Jika hati adalah benda paling rapuh serta gampang patah, maka tidak seharusnya manusia menyalahkan Tuhan sebagai penciptanya. Bayangkan saja bila manusia tidak mempunyai hati, dimana tempat sebuah rasa pulang? Manusia pasti kelimpungan.
Kata orang hati adalah bagian terlemah dalam tubuh manusia, maka Rere tidak akan berpikir ulang untuk membenarkan. Hatinya saat ini memang sedang lemah-lemahnya. Diperhatikan dikit, lumer. Disenyumin terus-terusan, baper. Semudah itu memang melemahkan hati jomblo seperti dirinya.
"Aku minta maaf, Gi, kalau pertemuan mendadak kita gak seasik yang kamu bayangkan."
Saat ini Rere sudah duduk manis di samping Nares yang tengah mengemudi. Nares memaksa mengantar Rere sebab dia tidak enak hati karena membiarkan wanita itu datang sendirian tadi. Jadi sebagai balasan Nares mengantarnya pulang.
"Tadi asik, kok. Wajarlah kita udah berapa lama yang ketemuan jadi agak kaku dikit."
"Kalau kamu gak nge-react aku di IG, saat ini mungkin kita gak akan duduk bersama."
Rere meringis malu mengingat hal itu. Sebuah ketidaksengajaan yang menguntungkan. Rere hanya menanggapi dengan cengiran.
"Tiba-tiba muncul gitu aja postingan kamu di timelineku. Pas aku lihat ternyata PP-nya foto kamu. Ya udah aku kasih react, deh." Rere berkata sok jual mahal.
Nares mengganguk-angguk sambil tetap menyetir. "Aku kira kamu ngestalk aku."
Jeder!
Rere memperbaiki posisi duduknya. Kepalanya dimiringkan, menelisik kepala Nares untuk mengetahui apakah terdapat radar tersembunyi pada kepala pria itu. Perbuatannya sia-sia. Mungkin Rere kebayakan ngemil batu bata sehingga pikirannya kacau balau.
Apa pas Rere stalking malaikat membocorkan aksinya, ya?
Rere menggelengkan kepalanya yang makin ngawur.
"Kepala kamu kenapa, Gi? Sakit?"
Tangan Nares terulur untuk mengecek dahi Rere. Punggung tangan itu menyentuh lembut kulitnya. Rere membatu lima detik.
Lampu lalu lintas masih berada di titik merah. Membiarkan Nares leluwasa mengecek keadaan wanita di sampingnya.
Bukan gagal move on lagi ini mah! Tapi move on dicancel!
"Suhu tubuhnya normal, kok. Kamu pusing, Gi? Mau kubelikan sesuatu?"
Rere tidak kuat lagi! Perhatian Nares membuatnya kelimpungan. Korban gagal move on dalam dirinya meraung-raung minta diselamatkan.
"Res, jangan bikin aku baper, bisa gak?"
Nares mengacak rambut Rere gemas. Mobilnya mulai dijalankan kembali. Namun sepanjang perjalanan itu Nares tak juga menjawab pertanyaan Rere. Pria itu tetap tenang mengemudi.
Tidak tahukah dia kalau Rere sudah mengadaikan harga dirinya untuk menanyai Nares tadi?
***
Rere mengempaskan duduknya di sopa depan tv. Hatinya sedang tak keruan. Pertemuan yang direncanakan itu membuat Rere gelisah. Predikat jomblo abadi mungkin akan menjadi gelar tetapnya setelah ini. Sikap Nares tadi membuat Rere salah tingkah jadi ingin minta balikan. Namun kalimat 'kita balikan, yuk' itu tidak mau Rere ucapkan. Rere akan kehabisan stok harga diri apabila ia benar-benar mengatakannya. Sedang harga diri seseorang itu tidak dijual di toko online shop biasa Rere membeli kebutuhan dirinya.
Mata Rere baru terpejam beberapa menit saat merasa ada pergerakan dari sopa didudukinya.
"Ibu gak salah lihat kan, Re?" Desi mengguncang tubuh Rere heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Mate
ChickLitKamu jomblo? Korban gagal move on? Punya ibu yang cerewetnya minta ampun karena lihat anak tetangga udah pada gendong bayi? Oh ... betapa ngenesnya hidupmu! Redeisha Gifani harus mengalami itu semua. Sudah jomblo, setiap ada pertemuan keluarga yang...