Duabelas

7.6K 255 1
                                    

Tok...tok.

"Assalamualaikum bu" ucap Dinda yang kini sedang berdiri di ambang pintu.

"Waalaikumsalam, ada apa sayang? Sini masuk" jawab ku menyuruhnya masuk.

Ia melangkah ke arah ku dan ibu.
"bu, Kak Rayhan udah mau pulang, Dinda di suruh buat manggil ibu, katanya gak baik kalau harus ke kamar kakak Alisha" ucap nya.

"ya udah sayang ibu akan segera kesana"

Dinda mengangguk dan mulai berjalan keluar dari kamar ku.

"nak, ibu keluar dulu ya, sekarang kamu istirahat" ucap nya lembut.

"baik bu, dan sampaikan terimakasih ku kepada pak Rayhan" ucap ku.

Rasanya, aku sedikit penasaran dengan sosok Rayhan itu, pasalnya setiap ia datang aku tak pernah melihat wajah nya dengan jelas.

Anak-anak juga sangat menyukai nya, apa dia sebaik itu?

Aku membaringkan tubuh ku, entahlah tapi rasanya sendi ku sedikit terasa nyeri.

Mungkin hanya kelelahan saja.

Aku kembali tertidur, dan setelah bangun aku terkejut melihat noda di bantal ku.

'apa ini?' fikir ku.

Aku berdiri dan mulai berjalan ke kamar mandi, aku kembali terkejut saat melihat wajah ku.

Ya Allah.

Aku segera membasuh nya membersihkan nya cepat sebelum ibu atau yang lain melihat nya.

"Nak apa kau di dalam?" tanya ibu dari luar.

"iya bu, bentar" jawab ku sedikit berteriak takut ibu tidak akan mendengar nya.

Aku segera keluar dan membuka pintu kamar ku.
"nak, kita ke masjid yuk sholat jamaah, kebetulan malam ini akan ada kajian ,nak Rayhan" ajak nya.

"maaf bu, tapi Lisa lagi ber'halangan'," jawab ku.

"maaf nak, ibu gak tau, ya sudah kalau gitu ibu akan pergi kamu tidak apa-apa kan sendiri di rumah? Atau ibu suruh Dinda atau Suci untuk menemani mu di rumah?" tanya nya.

"gak bu, gak apa-apa, lagian kalau ke masjid pasti mereka senang, karena akan mendengar kajian dari pak Rayhan" jawab ku.

"baiklah kalau begitu, ibu pamit ya, Assalamualaikum" pamit nya.

"waalaikumsalam" jawab ku.

Tapi sebelum jauh ibu berhenti dan berkata.
"ibu sudah siapkan makan malam, kamu bisa makan sekarang" ucapnya kemudian kembali berjalan.

Aku menutup pintu kamar ku, rasanya aku tak punya nafsu makan malam ini.

Aku mengganti pakaian dan juga jilbab ku yang terkena noda darah tadi.

Setelah membersihkan diri aku memutuskan untuk membaca buku, tepat nya sebuah Novel.

Karena terlalu asik membaca, aku tak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Aku kembali melanjutkan bacaan ku. Namun tiba-tiba terhenti karena melihat noda merah yang menitik di buku ku.

Aku segera berlari ke kamar mandi, dan segera membersihkannya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi saat ini, apa mungkin aku terlalu lelah?
Aku akan istirahat saja.

Setelah berwudhu, aku meminum obat sakit kepala yang berada di atas nakas, yang sudah ibu siapkan untukku
Dan aku kembali tertidur setelahnya.

"Nak, bangun sayang" samar-samar ku denga suara ibu ku.

Benar ibu ku sedang duduk di samping ku, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam
"kenapa bu?" tanya ku dengan suara serak khas bangun tidur.

"tadi saat ibu datang, makanan belum tersentuh sama sekali, apa kamu belum makan nak?" tanya nya.

"Maaf bu, Tapi Lisa tidak lapar" jawab ku.

"nak, kamu harus makan, kamu bisa sakit jika tidak makan," ujarnya lembut dan penuh kesabaran.

"tapi bu.."

"sedikit aja ya" pinta ibu ku.
Aku langsung mengangguk. Ia tersenyum sambil menyuapi ku.

"sudah bu, Lisa udah kenyang" ucap ku.

"tapi nak, ini baru 3 suapaan"

"Lisa mohon bu"

"ya sudah, tidak apa-apa, tapi kamu harus minum susunya, dan harus dihabiskan" ucap nya.

Aku meminum susu itu, hingga tandas dengan sekali teguk.

"alhamdulillah, sekarang tidur lah nak" ucap nya sambik mencium keningku.
Aku tersenyum menerima perlakuan ibu ku.

Jika, semua orang yang telah di tinggalkan orang tua nya mendapat ibu sebaik Ibu Aisyah,  aku yakin tidak ada satu pun dari mereka yang akan merasa kekurangan kasih sayang.

Aku memperhatikan punggung ibu Aisyah hingga pintu tertutup.
Dia benar-benar sosok ibu yang sangat sempurna, kasih sayang nya tak kurang dari ibu kandung.

Dalam hati aku terus bersyukur, karena Allah mengirimkan sosok ibu seperti ibu Aisyah.

Seketika ingatanku kembali mengingat pertemuan pertama ku dengan nya.

Flashback on.

Terlihat seorang gadis kecil yang di perkirakan berumur 5 tahun kini duduk menangis di kursi tunggu.
Terlihat beberapa luka pada tubuhnya.

"nak, ada apa?" tanya seorang wanita.

"anak ini baru saja mengalami kecelakaan dan orang tuanya di nyatakan meninggal, karena itulah dia terus menangis." jawab seseorang yang duduk tak jauh dari anak tersebut.

"lalu, kenapa bapak tidak menenangkan anak ini?"

"sudah saya coba tapi dia justru mengeraskan tangisnya, bahkan ia tak memiliki keluarga" jawabnya.

Ibu Aisyah  mendekati anak itu dan duduk disampingnya.

"hei cantik nama kamu siapa?" tanya ibu Aisyah lembut.
Anak itu mengangkat wajahnya, terlihat begitu sembab.

"nama aku hiks, Alisha" jawab nya sesegukan.

"Alisha sayang, sudah ya sayang" ucap nya berusaha menenangkan gadis kecil itu.

"orang tua lisha udah meninggal dan lisa gak punya siapa-siapa lagi hiks" ucap nya masih menangis.

"sayang, dengar Allah lebih menyayangi orang tua Alisha, karena itulah Allah memanggilnya lebih awal nak" jelasnya dengan penuh kelembutan.

"lisha juga sayangkan kepada kedua orang tua Lisha?"
Gadis itu mengangguk

"nah kalau gitu, Lisha berhenti menangis dan terus berdoa kepada Allah untuk orang tua Lisha" lanjutnya.

Terlihat anak itu mulai sedikit tenang, tidak ada lagi air mata yang mengalir di pipinya.

Alisha memeluk ibu Aisyah.
"ibu" cicitnya.

Ibu Aisyah tersenyum mendengar ucapan Lisha.
"sayang, Lisa mau kan ikut dan tinggal bersama ibu? Di sana Lisa akan dapat banyak teman" tanya nya.

Lisa hanya menganggukkan kepalanya dalam pelukan ibu nya.

Flashback off.

Dan mulai sejak saat itu Alisha tinggal bersama dengan ibu Aisyah.

****

Bersambung....

Hello guys,
Sebelumnys maaf ya kalau typo nya banyak banget.

Dan jangan lupa, tekan bintang pada cerita aku guys.

Sekian dan terima kasih.

See you next part.

Kesucian Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang