Sembilan

7.6K 271 1
                                    


🥀

Seiring berjalannya waktu, semua berubah.
Yang dulunya hanya ada kebahagiaan yang mengelilingi.

Sekarang?
Semuanya hanya menyisakan luka, tak ada yang tersisa sedikit pun rasa bahagia.

Tapi, terimakasih atas semua cinta yang sebelumnya kau berikan pada ku'

Alisha Attahya Medina

🥀

"yang dikatakan mamah memang benar kau bukanlah wanita baik-baik, kau hanya seorang wanita yang telah kehilangan kehormatannya" ucap nya.

Sakit? Tentu saja.

Sekian lama aku telah melupakan masalah itu dan dia sendiri yang mengungkit nya.

Air mata ku semakin deras, tak bisa menahan sesak di dada.

"dulu aku terlalu terpesona dengan wajah cantik mu itu hingga aku tak bisa melihat bahwa kau adalah gadis yang kehilangan kehormatan sebelum menikah" lanjut nya.

"dan dilihat dari foto itu, aku tak yakin bahwa saat itu kau di paksa" ucap nya.

Aku mengernyit tak mengerti apa maksud dari perkataannya.

"apa kau menyerahkan tubuh mu dengan sukarela?"

Plak

Aku mendaratkan tamparan keras dipipinya.

"mas Fahri, aku memang seorang wanita yang kehilangan kehormatan sebelum menikah, tapi bukan berarti aku seorang wanita rendahan seperti yang kau ucapkan" teriakku.

"apa kau fikir aku menginginkan hal ini, tidaaak..!!, aku tak pernah menginginkan hal ini" ucap ku.

Tangis ku kini pecah, kaki ku lemas.
Alu terduduk di lantai.

"hiks, saya tak pernah menginginkan hal ini hiks" lirih ku.

Tarikan di lengan ku membuat ku berdiri seketika.
Mas Fahri menarik ku ke atas.

Ia membuka pintu dan mendorong ku keras.
"jadi kau berani sekarang?" tanya nya pelan namun terdengar menakutkan.

"bereskan semua barang-barang mu dan pergi dari rumah ini, aku tidak ingin melihat mu ada disini saat aku kembali. Aku akan mengurus perceraian kita" ucap nya sambil berlalu meninggalkan ku.

AKu tak bisa mengatakan apa pun.
Aku tak pernah berfikir bahwa semua nya akan berakhir seperti ini, hanya karena masalah malam tadi.

Apa dia menceraikan ku hanya karena melihat ku bersama pria yang tak ku kenal itu? Atau karena dia telah kembali mencintai Sofia?

Aku mengemas semua barang-barang ku dengan Air mata yang masih mengalir dengan derasnya.

Saat telah memasukkan semua nya, aku mengamati setiap sudut dari ruangan ini.

Pandangan ku terhenti pada figura yang tergantung di dinding.
Foto ku dan Mas Fahri, terlihat sangat bahagia.
Dan juga mawar yang benar-benar telah kering.

Aku keluar dengan membawa semua barang ku.
Aku akan kemana sekarang?
Apa aku akan ke panti saja? Tapi apa yang akan ibu fikirkan?

Kuputuskan untuk meenelfon Andini.

"Hallo, Assalamualaikum Din"

"......."

"sekarang kamu dirumah kan?"

"......"

"iya, terima kasih"

Aku menutup sambungan telfon ku, dan memberi tahu alamat rummah andini kepada sopir taksi tersebut.

Setelah beberapa, aku kini berdiri tepat di depan pintu rumah Andini dan juga ibunya.

"Alisha" serunya Saat melihat ku.

Aku langsung berhambur kepelukannya dan kembali menangis.

"hei, ada apa? Dan kenapa kamu bawa koper?" tanya nya lembut.

"ya sudah kita ke kamar sekarang, kamu bisa cerita semuanya ke aku" ucap nya sambil menuntun ku masuk dan membawa koper milik ku.

"Nak Alisha?" panggil ibu nya Dini.

Aku berbalik, dan terlihat ia sedang tersenyum kearah ku. Aku pun ikut tersenyum.

"iya bu" jawab ku.

Ia melangkah kearah ku dan langsung memelukku.
"apa kau sudah makan siang nak?" tanya nya setelah melepas pelukannya.

Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"ibu sudah siapkan makan siang, kamu bisa ikut makan siang dengan kami" ajak nya.

"tidak bu, tidak perlu" jawab ku cepat.
Untuk saat ini aku tak memiliki nafsu makan sama sekali.

"baiklah, tapi jika sewaktu-waktu kau merasa lapar turunlah nanti" ucap nya lagi sambil menggenggam tangan ku.

Aku tersenyum sembari mengangguk setelahnya aku dan Dini kembali menaiki tangga.

Setelah sampai di kamar Dini, ia langsung mendesak ku untuk menceritakan semua kepada nya.

"jadi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu membawa koper? Apa kau dan pak Fahri sedang punya masalah?" tanya nya beruntun.

"Mas Fahri akan menceraikan ku" jawab ku sambil menunduk.

"apa maksud kamu? Kamu gak lagi becanda kan?" tanya lagi.

"gak, dia nuduh aku selingkuh,"jawab ku.
Air mata ku kembali jatuh membasahi pipi ku.

"aku gak ngerti, coba kamu cerita dari awal" pinta nya.

Aku mulai menceritakan semuanya kepada Dini, mulai saat mertuaku datang bersama seorang gadis yang merupakan cinta pertama suami ku, saat melihatnya melakukan sesuatu yang tak pantas, hingga kepada saat aku di bantu oleh seorang pria yang tak di kenal.

"jadi dia menceraikan mu karena gadis dari masalalu nya itu?" tanya nya.

"aku gak tahu, tapi aku fikir memang seperti itu, dan tentang dia yang menuduhku selingkuh itu mungkin bisa saja hanya sebuah alasan saja" jawab ku.

"hiks...hiks"

Andini memelukku, sambil terus mengumpat.

"apa ibu mu tahu tentang hal ini?" tanya pada ku.

Aku menggeleng dalam pelukannya.
"untuk saat ini sebaiknya ibu jangan di kasi tahu dulu, aku takut dia kenapa-kenapa" jawab ku.

"ok, tapi sebaiknya untuk hari ini dan beberapa hari ke depan kamu tinggal di sini aja, ibu juga pasti setuju" ucapnya.

"baiklah sekarang kamu istirahat dulu" ucap nya sambil berlalu.

"Din"
Ia menoleh kearah ku.

"makasih" lirih ku ia hanya tersenyum sembari mengangguk.

**

2 hari telah berlalu, dan hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi ibu ku.

Setelah sampai, aku terkejut saat melihat mobil Mas Fahri di depan rumah panti.

Aku berlari memasuki rumah, takut jika-jika Mas Fahri akan menceritakan semuanya kepada ibu ku.

Benar, dugaanku benar terlihat ibu sedang menangis disana dengan kertas yang masih berada di tangannya yang ku yakini adalah surat cerai dari Mas Fahri.

****

Bersambung....

See you next partnya guys

Vote dan coment nya guys jangan lupa.

Kesucian Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang