hari. Apalagi dipakai Riko —anak berumur 3 tahun yang masih suka bermain kotor-kotoran.
"Keliatan banget selera lo rendah," celetuk Rhea yang membuat Reiki melontarkan sebuah death glare ke arahnya. "Ah, tapi lebih tepatnya, lo kayaknya belum siap jadi ayah yang cerdas."
Lagi-lagi ocehan itu membuat Reiki mendengus kesal. Ia melempar satu stel baju itu tepat ke wajah Rhea. "Rei!"
Reiki terkekeh melihat wajah Rhea yang memerah. Pasti kesal. Tentu. Karena itu memang tujuan seorang Reiki.
"Yaudah nih! Calon ibu yang cerdas. Pilihin baju yang pas buat keponakan gue. Kalau sampai keliatan jadul, gue potong gaji lo selama setengah tahun ke depan."
Tantangan itu membuat Rhea semakin kesal. Namun, kekesalannya itu teredam ketika sebuah ide cemerlang melintas di otaknya.
"Gini aja, biar Riko yang milih bajunya sendiri. Antara pilihan lo yang nggak banget ini, sama pilihan gue. Tapi taruhannya, gaji gue dilipatgandakan kalau Riko milih pilihan gue. Deal?"
Hembusan napas Reiki terdengar ketika gadis mungil yang ada di depannya itu lagi-lagi mengajaknya taruhan. "Penyihir mata duitan," gumamnya namun masih bisa didengar oleh Rhea. "Ogah ah, bodo amat. Urusin aja Riko. Gue mau berangkat praktek dulu."
Melihat si bos menyerah begitu saja, ia tertawa penuh kemenangan. "Yey, gue menang nih? Bisa kaya mendadak kalau gini terus."
Reiki yang semula sudah keluar dari kamar Riko mendadak muncul lagi dari balik pintu setelah mendengar apa yang baru saja ia katakan. "Kalau gue menang, gue dapet apa?"
Rhea mengangkat bahunya arti tak tahu. "Lo maunya apa?"
"Gue maunya ... tahu semua tentang lo. Gimana?"
*****
Bukan kencan, bukan pula dinner romantis. Hanya makan malam biasa yang orang lain mungkin juga akan melakukannya. Tak ada yang istimewa. Meski pandangan orang-orang menyiratkan sebuah kalimat, "Wah, keluarga bahagia."
Flashback on ...
"Gue maunya ... tahu semua tentang lo. Gimana?"
Tanpa berpikir panjang, Rhea menyetujuinya. Mungkin karena ia sudah yakin kalau Riko pasti akan memilih pilihan bajunya daripada pilihan baju dari om menyebalkan itu.
Jika tadi Reiki yang sibuk mengobrak-abrik almari Riko, sekarang gantian Rhea yang sibuk menjelajahi almari Riko untuk menemukan satu stel pakaian yang ia yakini Riko pasti menyukainya.
"Nah," celetuknya setelah menemukan satu stel pakaian yang ia rasa sangat cocok untuk Riko. "Mana pilihan lo." Dengan pedenya ia menyandingkan dua stel pakaian ke depan Riko. Di tangan kanan adalah miliknya. Kaos berwarna biru dengan kombinasi warna merah dan di tengahnya terdapat huruf S di dalam segitiga terbalik. Ya, kaos bertema Superman. Sedangkan di tangan kiri adalah pilihan Reiki. Kemeja bermotif kotak-kotak dan celana jeans yang Riko tak terlalu menyukainya. So, pasti. Ia yakin kalau Riko pasti akan memilih pilihannya.
"Keponakan Om Reiki yang paling ganteng, pilih yang mana?" tanya Reiki dengan nada yang lembut bak seorang Ayah sungguhan. Tapi, tak membuat Rhea terlena sedikitpun.
"Halah ngerayu!" gumamnya ssambil melengos ketika Reiki menatapnya tajam.
"Liko pilih ini," tangan kiri anak kecil itu menunjuk ke arah kiri Rhea pula. Ya, pilihan Reiki. Akhirnya, senyuman mengerikan itu tercetak di bibir Reiki dengan jelas. Karena baru pertama kalinya, ia bisa mengalahkan di penyihir mata duitan yang pasti sekarang merasa sangat kesal.
Flashback off . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Magic Girl
Romance(Romance-Fantasy) ***** "Apa yang lo punya buat gabung di Misi Penculikan Anak ini?" Detektif itu menatap penuh selidik pada seorang gadis Bernama Rhea. "Tekad!" Jawaban naif itu hanya membuat seorang dokter muda terkekeh pelan. "Tekad hanya sekadar...