Enam

9.1K 281 1
                                    

"makasih ya, lo udah jaga nih Cafe" ucap Rayhan tulus.

"lo ngomong apa sih Ray? Ini tuh Cafe lo dan gue cuman kerja disini, itu pun lo yang nyuruh seharusnya gue kan yang berterima kasih"
Jelas Adrian.
Rayhan sekali lagi menganggukkan kepalanya.

Ia berdiri sembari berpamitan kepada Adrian, sahabatnya sejak duduk di bangku SMA.

"lo, harus jaga baik-baik nih Cafe" pesan Rayhan.

"pasti, gue pasti jaga Cafe lo baik-baik, dan BTW si Clara kemarin kemari, nanyain lo, puyeng dah gue ngadepin tuh cewek" jelas nya terlihat kesal.

"ya udah, gak usah di ladenin. Lagian hubungan kami berakhir sejak malam  itu, dan satu lagi jangan sampe dia tau gue kemana"

"iya tenang, gue bakal tutup mulut gue rapat-rapat" ucap nya seolah sedang mengunci mulut nya.

Rayhan hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

"baiklah gue pergi sekarang, Assalamualaikum"

"waalaikumsalam" jawab Adrian.

🕑🕒🕕

Alisha pov

Waktu terus berputar hingga tak terasa hampir 2 tahun pernikahan ku dan Mas Fahri berjalan. Namun belum juga hadir di tengah-tengah kami seorang anak.
Ya selama hampir 2 tahun menikah aku belum juga mengandung, bukan tanpa alasan, Mas Fahri sering mengatakan bahwa ia belum siap untuk memiliki anak.

Dan tentu aku akan menurut saja tanpa bantahan sedikit pun, meski jauh di lubuk hati ku.
Aku sangat menginginkannya. Tapi tidak, kebahagiaan suami ku adalah yang utama.

Setelah menikah dengannya, hidup ku kini lebih berwarna, ia begitu mencintai ku, memanjakan ku, dan tak pernah mempermasalahkan bagaimana masalalu ku.

Tapi, semua perlakuan manis nya kepada ku berbanding terbalik dengan perlakuan sebagian keluarga nya kepada ku.

Saat masih tinggal di rumah ibu nya, hampir setiap hari aku mendengar hinaan dan kata-kata kasar mereka tentang ku, yang kehilangan kehormatan ku.
Namun, semua nya berakhir saat suami ku Fahri memutuskan untuk tinggal di rumah kami sendiri.

Seharian aku hanya akan tinggal dirumah, menunggu suami ku pulang dari kantor.
Mas Fahri tak mengizinkan ku untuk kembali bekerja.

Aku kini tengah duduk di meja makan, menunggu Mas Fahri datang.
Setelah beberapa menit menunggu terdengar suara bel berbunyi.

Aku berjalan cepat kearah pintu, karena tak ingin membuatnya menunggu lama.

Saat membuka pintu seperti biasa, ia akan pulang membawa mawar merah yang menjadi Favorit ku, selama pernikahan kami ia terus melakukannya.
Dan bahkan ia mengirim mawar 3 kali sehari.
Berlebihan bukan? Tapi juga sangat membuat ku bahagia.

Bahagia karena ia tak pernah berubah.

"Mawar Merah untuk orang yang istimewa dan yang paling Mas Cinta" ucap nya sambil menyodorkan bunga mawar itu kepada ku.

"Terima kasih"
Aku tersenyum dan menerima mawar pemberiannya.
Lalu ku raih tas dan jas yang sudah bertengger manis di lengannya.

"langsung makan atau mandi dulu?"

"mandi aja, udah bau keringat soalnya" jawab nya.

Kesucian Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang