Setelah kembali dari kantin rumah sakit dan melihat kakaknya itu sedang tertidur, Raka memilih menidurkan tubuhnya di ranjang khusus untuk penjaga/keluarga pasien.
"Adek pulang aja ya, istirahat di rumah." Perintah Bunda.
Raka hanya menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa dirinya ingin menidurkan badannya barang sebentar saja.
Kemudian Bunda berjalan ke arah suaminya yang tengah menonton televisi di atas karpet berbulu yang memang tersedia dalam ruangan itu.
"Yah, ajak Adek pulang aja gih, kasian nanti kalo kecapean malah drop." Ucap Bunda kepada Ayah.
"Bunda kayak gak tau si bontot aja. Mana mau si Adek ninggalin Masnya." Jawab Ayah dengan santainya.
Ceklekkk
Avin masuk ke dalam ruangan itu diikuti oleh seorang suster di belakangnya.
"Lho itu Raka kok tidur sih Dik? Gak papa kan anak lu?" Tanya Avin ketika melihat Raka tertidur.
"Diajak pulang gak mau Vin." Jawab Ayah yang langsung berjalan ke arah dokter itu diikuti istrinya.
"Kondisi Riko gimana Vin?" Tanya Ayah ketika Avin telah selesai memeriksa si sulung dan tak lama terdengar lenguhan darinya.
"Enggghhhhhh..."
"Kok bangun Riko, keganggu ya sama Om." Tanya Avin kepada Riko.
"Capek Om, tidur terus." Jawab Riko disertai senyuman.
"Nanti kalo udah sembuh jangan sampe telat makan lagi, apalagi sampe kecapean. Masih untung tipes kamu belum parah banget." Nasehat Avin.
Riko hanya mengangguk dan tersenyum. Namun ketika ia tak sengaja melihat ke kiri dimana ada sebuah ranjang dan seorang remaja yang tertidur di atasnya, ia langsung membulatkan matanya.
"Bunda kok Adek tidur di situ sih, Adek kenapa Bun?" Tanya Riko.
"Udah disuruh pulang Mas, tapi kan Mas tau gimana keras kepalanya Adeknya Mas itu." Jawab Bunda.
"Biar coba gue periksa dulu ya Dik." Izin Avin kepada sang Ayah.
Avin menggeleng-gelengkan kepalanya ketika memeriksa Raka. Bahkan sangat jelas terlihat jika wajah remaja itu sudah sedikit pucat dengan sedikit keringat di pelipisnya.
"Dik, bawa Raka pulang gih cepet, dia kayaknya kecapean tuh."
"Iya Vin nanti gue bujuk lagi." Jawab Ayah.
"Om, pulang." Rengek Riko.
"Kamu ini ya.." Avin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Riko yang seperti anak kecil.
"Kasian Adek Om, tuh gara-gara Riko, Adek jadi kecapean." Bujuk Riko kepada Avin.
Avin pun menganggukkan kepalanya yang berarti Riko diperbolehkan pulang namun pada sore hari nanti karena memang kondisinya yang tidak terlalu mengkhawatirkan dan sudah jauh membaik dari pada tadi pagi ketika datang ke tempat ini.
---
Sudah tiga hari semenjak kepulangan Riko dari rumah sakit dan sekarang remaja tampan itu sedang duduk di balkon kamar sang Adik yang tentunya ditemani oleh sang empu kamar.
"Mas." Panggil Raka memecah keheningan.
"Ya Dek?" Tanya Riko yang masih memerhatikan bintang di atas langit malam itu.
"Kalo Adek pergi, pasti Adek jadi bintang yang paling terang di atas sana." Jawab Raka dengan senyuman dan langsung ditatap tajam oleh kakaknya.
"Kalo Adek pergi, Mas yang akan milih pergi duluan, dan gak akan biarin Adek pergi." Respon Riko.
"Oh ya, Mas gak suka Adek ngomong kayak gitu." Tambahnya.
Akhirnya mereka hanya diam dan terus menatap langit itu hingga tiba-tiba entah mengapa langit berubah menjadi mendung dan tak lama rintik hujan pun mulai berjatuhan.
"Masuk yuk Dek, udah mulai gerimis nih." Ajak Riko.
"Aneh ya, padahal tadi banyak bintang, kok sekarang malah ujan sih." Sambungnya.
"Iya ya Mas. Namanya juga takdir Allah, gak ada yang bisa nebak Mas." Jawab Raka dan langsung berjalan memasuki kamarnya serta disusul oleh kakaknya.
"Mas, temenin Adek tidur ya." Pinta Raka ketika telah mendudukkan dirinya di pinggir kasur king sizenya.
Riko hanya mengangguk dan tersenyum.
"Mas." Panggil Raka ketika melihat kakaknya sedang asyik dengan ponselnya.
"Apa Dek?" Tanya Riko.
"Belum ngantuk. Main ps yok." Ajak Raka dan Riko pun langsung mengiyakan karena ia juga belum merasa ngantuk sedikitpun.
Mereka bermain ps di kamar Raka yang memang banyak dipenuhi mainan-mainan elektronik zaman sekarang itu.
Ceklekk
"Lho Adek sama Mas kok malah main ps sih, udah malem tidur donk." Perintah Bunda yang baru masuk ke kamar si bungsu bersama suaminya.
"Belum ngantuk Bunda." Jawab Raka.
"Jangan begadang sampe larut malam ya Dek." Pesan Ayah.
Tiba-tiba Raka langsung memeluk Ayahnya dan mengatakan kalo ia sangat menyayangi pria dewasa tersebut. Ayah, Bunda dan Riko yang melihatpun terkejut melihat tingkah si bungsu.
Setelah memeluk sang Ayah, Raka berhambur memeluk Bundanya dan hal yang sama pun dikatakannya kepada wanita cantik tersebut.
"Tidur yuk Dek, udah malem." Ajak Riko saat Raka telah melepaskan pelukannya.
"Mau Ayah temenin juga Dek?" Tanya Ayah.
"Gak usah Yah, Adek sama Mas aja, Ayah tidur sama Bunda aja siapa tau nanti punya dedek bayi." Jawab Raka yang langsung tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya.
Bunda, Ayah dan Riko yang melihat pun langsung tersenyum merasa aneh dengan sikap si bungsu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang PERGI (End)
Truyện NgắnTidak ada kata "sempurna" dalam kehidupan, Ragil Rakasa Maulana. Hidupnya mungkin terlihat sempurna. Tapi semua itu runtuh seketika ketika kenyataan itu datang merobohkan segalanya.