Bab 12 – Setelah Kecelakaan
Dindingnya berwarna putih bersih dengan ventilasi yang menghangatkan dan tempelan-tempelan gambar anatomi manusia. Buku-buku tebal tertata rapi di almari buku yang terkunci rapat. Peralatan kedokterannya tertata rapi di tempat yang khusus. Ada patung tengkorak buatan yang senantiasa menemani pemilik ruangan itu ketika ia sendirian.
Ruangan berAC yang berbau obat-obatan, tapi dia selalu setia berada di ruangan itu menunggu pasien-pasiennya. Sekarang dia tengah menikmati jam-jam istirahat dengan merebahkan tubuhnya di sofa. Ia mencoba menutup matanya dan hampir berhasil sebelum kehadiran sesorang membuat tidurnya tak nyaman.
"Om," suara kecil itu membuatnya gemas. "Om banun om."
"Ke sini sama siapa, Ko?" tanyanya dengan suara serak.
"Kakak," jawabnya dengan polosnya sambil berusaha duduk di sofa yang tingginya sedikit menganggu aksinya.
"Terus kakak mana?"
"Nih makanan buat lo," ucap seseorang yang baru saja masuk ke ruangan itu. Ia menaruh sekotak tempat makan yang berisi telur gulung andalan Rhea. "Lo suka telur gulung, kan?"
Mendengar kata telur gulung, matanya membulat seketika. Tangannya langsung menyambar sekotak tempat makan itu dan membukanya. "Wah! Gue cicipi dulu. Kalau nggak enak, lo akan tau akibatnya."
Rhea tak menghiraukan itu dan terus bermain dengan Riko. Sedangkan Reiki mengambil sendok dan berniat mencicipi masakan Rhea.
"Rei!" gagal, ia gagal menyuapkan sesendok telur gulung ke dalam mulutnya saat melihat kedatangan dua orang sahabatnya, Pandu dan ...
"Elo?!" pekik Rhea dan salah satu sahabat Reiki yang baru saja datang. Mereka saling melempar tatapan membunuh dan tak mau mengalihkan pandangan terlebih dulu.
Reiki dan Pandu menatap keduanya bergantian sedangkan Riko tetap asyik dengan mainan robot spidermannya. "Kalian udah saling kenal?" tanya Reiki sambil menaruh kembali sesendok telur gulungnya ke kotak makan.
"Huh!" lagi-lagi keduanya saling berdengus kesal dan mengalihkan pandangan mereka ke arah yang berbeda. "Dia rese!" ucap mereka lagi secara bersamaan.
"Ikut-ikutan mulu lo!" kesal Rhea menunjuk seorang cowok yang berdiri di samping Pandu.
"Heh, Rei. Kenapa ada cewek kayak dia di sini sih? Usir aja lah!" ucapnya yang seolah-olah mengabaikan Rhea yang masih menatapnya kesal. Pandu dan Reiki saling tatap, mereka hanya menghembuskan napas dan menggeleng pelan melihat kelakuan mereka berdua yang seperti anak kecil.
Sambil menunggu mereka berdua perang dingin, Pandu pun duduk di samping Reiki dan memakan telur gulung buatan Rhea. Reiki tak menyadarinya, Reiki sibuk menyimak perang dingin antara Rhea dan sahabatnya itu. Merasa tak ada larangan dari Reiki untuk memakan telur gulung miliknya, Pandu pun memakannya hingga habis karena ia rasa telur gulung itu adalah telur gulung ternikmat yang pernah ia coba.
"Ndu," Pandu hanya berdeham sambil terus memakan sisa terakhir telung gulung milik Reiki. "Itu makan siang gue, Ndu!" Reiki pun geram dan Pandu langsung menghentikan acara memakan telur gulung itu. "Kalau lo abisin, terus gue makan apa? Anjay!" Pandu hanya terkekeh melihat wajah kesal Reiki saat ia menghabiskan makan siangnya.
"Ya sorry," ucapnya dengan polos.
Reiki menatap kotak makannya yang sudah kosong mlompong tanpa ada sisa sedikitpun. "Aish!" geramnya.
Sekarang gantian Pandu dan Reiki yang menjadi pusat perhatian. "Kalian berantem mulu," celetuk Rhea.
