Empatbelas

7K 230 1
                                    


🌹🌹


1 minggu telah berlalu sejak kejadian itu, dan selama itu pula aku sudah tak mengalami mimisan. Tapi kepala ku masih saja sering terasa sakit meski sakitnya tak sehebat sebelumnya.

Hari ini aku pulang lebih awal dari Cafe, bukan karena tanpa alasan tapi Andini yang memaksa ku untuk pulang lebih cepat.

Aku juga tidak tahu alasan mengenai hal ini.

Saat sedang berada dalam kamar ku membaca novel sampai ketukan pintu menghentikan aktifitas ku.

Aku berjalan ke arah pintu dan membuka nya.
Di sana ibu yang sedang berdiri sambil tersenyum ke arah ku.

"ibu? Ada apa? Sepertinya ibu sangat bahagia" tanya ku.

"Nak, sekarang kita kebawah ya, ada yang ingin bertemu dengan mu" ucap ibu masih dengan senyum bahagia di wajahnya.

'siapa yang ingin bertemu? Apa Andini? Tapi biasa nya dia akan langsung ke kamar ku' batin ku.

"nak"

"oh, iya bu" jawab ku cepat.

Ibu menggenggam tangan ku dan menuntun ku ke arah ruang tamu, tempat seseorang itu berada.

"Nak Rayhan" panggil ibu pelan.

'Rayhan? Jadi dia Rayhan?' fikir ku.

Tampak Rayhan langsung berdiri saat kami berada di depannya.

"duduklah nak" ucap ibu.

Rayhan kembali duduk begitu pun dengan Ibu dan Aku.

"jadi? Sebenarnya tujuan pak Rayhan mau bertemu dengan saya apa?" tanya ku to the poin meski sedikit ragu.

"am, jadi begini, saya kemari bermaksud untuk melamar mu Alisha"

Deg.

Melamar?

Nafas ku memburu, jantung berdetak dengan cepat.
Aku tidak bisa.

"ma..maaf pak Rayhan tapi...tapi saya tidak pernah berfikir untuk menikah lagi, saya harap bapak bisa mengerti dan sekali  lagi maaf kan saya" ucap ku.

Terlihat ia hanya mengangguk, meski aku melihat sedikit raut wajah kecewa.

"maaf bu. Tapi Alisha permisi, Assalamualaikum" ucap ku sambil berlalu meninggalkan mereka.

Mendengar kata atau meski hanya mengingat tentang pernikahan sudah membuat ku takut.
Aku tak ingin menikah lagi.

Tidak.

Air mata ku luruh seketika, apa aku terlalu takut?.

Bayangan tentang Mas Fahri dan bagaimana ia menghianati ku seketika kembali muncul dalam fikiran ku.

"aakh"
Kepala kembali terasa sakit.
Dan juga aku merasa cairan hangat keluar dari hidung ku.

Aku berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan nya.

Ketukan pintu berkali-kali terdengar dari luar.

"Assalamualaikum kakak Alisha" panggil seseorang yang ku yakini adalah suci.

"Waalaikumsalam" jawab ku sambil membuka pintu.

Terlihat anak-anak sedang tersenyum dengan binar bahagia terpancar pada wajah mereka, serta masing-masing dari mereka memberikan bunga mawar merah pada ku.

"ada apa? Sepertinya kalian sangat bahagia?" tanya ku sambil menerima mawar tersebut.

"tentu saja kami bahagia, kami sudah tahu bahwa kak Rayhan datang untuk melamar kakak" jelas Dinda mewakili semua.

"Tapi kakak tidak menerima nya" jawab ku jujur.

Seketika senyum di wajah mereka menghilang setelah mendengar jawaban ku.

"kenapa? Kak Rayhan adalah orang yang sangat baik, dan kami mengerti jika kakak menolak karena merasa takut, tapi kakak salah jika berfikir bahwa Kak Rayhan sama hal nya seperti Pak Fahri" jelas nya Suci panjang lebar.

Setelah mengatakan itu, mereka semua keluar kamar ku.

"benar, kamu benar Suci tapi tetap saja kakak merasa takut" lirih ku.

'aku tahu mereka sangat kecewa dengan keputusan ku, tapi tidak bisakah mereka melihat apa yang ku alami selama ini?' batin ku.

**

Keesokan pagi nya, terlihat tak ada satu pun anak-anak yang ingin bicara pada ku.
Saat aku mendekati mereka, mereka akan langsung pergi tanpa mengucap satu patah kata pun.
Dan aku tahu apa penyebab dari sikapa mereka.

Saat sedang membersihkan peralatan makan, ibu datang dan membantu ku.

"Nak ibu tahu, kau merasa takut. Tapi ibu mohon fikirkan lamaran Nak Rayhan kepada mu, ibu yakin dia pria yang tepat untuk mu, berikan satu kesempatan lagi pada hidup mu untuk bahagia" ucap ibu dan langsung pergi.

Aku terpaku mendengar perkataan ibu ku, apa ibu ku juga merasa bahwa pria itu benar-benar baik sampai ia memohon kepada ku untuk memikirkan lamaran ini?

Aku meninggalkan rumah menuju tempat ku bekerja.
Perkataan ibu dan Suci masih saja berputar di kepala ku.
sampai akhirnya setelah tiba di Cafe aku terus menyibukkan diri berharap bisa melupakan semuanya meski hanya sejenak.

"Assalamualaikum Alisha" ucap seseorang.

Aku berbalik dan mendapati pak Rayhan sedang tersenyum ke arah ku dan setelah nya ia memalingkan pandangannya.

"maaf pak, tadi saya tidak meliha bapak" ucap ku sambil menunduk.

"tidak apa-apa Alisha, dan saya ingin mengingatkan bahwa menjawab salam itu wajib hukum nya" ucap nya.

"eh, wa..waalaikumsalam pak, maaf" aku merasa malu.

"maaf jika apa yang kulakukan kemarin sangat lancang dan membuat mu merasa tak nyaman" jelas nya.

"tidak apa-apa pak, kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum" ucap ku sambil berlalu meninggalkannya tanpa menunggu jawaban salam darinya.

Aku kembali bekerja, mengantar pesanan atau pun mencuci semua peralatan meski itu bukanlah pekerjaan tapi aku hanya ingin sangat sibuk hari ini.

"Lisa, kamu ngapain disini? Ini bukan pekerjaan kamu" tanya Dini.

"am, itu aku lihat semua orang sedang jadi aku mengerjakannya" jawab ku berbohong.

Ia menarik ku keluar dari dapur menuju ruangannya.

"kamu kenapa Din? Aku masih punya banyak pekerjaan" tanya ku.

"aku mau membicarakan sesuatu yang penting dengan mu" jawabnya.

"tentang apa?"

"tentang lamaran kakak ku" jawab nya.

'sudah ku duga ia juga akan membahas masalah ini' batin ku.

****

Bersambung.....

Maaf jika part ini masih terbilang gaje.

See you next part guys.

Kesucian Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang