6

3.6K 244 3
                                    


Suara adzan subuh dari masjid membuat seorang perempuan yang sedang tidur mulai menegakkan tubuhnya. Tubuhnya terasa sakit. Mungkin itu karena posisi tidur nya yang salah. Setelah bisa mengatasi rasa kantuk, Uzma perlahan bangkit dan mulai menunaikan sholat subuh.

Uzma keluar kamar menuju dapur, dimana bunda nya sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Bunda, maafin Uzma ya bun. Uzma baru bangun. Entah kenapa badan Uzma sedikit sakit." Sesal Uzma

"Yaudah nggak papa. Masih sakit badannya?" Tanya bunda dengan sedikit khawatir.

"Udah mendingan kok bun. Mungkin karena posisi tidur Uzma yang salah." Ujar Uzma, yang dapat mengendurkan raut khawatir sang bunda.

"Syukurlah." Ucap bunda dengan menghembuskan nafas lega. Biasanya, setiap pagi Uzma bangun sebelum adzan subuh dan keluar kamar mulai membantu membersihkan rumah. Karena itulah, Bunda mengkhawatirkan keadaan Uzma karena baru keluar kamar jam segini. "Bisa bantu bunda membawa piring ini ke meja makan?" Tanya bunda yang langsung diangguki oleh Uzma dan segera membawa beberapa piring tersebut ke meja makan dimana sudah ada ayah dan bang Furqan disana.

"Jadi gimana, bang? Udah ada persetujuan untuk pertemuan keluarga nanti malam?" Tanya Ayah setelah selesai sarapan.

"Sudah yah. Insyaallah nanti malam semuanya sudah siap. Mohon doanya semoga semua lancar." Jawab bang Furqan mantap.

"Amin." Jawab mereka serentak.

-
"Dek, cepetan! Jadi ikut nggak? Lama banget sih." Teriak bang Furqan didepan pintu Uzma yang masih tertutup rapat. Dia sudah menunggu disana setengah jam yang lalu. Padahal masih ada waktu 1 jam dari acara lamaran.

"Bentar bang, sebentar lagi. Ini Uzma lagi pakai kerudung. Tungguin." Balas Uzma yang mulai terburu buru karena ketidaksabaran abangnya.

"Iya cepet. Ini hari menegangkan abang lho." Kata Bang Furqan dengan nada yang dibuat dramatis.

"Masih mau lamaran aja udah tegang, apalagi hari pernikahan, bang." Goda Uzma sambil membuka pintu kamar dan langsung mengikuti bang Furqan yang berjalan didepannya tanpa menghiraukan Uzma.

-
"Jadi keputusan akhir, pernikahan akan di langsung kan 2 minggu lagi. Kedua calon sudah saling menyetujui dan kami sebagai orang tua Adiba juga memberi restu." Kata Pak Rizki, ayah dari calon istri bang Furqan, dengan tegas. Sepertinya, setiap lelaki yang dekat dengan kak Adiba harus diinterogasi terlebih dahulu, melihat sangat ketatnya beliau menjaga kak Adiba, karena Kak Adiba adalah anak tunggalnya.

Uzma melihat bang Furqan yang menghembuskan nafas lega dengan senyuman yang mulai terbit. Usulan bang Furqan untuk mempercepat pernikahan sudah disetujui. Awalnya, pernikahan akan dilangsungkan 1 bulan lagi, tapi bang Furqan mengeluarkan pendapat nya dengan alasan yang sangat bijaksana, sehingga mampu meyakinkan calon mertuanya.

Uzma sudah berkenalan dengan Adiba, calon kakak iparnya, yang luar biasa cantik dan muslimah. Selain itu juga sopan dan lemah lembut. Tidak salah jika bang Furqan langsung jatuh hati saat melihat kak Adiba. Dapat dilihat, kak Adiba pun sepertinya sudah menaruh hati kepada Bang Furqan. Bagaimana tidak, jika setiap kak Adiba tak sengaja bertatap mata dengan abang, pasti pipinya merona dan langsung menundukkan kepalanya sambil mengucap istighfar. Uzma yang melihatnya pun terkekeh pelan.

"Terimakasih sudah menerima lamaran anak kami, pak. Insyaallah, nanti saya akan membimbing anak saya agar dapat menjadi imam yang baik untuk istrinya." Kata Ayah menghapus keheningan beberapa menit yang lalu.

Ketegangan pun berangsur hilang. Ayah dan Bunda mengajak bicara pak Rizki dan bu Hana. Sedangkan bang Furqan masih ditempat duduknya bingung ingin melakukan apa. Tak menghiraukan abangnya, Uzma mendekati Adiba yang duduk agak jauh darinya. Uzma ingin mengenal lebih jauh calon kakak iparnya tersebut.

Imam Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang