5

3.7K 258 0
                                    


Uzma sangat senang mendengar kabar baik itu. Setengah jam yang lalu, bang Furqan ke kamarnya untuk memberitahu hal yang tadi dibicarakan diruangan ayah.

"Bang, apa yang kamu bicarakan tadi? Sepertinya sangat penting." Tanya Uzma menggebu gebu setelah membukakan pintu yang beberapa detik lalu diketuk abangnya.

Bang Furqan pun masuk kekamar Uzma. Uzma menutup pintu dan mendudukkan dirinya di kasur dimana sudah diduduki bang Furqan terlebih dahulu. Uzma menyamping menghadap abangnya, siap untuk menerima penjelasan.

"Bentar dek. Sabar dong. Abang baru aja keluar dari sana dan langsung kesini. Sungguh membutuhkan tenaga. Apalagi pembicaraan tadi menyangkut masa depan abang." Kata Bang Furqan yang menyuruh Uzma untuk sedikit bersabar.

Menyangkut masa depan? Soal pekerjaan kah? Atau yang lain?. Uzma menahan dirinya untuk bertanya lebih dulu.

"Jadi gini, inti pembicaraan abang tadi, abang berniat untuk melamar seseorang dalam waktu dekat." Jawab bang Furqan dengan menatap mata Uzma yang memperlihatkan keterkejutan.

Uzma terperangah. Bukankah selama ini, bang Furqan tidak pernah dekat dengan perempuan. Bahkan berpacaran pun belum pernah sama sekali. Dan, apa tadi? Bang Furqan ingin melamar?

Seolah bisa membaca pikiran Uzma, bang Furqan pun berkata. "Abang tidak pacaran atau apapun yang maksudnya sama seperti pacaran, bahkan abang baru bertemu dengannya 2 kali. Abang merasa tertarik dengannya. Lebih baik langsung taaruf, langsung disahkan baik di mata hukum maupun agama, daripada menimbulkan fitnah yang tidak jelas. Jadi, abang memantapkan diri untuk menghalalkannya."

Perlahan senyum lebar menghiasi bibir Uzma. Alhamdulilah, ya Allah. Dalam hati, Uzma berdoa kepada Allah supaya niat baik bang Furqan dilancarkan.

"Alhamdulillah, bang. Tapi, siapa perempuan beruntung itu? Mendapatkan abang yang pintar, tampan, baik, sholeh, dokter lagi." Tanya Uzma dengan membanggakan abangnya.

Bang Furqan menggelengkan kepalanya pelan dan berucap "Abang yang beruntung dek. Abang banyak kekurangan nya, tidak sempurna. Begitu pun dia. Oleh karena itu, kita bisa saling melengkapi walaupun tetap tidak akan sempurna."

"Bertemu dimana?" Tanya Uzma.
"Dijalan deket rumah sakit, dek. Waktu itu, abang baru pulang setelah selesai jaga di rumah sakit, abang lihat ada seorang wanita dengan pakaian muslimah sedang menyeberangkan seorang nenek. Tapi dari kiri, ada motor yang melaju kencang. Perempuan itu langsung mempercepat langkahnya, sedikit mendorong sang nenek kedepan. Nenek itu tidak terluka, hanya sedikit terkejut saja karena tiba tiba didorong. Sang wanita alhamdulillah juga baik baik saja, walau terdapat beberapa luka. Abang langsung menghampirinya dan mengeluarkan obat merah dan kapas dari tas. Sebenarnya, abang mau membantu, tetapi keadaan lalu lintas yang ramai membuat abang sulit memarkirkan mobil. Setelah diobati, abang dan wanita itu berkenalan dan sang wanita langsung mengantarkan nenek yang sepertinya tinggal di panti jompo" Cerita bang Furqan panjang lebar.

"Siapa namanya bang? Masa' dari tadi nyebutnya wanita itu, wanita itu mulu."

Uzma melihat abangnya sedikit tersenyum sambil melihat kedepan. Sepertinya dia sedang mengingat momen yang indah. Karena tidak segera dijawab, Uzma pun memanggilnya sedikit lebih keras. Bang Furqan langsung tersadar dari lamunan nya dan segera menjawab. "Adiba Humaira. Nama yang cantik." Kata Bang Furqan. "Dia satu tahun lebih muda dari abang. Seorang psikolog. Abang bertemu dengannya lagi waktu abang mengantarkan pasien abang yang sedang depresi. Abang tidak menyianyiakan kesempatan lagi. Kami membicarakannya dan dia pun setuju untuk menjadi pendamping abang." Lanjut bang Furqan.

