Tujuh

2.5K 161 0
                                    

Hari ini adalah waktu dimana Raka harus menjalani pemeriksaan itu. Sejak selesai makan dan minum obat Raka terus saja menggenggam dan meremat tangan kakaknya yang memang tidak berangkat kuliah karena dosennya sedang keluar negeri.

"Tenang ya Dek, gak papa kok." Riko berusaha menenangkan adiknya yang sedari tadi tangannya gemetar ketakutan.

Ceklek
Pintu itu dibuka oleh seorang Dokter dan dua orang suster serta dibelakangnya juga ada Bunda serta Ayah.

"Udah siap Raka?" Tanya Avin.
Raka hanya mengangguk. Sementara para suster sudah bersiap memindahkan Raka ke brankar yang akan dibawa ke ruang pemeriksaan.

Ayah, Bunda serta Riko sedang menunggu di depan ruang pemeriksaan Raka dan dalam hati mereka terus merapalkan doa supaya kesayangannya itu dinyatakan sehat oleh sang dokter.

30 menit berlalu akhirnya Avin keluar dan disusul oleh para suster yang mendorong brankar Raka untuk kembali dipindahkan ke ruang rawatnya.

"Hasilnya akan keluar sekitar tiga hari lagi, jadi harap ditunggu dulu ya Dik." Kata Avin.

"Tapi Adek gak papa kan Om?" Tanya Riko.
"Berdoa aja ya semoga adek kamu sehat." Jawab Avin.

---

"Hai jagoan kecil..." Sapa Ayah ketika sudah memasuki ruangan bungsunya.

Raka hanya memanyunkan bibirnya ketika mendengar sapaan itu dari Ayahnya.

"Om, pulang..." Rengek Raka karena ia memang tidak betah jika harus berlama-lama di tempat itu meskipun rs itu milik Ayahnya sendiri.

"Bentar ya Raka, Om periksa kamu dulu." Jawab Avin dan langsung memeriksa keadaan Raka. Akhirnya setelah selesai, Avin langsung mengangguk sembari mengatakan bahwa Raka besok sudah boleh kembali ke rumahnya.

Mereka berempat hanya bisa tersenyum melihat tingkah Raka yang sangat bahagia karena sudah diizinkan pulang meskipun harus menunggu hari esok.

---

Keesokan harinya Raka sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya, padahal jam masih menunjukkan pukul 07.00 yang artinya ia masih harus menunggu sekitar dua jam lagi karena Avin membolehkannya pulang pada pukul 09.00.

"Ayo Dek, makan dulu." Suruh Riko.

Ayah dan Bunda sedang di rumah karena semalam Riko memaksa orang tuanya agar istirahat di rumah saja. Dan mereka akan datang untuk menjemput si bungsu ketika jam sudah menunjukkan pukul 08.00.

"Gak mau Mas, kan Adek mau pulang nanti gampang makannya di rumah aja." Jawab Raka.

"Kalo gitu ya gak boleh pulang, kan syaratnya kalo mau pulang harus makan di sini dulu." Kata Riko tak mau kalah dengan rayuan adiknya.

"Jangaaannnn." Jawab Raka.

"Ya udah ayo, Mas suapin aja." Kata Riko sambil menyodorkan sesuap bubur kepada adiknya, dan Raka hanya pasrah saja ketika makanan lembek itu masuk ke indra pengecapnya untuk kesekian kali.

---

"Lho Dek, kok udah rapi gini sih, emang mau ke mana?" Tanya Ayah berpura-pura lupa.

"Ayah ih, suka gitu dech, masa lupa sih kan hari ini Adek pulang Yahhhh." Jawab Raka kesal.

"Emang Om Avin udah ngasih ijin?"

"Tau ah, Ayah mah udah tua jadi suka pikun." Jawab Raka sambil memonyongkan bibirnya kesal. Sedangkan Bunda dan Riko berusaha menahan tawanya melihat interaksi Ayah dan anak itu.

"Utututuutuuu..., Adek ngambek ih, nanti cepet tua lohhh..." Goda Ayah.
"Oh ya tadi bilang apa? Ayah pikun? Enak aja, gini-gini Ayah tu daya ingatnya kuat banget tau.." Tambahnya.

Raka masih betah memanyunkan bibirnya. Riko yang sudah tidak tahan melihat betapa gemas adiknya itupun langsung mencium pipi Raka. Sedangkan Raka yang mendapat serangan tiba-tiba itu langsung marah dan mengusap-ngusap pipinya dengan punggung tangannya.

"Uhhh anak ayah, gemes banget sihhh." Gemas Ayah dan langsung mengunyel-ngunyel kedua pipi sang bungsu serta memberi ciuman bertubi-tubi kepada Raka.

Bunda dan Riko yang melihatpun langsung tertawa ketika melihat muka si bungsu yang sudah tidak terkondisikan lagi saking lucunya.

"Adek udah makan?" Tanya Bunda.

"Udah donk, lho kok Om Avin belum dateng-dateng sih Bun?" Tanya Raka.

"Bentar lagi Dek, kan lagi meriksa pasien lain." Jawab Ayah.

"Kalo Mas juga udah makan?" Tanya Ayah kepada sulungnya.

Riko hanya menggelengkan kepala serta memperlihatkan gigi rapinya.

"Aduh Mas, kok bisanya gak makan tu kenapa? Nanti kalo Mas sakit gimana?" Kata Bunda seraya melotot tajam ke arah Riko.

"Kan abis ini pulang Bun, Mas bisa makan di rumah aja." Jawab Riko dengan entengnya.

"Tau Bun, dari tadi maksa Adek makan padahal Mas sendiri belum." Heran Raka.

Riko hanya tersenyum mendengar celotehan adiknya sedangkan Bunda hanya menggelengkan kepala karena melihat tingkah kedua putranya.

"Ya udah nanti sebelum pulang kita ke tempat makan dulu ya?" Ajak Ayah.

Mendengar itu, kedua kakak adik itupun langsung mengangguk antusias mendengar ajakan Ayahnya.

Tentang PERGI (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang