Sepanjang jalan, mulut Rere tak henti-hentinya memaki. Tersangka utamanya jelas saja Jebi yang mulutnya tidak ada remnya. Segala ngatain Rere belum mandi pula. Walau, ya, memang tebakan Jelangkung satu itu benar adanya. Tapi Rere, kan, tercubit harga dirinya sebagai perempuan dikatakan belum mandi. Rere juga kalau tidak kepepet mana mau pergi tanpa membasuh badan terlebih dulu.
Ini semua Rere lakukan demi si mantan yang tiba-tiba memajukan waktu bertemu mereka. Walau Rere lebih senang menamainya 'kencan'. Berawal dari tragedi kepencet react berlambang hati, hingga adegan sapa menyapa dalam sebaris kata, berlanjut ajakan temu kangen yang membuat Rere blingsatan mengundang reaksi sang ibu, akhirnya penantiannya setelah ratusan purnama berlalu dengan hasil yang diharapkan.
Rere cengar-cengir memperbaiki make up 4G-nya yang serba ala kadarnya diburu waktu. Dari balik kemudi, si sopir menggelengkan kepalanya memandang penumpang aneh yang sedang menghias wajah dengan cengiran.
Pasti mau ketemuan sama om-om. Keliatan banget mau dapat duit banyaknya.
Sinis sopir taksi yang namanya disamarkan.
Food Addicted Resto diikrarkan Nares sebagai tempat mereka bertemu. Resto mewah yang beberapa kali muncul dalam halaman majalah itu kini bisa Rere injak lantainya tanpa rasa takut. Bukan karena tidak punya uang cukup untuk sekadar makan di tempat yang sekali makan saja bikin membobol dompet hingga kusut, maaf saja, Rere tidak sejelata itu. Yang Rere takutkan hanya satu, bertemu mantan yang susah diajak balikkan.
Hari ini adalah pengecualian, sebab Nares sendiri yang mengundangnya untuk datang. Boleh tidak Rere goyang dumang untuk mengungkapkan rasa bahagia tiada terkira ini? Dipikir-pikir, urat malu Rere masih waras menahan aksi memalukan yang tercancel.
Menarik napas, Rere memantapkan hati melangkah ke dalam resto. Dicegatnya seorang pramusaji yang lewat depan matanya. "Mbak saya mau ketemu yang punya resto."
Sering gembar-gembor bahwa dirinya bukanlah rakyat jelata, namun pandangan orang tidak bisa diprediksi seenaknya. Maka, wajar saja apabila pramusaji itu menaruh perhatian lebih dengan tampilan Rere yang setara rakjel. Apalagi dengan ucapan seenaknya ingin menemui orang nomor satu di resto ini. Jangan bercanda lah, Bung!
"Maaf saya sibuk." Pramusaji itu melenggang meninggalkan Rere. Sempat ingin memaki, namun umpatan itu tertahan kala matanya jelalatan melihat betapa 'wah'nya resto tempat kaki Rere berpijak.
Mata Rere berpendar mengamati dekorasi resto yang sekali lagi memberi kesan serba 'wah'. Rere berpikir, berapa tahun sih mereka putusan sampai Nares tetiba kaya mendadak. Rere jadi curiga, bisnis kuliner yang laki-laki itu lakoni bukanlah sumber utama penghasilannya, Rere menduga kalau resto ini hanyalah kedok dari usaha Nares yang sebenarnya. Menurut simpul pengamatannya ialah, Nares pasti mengambil jalan pesugihan supaya cepat kaya.
Menuduh mantan itu dosa nggak, sih? Apalagi kalau mantannya masih ganteng?
"Gi, udah dateng?"
Rere menjengit kala sebuah tepukan pada bahunya. Nares berdiri di sampingnya yang membikin badan Rere kehilangan energi. Badan Rere limbung kalau bukan tangan besar itu menahan tubuhnya.
Rere menggigit bibirnya. Jangan sampai ia jerit-jerit hanya karena dipegang cowok. Bisa rusak image-nya sebagai gadis anggun nan elegan di hadapan sang mantan yang makin tambah tampan juga mapan. Harusnya Rere tadi bawa karung buat menculik Nares untuk dibawanya ke KUA terdekat. Jiwa kejombloan Rere meronta-ronta minta dibebaskan.
"Ha-hai."
"Lemes banget, Gi, belum makan, ya?"
Belum apa-apa Rere udah baper. Hanya ditanyai makan Rere artikan sebagai; udah siap jadi istri aku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Mate
ChickLitKamu jomblo? Korban gagal move on? Punya ibu yang cerewetnya minta ampun karena lihat anak tetangga udah pada gendong bayi? Oh ... betapa ngenesnya hidupmu! Redeisha Gifani harus mengalami itu semua. Sudah jomblo, setiap ada pertemuan keluarga yang...