"Tanpa bunga? Tanpa cincin? Tanpa lamaran?" Tanya Uzma beruntun.

"Tidak perlu. Lagi pula 2 hari lagi abang akan ke rumahnya, melamar di depan orang tuanya dan meminta restu." Jawab bang Furqan lugas.

"Uzma dukung abang. Walau Uzma menganggapnya sangat terburu buru tapi Uzma memang menantikan kakak ipar." Goda Uzma. Tetapi bang Furqan seperti menerima godaannya dengan kalimat yang terlalu berlebihan. "Pasti dek, calon kakak iparmu akan segera menjadi bagian keluarga kita. Tunggu kami sah. Nanti kan juga calon keponakanmu ya." Kata Bang Furqan seraya meninggalkan Uzma yang masih menatapnya hingga pintu tertutup.

-
Uzma mencari info tentang Fahmi Al Fathur yang sekarang tidak lagi menampakkan dirinya di layar televisi. Sesuai dugaan Uzma, dia sedang menyusun skripsi dan akan segera wisuda lalu ko-ass. Walau tidak bisa melihatnya ditevisi, tapi Uzma bisa mengikuti nya di instagram atau memutar ulang video video dari akun youtube pemuda itu.

Sebenarnya Uzma tahu ini salah. Tidak baik merasa kagum secara berlebihan kepada makhlukNya. Uzma pun sudah membuka artikel untuk menghilangkan rasa ketertarikan kepada orang yang belum tentu dapat ditemuinya. Bahkan yang dikagumi tersebut sama sekali tidak mengenalnya. Kenapa tidak tertarik kepada teman satu kampus nya saja? Kenapa tidak dengan orang yang dikenalnya saja? Kenapa tidak dengan sahabatnya yang dulu pernah membuatnya tertarik. Kenapa rasa itu sudah tidak ada lagi ketika mereka kembali bertemu? Kenapa ya Allah? Saat Uzma bertanya pada dirinya sendiri dengan berbagai pertanyaan, pasti akan muncul sebuah kesadaran. Hal yang menyangkut soal hati memang sangat sulit dikendalikan. Hati mu yang memilih. Biarkan dia bekerja. Karena allah yang sudah mengaturnya.

Setelah merenung beberapa saat, kemudian Uzma memutar lagu Suatu Saat Nanti, Hanindhiya. Yang ia rasa sangat cocok dengan perasaannya akhir akhir ini.

Sekian lama nya ku melangkah lewati cerita
Begitu jauh dan berwarna namun tetap saja
Tak ada yang sanggup tandingi mu tuk membuatku luluh
Abadi di hati

Kau yang tak pernah hiraukanku
Tak pernah peduli kan aku
yang slalu
Kagumi dirimu.....

Meski perih keterima
Meski sedih ku nikmati
Tak mampu aku sedikitpun lupakan mu
Meski aku takkan mungkin miliki mu....
Satu doaku suatu saat nanti kau kan mencintaiku

Uzma mengingat ketika ia melihat acara debat sekitar 3 minggu yang lalu. Uzma sebenarnya sedikit berharap bisa mengobrol dengannya. Seperti kejadian di cerita novel ataupun film, ketika sang wanita berjalan terburu buru dan menabrak lelaki. Lalu mereka berkenalan dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Astaghfirullahaladzim Uzma, jangan berandai andai. Hidup tidak semudah cerita fiksi. Uzma pun menguatkan hati dan kembali bernyanyi.

Berbagai cara telah aku tempuh tuk hapus dirimu
Namun engkau lagi, dan engkau lagi, tetap engkau lagi
Cinta sejati yang enggan mati dan kokoh berdiri
Mungkin hingga mati

Kau yang tak pernah hiraukanku
Tak pernah peduli kan aku
yang slalu
Kagumi dirimu.....

Meski perih keterima
Meski sedih kunikmati
Tak mampu aku sedikitpun lupakanmu
Meski aku takkan mungkin milikimu....
Satu doaku suatu saat nanti kau kan mencintaiku

Satu doaku..suatu saat nanti kau kan mencintaiku

Ya Allah, jika memang dia bukan jodohku, tolong hilangkanlah semua tentang dia dari pikiranku. Namun, jika engkau menakdirkan dirinya untuk bersamaku, tolong pertemukan kami dengan caraMu.

Tbc. . .

Imam Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang