Di dalam kamar yang terlihat begitu besar itu, seorang pria tengah menenangkan istrinya yang terus menangis. Ia pun tetap memeluknya dan terus membisikkan kata-kata penenang kepadanya.
"Sstttt, udah ya Bun, tenang, Bunda kenapa? Hm? Ayo cerita sama Ayah." Tanya pria itu.
"Hisk hisk tadi Adek ngomong gitu sama Bunda." Jawab Bunda yang masih sesegukan.
"Ngomong apa Bun?"
"Pergi, Adek bilang kalo Adek pergi Bunda bakal kangen gak." Jawab Bunda.
"Bunda gak mau Adek ninggalin kita Yah, Bunda gak mau." Racau Bunda."Mungkin karena Adek lagi demam, jadi ngomongnya ngawur." Jawab Ayah tenang.
Sang Bunda pun sudah terlihat lebih tenang dan berpikir mungkin yang dikatakan suaminya itu benar.
---
"Adek, makan dulu yuk, ini Bunda bawain. Bunda suapin ya?" Tawar Bunda ketika sudah meletakkan nampan itu di atas nakas.
"Mual Bunda." Jawab Raka.
"Dikit aja, kan harus minum obat. Katanya pengen cepet sembuh?" Bujuk Bunda.
Akhirnya Raka menganggukkan kepalanya, dan membiarkan makanan tanpa rasa di lidahnya itu masuk ke dalam mulutnya.
Cekleekk
"Hei Dek, udah mendingan?" Tanya Riko yang baru masuk ke kamar adiknya dan tak lama disusul oleh Ayahnya.
Raka hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar.
"Hallo jagoan kecil Ayah.." Sapa sang kepala keluarga. Sedangkan Raka hanya memanyunkan bibirnya karena sangat tidak suka dengan panggilan itu.
"Aaa Ayah, Adek bukan jagoan kecil." Protes Raka.
"Bukan jagoan kecil tapi Baby boy.." Ejek Riko.
"Bundaaa... Mas Riko nakal." Adu Raka kepada Bundanya seperti anak berumur lima tahun.
"Ayah, Mas Riko jangan gitu ah, Adek kan lagi sakit." Nasehat Bunda.
"Wleeekkk😝" Raka yang baru selesai meminum obatnya langsung mengejek kedua lelaki itu dengan menjulurkan lidahnya.
"Hemmm Adek gitu ya, awas lhohh." Goda Ayah dan langsung menggelitiki pinggang si bungsu dan langsung mendapat pelototan tajam dari sang istri.
"Ayahh geli..." Teriak Raka.
Sang Ayah tak menghiraukan ucapan putranya dan malah menciumi setiap inci wajah putranya dengan brutal. Bunda yang melihat pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sedangkan Riko langsung duduk di sebelah Raka dan malah ikut menggelitiki sang adik.
"Ayah, Mas Riko udah ah, kasian tu Adek jadi sesek napas kan." Marah Bunda ketika melihat si bungsu seperti kesulitan bernafas.
"Adek, hei denger Ayah kan? Ayo nafas pelan-pelan Dek." Panik Ayah ketika melihat Raka yang sudah menutup matanya. Dan Riko langsung panik melihatnya.
"Hahhhh, Ayah diem, Adek ngantuk pengen tidur." Ucap Raka sedikit membuka matanya.
"Huhhh Ayah kira Adek kenapa-napa, ya udah tidur gih." Jawab Ayah.
"Mas Riko temenin ya Dek." Tawar Riko.
Riko masih setia menjaga matanya terbuka dan memperhatikan setiap lekuk wajah sang adik. Sedangkan kedua orang tua mereka telah kembali ke kamar Ayah Bundanya.
---
Saat tengah malam, Raka merasa perutnya seperti diremas oleh sesuatu dan seperti ada yang ingin keluar. Ia pun langsung bergegas ke kamar mandi untuk memuntahkan isi lambungnya.
Hoekkk hoekkkk
Suara itu membangunkan Riko yang masih terpejam. Ia pun langsung bergegas ke tempat sumber suara dan mendapati adiknya tengah berdiri di depan wastafel serta mengeluarkan hampir semua isi lambungnya. Riko langsung memijat tengkuk sang adik yang juga masih terasa panas itu.
"Udah?" Tanya Riko ketika adiknya sudah tidak mengeluarkan cairan lagi.
Raka hanya menganggukkan kepala dan memandang wajah sang kakak.
Riko yang melihat pun langsung terkejut melihat wajah adiknya yang sangat pucat itu.
"Kuat jalan gak Dek? Mas gendong ya." Tawar Riko.
Riko hanya diam tak bergerak sedikitpun karena sekujur tubuhnya terasa lemas. Akhirnya Riko langsung mengangkat tubuh ringkih sang adik dalam gendongannya.
"Mas panggil Bunda ya Dek?" Tanya Riko setelah membaringkan tubuh Raka di kasur king sizenya.
"Jangan." Jawab Raka dengan suara lirihnya.
"Jangan tinggalin Adek." Tambah Raka setelah berhasil mengumpulkan tenaganya untuk berbicara."Iya, Mas di sini kok, adek tidur ya, biar mualnya ilang." Jawab Riko seraya mengelus lembut rambut sang adik.
Setelah mendengar dengkuran halus dari Raka, Riko pun ikut membaringkan tubuhnya di samping sang Adik dan ikut memejamkan matanya menyelami lautan mimpi yang tak pernah ada ujungnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang PERGI (End)
Short StoryTidak ada kata "sempurna" dalam kehidupan, Ragil Rakasa Maulana. Hidupnya mungkin terlihat sempurna. Tapi semua itu runtuh seketika ketika kenyataan itu datang merobohkan segalanya.