Sudah seminggu sejak kejadian pingsannya Raka waktu pelajaran olahraga, dan seminggu itulah Raka sering sekali mengalami kedinginan meskipun cuaca panas serta tak jarang ia juga mimisan. Tapi Raka tak pernah sekalipun menceritakan kepada keluarganya, karena ia hanya takut malah akan membuat mereka terlalu khawatir kepadanya.
Tap tap tappp
"Oper sini Ris." Seru Raka.
Yappp
Blammm... yes! Sorak sorak bahagia terpancar dari raut wajah Raka dan Faris ketika mereka memenangkan pertandingan basket dengan para sahabatnya."Pokoknya kalian harus traktir kita makan di cafe pulang sekolah." Pinta Faris.
"Tenanggg ada tekstil boss kita... ya gak Daf." Jawab Reno dengan menggoda Dafa.
Ayah dari Dafa adalah seorang pengusaha tekstil yang sangat terkenal dibidang bahan jeans. Jadi tak salah dia mendapat julukan tekstil boss oleh para sahabatnya.Dafa yang mendengarnya pun hanya berdehem dan berlagak layaknya mau pamer kepada para sahabatnya. Bukan berarti ia adalah seseorang yang suka menyombongkan diri, namun hal itu cuma ia lakukan didepan para sahabatnya itu dan tentunya hanya lelucon saja.
---
Kriiiinggggg
Suara merdu yang menurut para siswa adalah suara terindah saat di sekolah itu telah berkumandang. Para siswa segera berhamburan keluar dari kelas menuju parkiran sekolah, dan tak jarang juga ada yang langsung menuju gerbang sekolah karena pulangnya dijemput oleh kerabatnya.
"Langsung ke kafe aja yokkk." Ajak Raka.
"Oke." Jawab ketiga sahabatnya kompak.Mereka pergi menuju kafe langganan mereka untuk tempat nongkrong ataupun mengerjakan tugas. Raka dengan motor sportnya dan ketiga sahabatnya juga menaiki motornya masing-masing, yang pasti jenisnya tak jauh berbeda dengan si putihnya Raka.
---
"Assalamualaikum.. Adek pulanggg." Seru Raka.
"Waalaikumsalam, gimana sekolahnya Dek? Oh ya tadi di kafe Adek makan gak?" Tanya Bunda, pasalnya Raka sudah memberitahu Bunda bahwa dia akan mampir ke kafe dahulu sebelum pulang ke rumah.
"Biasa Bunnn... Adek udah makan kok tadi." Jawab Raka.
"Ya udah sekarang Adek mandi dulu ya." Perintah Bunda.
"Ayah sama Mas belum pulang Bunda?" Tanya Raka.
"Belum dek, kayaknya bentar lagi Dek." Jawab Bunda.Karena jam sudah menunjukkan pukul 16.30 dan biasanya Ayah ataupun Riko akan segera pulang ketika jam 4 sore. Dan Raka akan pulang sekolah lebih cepat yaitu pukul 14.30.
---
Acara makan malam di keluarga Maulana sedang berlangsung. Dan seperti biasa hanya akan ada suara pertemuan antara sendok garpu dan piring. Sang kepala keluarga selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak berbicara pada saat makan, namun ketika sudah selesai mereka bebas akan berbicara apa saja sampai mulut mereka berbusa pun tak ada yang melarangnya.
Disaat suapan ketiga Raka, tiba-tiba ia merasa hidungnya panas dan seperti ada sesuatu yang akan keluar dari tempat itu. Lalu tak lama cairan merah pekat meluncur bebas dari hidung mancungnya. Raka yang merasa syok tak sengaja menyenggol gelas di sebelah kirinya dan akhirnya jatuh ke lantai membuat atensi keluarganya langsung fokus kepadanya.
"Astaghfirullah Adekkk." Pekik Bunda yang sangat terkejut melihat Raka mimisan.
"Nunduk Dek, jangan ndongak nanti malah tersedak." Perintah Ayah dengan lembut.Sedangkan Riko hanya melotot tak percaya melihat adik kesayangannya itu mimisan, bahkan matanya sudah berkaca-kaca karena ini adalah mimisan Raka untuk pertama kalinya.
Namun setelah hampir 5 menit cairan itu tetap mengalir dan seperti tak mau berhenti. Dan ketika Bunda menyentuh dahi sang bungsu, hawa panas langsung menjalar di telapak tangannya.
"Mas, tolong bilang sama Pak Seno suruh nyiapin mobil, kita ke rumah sakit sekarang." Perintah Ayah.
"I-iyaa Ayah." Jawab Riko yang masih mematung di tempatnya.
"Cepat Mas!!!" Tegas Ayah karena melihat sulungnya yang masih diam di tempatnya.Riko langsung berlari dan memenuhi perintah Ayahnya.
"Adek jangan tutup dulu matanya, Adek denger Bunda kan?" Tanya Bunda kepada bungsunya karena Raka perlahan ingin menutup matanya.
"Pusinggg..." Keluh Raka.Tanpa banyak bicara lagi Sang Ayah langsung menggendong Raka ala bridal stylenya dan bergegas lari ke halaman rumahnya ketika sudah mendengar suara mobilnya yang sudah disiapkan oleh supirnya.
---
Ayah langsung menyuruh Sang Bunda dan Riko untuk duduk di bangku penumpang dan membaringkan tubuh lemas Raka dengan paha Bunda sebagai bantalnya. Serta ia duduk di samping Pak Seno yang sedang menyetir mobilnya untuk cepat sampai di Rumah sakit miliknya.
"Hallo Vin"
"Hallo Dik, tumben nelpon kenapa?"
"Raka mimisan banyak banget Vin, dan badannya juga panas, ini gue sekarang lagi bawa dia ke rs, gue takut dia kenapa-napa karena sebelumnya dia gak pernah kaya gini Vin."
"Iya sekarang lu tenang, habis ini gue langsung ngajak suster buat nyiapin brankar ke depan rs."
"Thanks Vin."
Tut tut...Sambungan telepon terputus dan Ayah langsung memandang ke belakang melihat bagaimana Bunda sedang berusaha mengajak Raka untuk berbicara agar putranya itu tak menutup matanya.
"Adekkk kuat ya.. jangan tidur dulu." Pinta Bunda.
"Bun-da." Lirih Raka begitu lirih.
"Sa-kitt." Ucap Raka terbata dan langsung menutup erat matanya. Bunda yang melihat pun langsung menangis histeris dan jangan lupakan Riko yang sudah menangis sedari tadi."Cepat Pak Seno!" Perintah Ayah dengan tegas.
"Iya Tuan." Jawab Pak Seno dan langsung menambah kecepatan laju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang PERGI (End)
Historia CortaTidak ada kata "sempurna" dalam kehidupan, Ragil Rakasa Maulana. Hidupnya mungkin terlihat sempurna. Tapi semua itu runtuh seketika ketika kenyataan itu datang merobohkan segalanya.