Empat

11.2K 354 1
                                    


Alisha terus berlari, tak tentu arah.
Ia sangat malu bertemu dengan orang-orang setelah kejadian itu.

Setelah beberap menit, kini ia sedang duduk di sebuah halte bis.
Ia masih terus menangis, hingga seseorang duduk di samping nya dengan jarak yang tak terlalu dekat.

"jangan menangis" kata seseorang pria yang kini telah duduk di samping nya.

Alisha melihat ke arah pria itu.
Pria dengan jaket hitam dan topi hitam yang ia gunakan.

Melihat pria itu, seketika Alisha merasa bahwa dia adalah orang yang sama, orang yang melakukan 'itu' pada nya.
Tapi ia tidak akan berfikiran buruk kepada pria itu.

"nama ku Rayhan" ucap nya yang tanpa di hiraukan oleh Alisha.

Ia berdiri, dan saat akan melangkah tiba- tiba mobil hitam berhenti di depannya.

"pak Fahri" gumamnya setelah melihat sosok pria yang turun dari mobil di depannya.

"Alisha?, kamu benar Alisha kan?" tanya Fahri memastikan.

"ii..iya pak, ada apa ya?"

"kamu cantik sekali memakai gamis itu" pujinya.

Alisha hanya menunduk tanpa berniat menjawabnya.

"seminggu ini kamu tidak ke kantor, ada apa? Apa kamu sedang punya masalah?" tanya Fahri beruntun.

"maaf pak tapi saya sudah memutuskan untuk resign dari kantor bapak"

"tapi kenapa?"

"tidak apa-apa pak, kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum" pamit Alisha.

"Alisha, tunggu!" seru Fahri.
Alisha langsung menghentikan langkahnya.

"kamu tinggal dimana sekarang?"

Alisha berbalik dan bertanya.
"kenapa bapak ingin tahu?" tanya Alisha.

"begini, saya akan menemui ibu mu, saya akan melamar mu" jawab Fahri.

Alisha tak bisa berbuat apa-apa, ia senang tapi ia juga sadar bahwa ia tidak pantas untuk Fahri.

"maaf pak saya permisi" kata Alisha sambil berlari meninggal Fahri.

Interaksi antara Alisha dan Fahri tak luput dari Rayhan, ia merasa tidak suka saat melihat Fahri menanyakan alamat Alisha, terlebih saat ia berniat akan melamar Alisha, gadis ah bukan wanita yang berhasil membuat nya selama seminggu ini merasakan sesuatu yang berbeda, cinta? Bisa saja.

Tapi ia juga sangat sadar bahwa ia tak pantas untuk Alisha dan tentu Alisha tidak akan menerimanya saat tahu semuanya.

.
.

Di tempat lain, tepat nya di panti ibu Aisyah dan beberapa anak tengah panik mencari Alisha yang kini tak berada di mana pun.

"Alisha, kamu dimana nak?" lirih Ibu Aisyah khawatir.

"assalamualaikum" ucap seseorang dari luar.

"waalaikumsalam, Alisha" jawab ibu Aisyah dan segera berjalan ke arah pintu.

"Alisha, kamu dari mana nak?" tanya ibu Aisyah sambil memeluk Alisha.

Alisha tak menjawab pertanyaan dari ibu nya.

"ya sudah kita masuk sekarang" ajak ibu Aisyah, yang di angguki oleh Alisha.

"sekarang kamu sholat Isya dulu" kata ibu Aisyah setelah sampai di kamar Alisha.

"baik bu" jawab Alisha dan masuk ke kamar mandi.

.
.

Beberapa hari telah berlalu setelah kejadian itu, Alisha tak pernah ke masjid untuk sholat berjamaah.

Perkataan Fahri bos nya juga tak luput dari ingatannya, sungguh ia sangat bahagia jujur saja ia tertarik lebih tepatnya jatuh cinta kepada Fahri saat masih bekerja di kantor nya. Namun ia juga tidak akan berharap setelah malam itu, malam dimana semua nya berubah.

Saat ini Alisha sedang berada di kamar nya, ia sedang sibuk membaca buku yang di berikan ibu nya.

Tiba-tiba ketukan pintu menghentikan aktivitasnya, ia berdiri dan membuka pintu.

"kak diluar ada tamu, nyariin kak " kata Suci.

"siapa?"

"Suci juga gak tahu kak, tapi ibu bilang kak harus keluar"

"ya udah ayo" ajak Alisha kepada Suci.

Alisha berjalan keruang tengah tempat ibu nya berada. Namun langkahnya terhenti saat tahu siapa tamu yang di maksudkan.

"pak Fahri" lirih nya.

"Alisha, sini sayang" ajak ibu Aisyah saat melihat Alisha hanya berdiam diri di tempat nya.

Alisha berjalan ke arah ibu nya dan duduk tepat di samping nya.

"pak Fahri kenapa kesini?" tanya Alisha to the point.

"saya bermaksud untuk melamar Alisha" jawab nya santai sambil tersenyum.

"tidak, maaf kan saya pak tapi saya tidak bisa menerima lamaran ini" jawab alisha cepat.

"Alisha ibu mu sudah menceritakan semua nya kepada ku, dan aku merasa tidak keberatan, aku menerima mu apa adanya Alisha, aku sangat mencintai mu" kata Fahri penuh harap.

Alisha kaget sekaligus bahagia mendengar penuturan Fahri.

"apa bapak benar-benar tidak akan mempermasalahkan hal itu?" tanya Alisha.

"iya, aku tidak akan masalah akan hal itu" jawab nya tegas.

"sebaiknya bapak memikirkannya lagi, sebelum mengambil keputusan ini" kata Alisha pelan sambil menunduk.

"tidak ada yang perlu di fikirkan lagi, aku sudah melakukannya dan aku sangat yakin, jadi aku mohon jangan menolak"

"baiklah kalau begitu, aku menerima lamaran ini" jawab Alisha pelan masih dengan menundukkan kepalanya.

Ia bahagia, sangat bahagia, ia juga merasa sangat beruntung karena Fahri bisa menerimanya tanpa peduli atas apa yang telah terjadi.

"terima kasih Alisha, terima kasih" ucap Fahri.

"tidak seharusnya saya yang berterima kasih kepada bapak" kata Alisha sambil tersenyum.

"baiklah kalau begitu, aku akan menghubungi orang tua ku dan memberitahukannya, dan bisakah pernikahannya di laksanakan 10 hari ke depan?" tanya Fahri.

" Nak Fahri,apa itu tidak terlalu cepat
Lagi pula orang tua mu belum tahu tentang hal ini" kata ibu Aisyah.

"tidak, ibu tidak perlu khawatir,aku yang akan mengurus semuanya,dan masalah orang tua ku dia selalu mendukung ku apa pun keputusan ku dan aku yakin mereka pun akan setuju untuk yang satu ini" jawab Fahri.

"baiklah kalau begitu, terserah kepada bapak saja"

"kalau begitu saya pamit pulang dulu, Assalamualaikum"

"waalaikumsalam" jawab Ibu Aisyah dan Alisha bersamaaan.

*

Bersambung...

See you next part

Jangan lupa vote and coment nya yah.

Kesucian Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang