Dua

7.3K 250 5
                                    

"Adek, bangun sayang udah hampir jam 5, sholat shubuh dulu bareng Bunda, Mas, sama Ayah." Suara lembut seorang wanita yang hampir kepala tiga itu.

Enghhhh...
"Bangun dek, nanti keburu abis waktu shubuhnya."

"Bunda." Suara khas orang bangun tidur itu terdengar begitu serak. Wanita yang dipanggil Bunda oleh remaja tersebut langsung menghujani ciuman didahi putra bungsunya itu.

"Iya dek, ayo wudhu dulu, abis itu langsung ke mushola ya, kasian Ayah sama Mas, nanti lama nunggunya." Jawab Bunda itu, Mala namanya.
"He em Bunda."
"Ya udah, Bunda tunggu di bawah ya dek." Ujar Bunda yang langsung keluar dari kamar remaja itu.

---

Bunda Mala, seorang wanita, istri sekaligus ibu bagi kedua putranya. Riko Pratama Maulana dan Ragil Rakasa Maulana.

Dikka Maulana. Seorang ayah yang sangat luar biasa. Seorang pria 30 tahunan yang berada diatas kata sukses. Semua hidupnya ia habiskan untuk membuat orang-orang tersayangnya bahagia. Jika dia diberi pilihan antara keluarga dan harta, maka ia akan dengan lantangnya mengakatakan bahwa dia lebih memilih "KELUARGA".

---

"Maaf Ayah, lama ya nunggu adek?" Raka datang dengan sarung, baju koko, serta tak lupa peci hitam yang bertengger apik dikepalanya.
"Nggak papa dek, ayo adek sekarang yang iqomah." Jawab Ayah dengan berdiri dan bersiap dibarisan paling awal dalam sholat.
"Iya Ayah." Ucap Raka dan langsung mengumandangkan iqomah shubuh.

---

"Jangan tidur lagi ya Mas sama Adek." Larang Bunda dengan merapikan mukena yang telah dipakainya untuk sholat tadi. Mushola kecil dalam rumahnya yang biasa untuk tempat sholat jamaah para penghuninya.
"Iya Bun." Jawab mereka kompak.

"Abis ini jogging yuk Mas, Dek?" Ajak Ayah.
"Males Yah, lemes." Tolak si bungsu. Akhir-akhir ini memang Raka merasa tubuhnya sangat lemas, bahkan bisa dikatakan cepat lelah, tapi dia hanya diam tak pernah menceritakannya pada Riko, Bunda bahkan Ayahnya.

---

"Dek, Mas masuk ya?" Riko berucap seraya membuka kenop pintu kamar bercat biru muda itu. Terlihat adiknya tengah menyiapkan buku-buku pelajaran sekolah yang sebagian sudah dimasukkan kedalam tas hitamnya.

"Sibuk banget sih kayaknya, sampe Mas masuk aja kayaknya gak dilirik sedikitpun tuh." Ujar Riko seraya berpura-pura memasang wajah kecewanya. Raka yang melihatpun hanya menyengir dengan tetap sibuk pada buku-bukunya.

"Udah mandi belom dek?" Tanya Riko. "Belom mas, dingin hehe." Jawab Riko dengan tertawa memperlihatkan gigi ratanya.
"Ya udah pake air anget aja dek."
"Hehe males, pengin tidur lagi." Kata Raka dengan wajah polosnya.
"Bilang aja males, pake acara alesan airnya dingin, udah sana mandi, abis tu langsung ke bawah, mau berangkat pake apa dek?" Tanya Riko.

"Pengen naik si putih." Jawab Raka dengan entengnya. Si putih itu motor sport ternama yang baru saja rilis beberapa bulan yang lalu.
"Nanti bilang langsung ama Ayah ya dek?"
"Hemmm." Jawab Raka yang langsung melenggang masuk ke dalam kamar mandi nan mewah itu.

---

"Pagi Ayah, Bun." Sapa hangat dari si sulung.
"Pagi Mas, adek kok belum turun? Udah disuruh mandi belom mas?" Tanya sang kepala keluarga.
"Udah yah, bentar lagi paling turun."
Bunda hanya tersenyum dengan jawaban putra pertamanya, terlampau hafal dengan tingkah sang bungsu.

Selang beberapa menit,
"Pagi Ayah ganteng, Bunda Cantik, Mas jelek😝." Sapa sang bungsu dengan cengiran tanpa dosanya.
"Kalau ayah dibilang ganteng, giliran mas dikatain jelek, dasar adek laknat." Sanggah Riko dengan muka masamnya.

Tentang PERGI (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang