"Dia..."
"Ada apa nih pada kumpul disini?" Suara menggelegar Kenan yang tiba-tiba membuat Rere mengembuskan napasnya lega. Kedatangan Kenan bak oase di tengah gurun pasir. Yah, walau terkadang abangnya satu-satunya itu suka bikin kesal dan julidnya minta ampun sampai Rere sempat meragukan tali persaudaraan, tapi Kenan cukup bisa diandalkan kehadiran disaat kondisi tidak kondusif seperti saat ini.
Tapi ngomong-ngomong, untuk apa juga Rere merasa khawatir apabila status hubungannya dengan Nares diketahui Jebi? Harusnya kan Rere biasa aja gitu. Entah lah, Rere pusing ini jadinya. Efek belum menerima kucuran dana dari sang kakak serta ayahnya ini pasti. Istilah Jepangnya sih sakukurata.
"Re, ngapain mantan lo ada di sini? Balikan lo sama dia?" ucapnya tak bersahabat sambil menunjuk Nares. Terlihat jelas bila Kenan merasa terganggu dengan kemunculan mantan pacar sang adik setelah bertahun-tahun lamanya tidak menampakan batang hidung.
Awalnya Kenan sempat merestui hubungan keduanya, namun saat Nares memutuskan hubungan dengan Rere tanpa sebab hingga membuat sang adik menangis meraung-raung tiap malam di kamarnya, Kenan jadi kesal sendiri. Hampir satu minggu lamanya Kenan menjadi tong sampah sang adik hingga begadang menemani Rere yang membuang-buang air mata. Kenan pikir hubungan keduanya baik-baik saja sebab terlihat harmonis, namun pada saat Kenan pulang tugas setelah berminggu-minggu menetap di luar kota, Kenan malah disambut dengan curahan Rere yang mengaku putusan.
Lalu melihat Nares di depan rumahnya saat ini muncul tanpa rasa bersalah, Kenan ingin melayangkan tinjunya kalau saja pengendalian emosinya buruk. Beruntung Kenan masih bisa menahan emosi yang saat ini rasanya berada di ubun-ubun.
Seketika bahu Rere melemas. Baru saja Rere hendak sujud syukur Nares tidak membongkar masa lalu mereka di hadapan Jebi karena kedatangan Kenan yang tiba-tiba, ini Kenan dengan entengnya malah buka suara.
"Halo Bang? Apa kabar?" Nares dengan ramah menanyakan kabar walau hanya dibalas dengan dengusan.
"Gue gak ngomong sama lo!" Mata Kenan melotot hampir copot dari tempatnya.
Rere berkomat-kamit dalam hati agar tak terjadi pertumpahan darah di weekend ini agar tak menjadi week end.
Berkacak pinggang Kenan meluruskan pandangan pada sang adik. "Jawab gue, lo balikan sama mantan lo ini, hah?!"
Ya ampun, Rere ngeri sendiri kalau abangnya sudah marah-marah begini. Sepengetahuan Rere selama tinggal serumah, Kenan cukup bijak mengontrol emosi. Tidak pernah meledak-ledak seperti saat ini.
Ingin rasanya Rere menyumbangkan satu buah lagu yang berbunyi;
setan apa yang merasukimu ...
Tapi nanti yang ada malah Rere yang dikira kerasukan. Gengsi dong!
"Enggak!" jawabnya dengan suara agak tinggi setelah ditatap sedemikian rupa oleh enam pasang mata.
Kenan menyipitkan mata. "Terus ngapain dia disini kalau bukan buat ngapelen elo?"
Nares menghela napas. Ia sudah pasrah ditunjuk-tunjuk Kenan bagai kuman yang patut dibumi hanguskan dari peredaran makhluk hidup di bumi ini. Tampaknya Kenan sangat membenci kehadirannya kali ini.
"Iya bener apa kata abang lo!" Jebi tahu-tahu saja mendukung Kenan.
Rere mendelik. Siapa sih orang ini yang sok ikut-ikutan masalah privasi orang lain? Nggak berfaedah banget hidupnya. Maki Rere dongkol.
"Diem lo!" bentak Rere tersulut amarah.
Jebi menyeringai. "Dua-duan saat gak ada orang rumah itu maksudnya apa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Mate
ChickLitKamu jomblo? Korban gagal move on? Punya ibu yang cerewetnya minta ampun karena lihat anak tetangga udah pada gendong bayi? Oh ... betapa ngenesnya hidupmu! Redeisha Gifani harus mengalami itu semua. Sudah jomblo, setiap ada pertemuan keluarga yang...