Mendengar ucapan itu, Reiki menjadi semakin geram. Namun hal itu justru mengundang gelak tawa beberapa pasang mata yang melihat wajah geramnya.
"Heh cewek rese, lo belum kenalan kan sama gue?" pertanyaan itu mengalihkan topik pembicaraan.
Rhea hanya mengerutkan keningnya tanpa menjawab.
"Jiah! Makan tuh cuek!" sahut Reiki diiringi kekehan Pandu.
"Songong amat lu!" kesalnya lagi sambil duduk di sebelah Riko yang duduk di sebelah Rhea. "Gue mau perkenalkan diri dulu sama cewek cantik meskipun rese di sebelah adik kecil ini," ucapnya sambil menata rambutnya yang bergaya klimis itu lalu ia mengulurkan tangannya ke arah Rhea. "Ekhem ... Kenalin gue Ishara Malven Alvito, cukup panggil aja Malven. Gue anggota tim forensik yang tugasnya pernah lo kacauin beberapa hari lalu. Kesukaan gue, hari libur tanpa kasus. Hal yang nggak gue suka, hari libur banyak kasus."
KRIK KRIK
Keadaan hening sesaat dan Rhea ... asyik bercakap dengan Reiki Pandu tanpa menghiraukan semua ucapan seorang cowok yang sudah merasa kram karena terus mengulurkan tangan padanya.
"Sialan!" umpat seorang cowok yang tadi menyebutkan namanya —Malven.
Melihat kekesalan Malven, Reiki dan Rhea tertawa terbahak-bahak sedangkan Pandu hanya terkekeh pelan. Dan hal itu, benar-benar membuat Malven merasa semakin kesal.
"Terus-terusin aja ketawanya!" kesal Malven.
"Pandu?" sebuah suara lembut mendadak menghentikan tawa mereka dan membuat semua pasang mata menatap ke sosok gadis yang baru saja masuk ruangan.
"Eh, ada Adis," sambut Malven dengan semangat. Malven berdiri dan menarik tangan gadis yang bernama Adis itu untuk mendekat ke arah mereka.
"Kenalin, Rhe. Ini Adis. Cewek paling polos tapi juga paling nyeremin kalau lagi marah," ucap Reiki memperkenalkan teman dekat sekaligus anak buahnya itu. Ya, Adis adalah seorang koas di bawah pantauan Reiki sebagai dokternya.
"Hai, Adis. Gue Rhea," sambut Rhea dengan senyuman termanisnya.
"Adis aja lo tanggepin, lah gue diabaikan! Nggak adil lo, Rhe!" lagi-lagi Malven hanya membuat suasana menjadi baper seketika.
"Halah baperan amat lu!" sahut Reiki sambil melempar buku ke arah Malven.
"Rhea? Davinia Rhea?" Rhea mengangguki tebakan Adis. "Astaga! Rhea! Ternyata lo masih hidup ya? Gue bener-bener nggak nyangka kita bisa ketemu di sini. Gue temen sekelas lo waktu SMP, masa lo lupa sih?" akhirnya sisi cerewet seorang gadis yang terkenal pendiam itu pun terkuak saat di hadapan Rhea.
Rhea tampak bingung saat Adis yang kini sudah duduk di sampingnya itu mengguncang-guncang tubuhnya. Membolak-balikkan tubuhnya seolah melihat apakah tubuh Rhea terdapat luka atau tidak. "Gue kangen sama lo, Rhe!" Adis pun memeluk Rhea dan menjepit Riko yang ada di antara mereka.
"Emh, Dis, gue ... nggak inget kejadian apapun setelah kecelakaan itu," ucapan itu sontak membuat seluruh mata yang tadinya tertuju pada Adis kini beralih menatap Rhea. Adis buru-buru melepas pelukannya.
"Apa?"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Magic Girl
Romance(Romance-Fantasy) ***** "Apa yang lo punya buat gabung di Misi Penculikan Anak ini?" Detektif itu menatap penuh selidik pada seorang gadis Bernama Rhea. "Tekad!" Jawaban naif itu hanya membuat seorang dokter muda terkekeh pelan. "Tekad hanya sekadar...