11

3.4K 237 0
                                    


Suasana didalam mobil dipenuhi oleh suara bocah lelaki yang dari tadi tidak berhenti bercerita. Sambil menghadap ke tempat penumpang, anak kecil tersebut dengan antusias menceritakan segala hal yang dialaminya hari ini.

Di tempat penumpang, terdapat 2 orang perempuan berhijab yang ikut menyimak cerita yang diutarakan anak tersebut. Sedangkan di tempat kemudi, seorang pria duduk tenang, sesekali mengusap kepala si anak kecil tersebut dengan sayang.

Memang pada akhirnya, perempuan yang sedari tadi menunggu bus yang tak datang datang, diberi tawaran untuk ikut masuk ke mobil bersama 3 orang bersaudara tersebut karena jalannya searah. Sang wanita pun menerima tawaran yang diberikan mengingat waktu yang menjelang petang.

Kembali ke suasana saat ini, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, suasana hati seorang wanita ini sungguh tak bisa dijelaskan. Antara senang, kagum, penasaran, hingga kebingungan hinggap di kepala wanita tersebut.

"Kak Riri jangan ambil susu kotak ku..." teriak Lio yang membuat Uzma tersentak dan sadar dari lamunan nya.

"Ihhh pelit banget sih. Ini kan juga dari kak Fathur. Bagi bagi dong. Kan masih ada tuh disana." Kesal Riri, namun tetap mengembalikan susu kotak yang ia pegang tadi ke tempat semula. "Masih anak kecil aja udah pelit. Dihhh adik siapa sih kamu." Geram wanita tersebut.

"Aku kan adik kakak. Eh bukan, aku adiknya kak Fathur." Ejek Lio. Lio pun segera mengambil susu kotak yang beberapa detik lalu ditempatkan riri disebelahnya lalu memberikannya kepada Uzma.

"Aku tuh bukannya pelit ya kak. Aku cuma mau bagi sama kak Uzma aja. Kasian kak Uzma haus." Ujar Lio sambil menyerahkan susu kotak tersebut kepada Uzma, mengabaikan raut wajah kesal dari kakaknya.

"Hmmm.. Makasih Lio. Tapi kalau kak Riri mau, kasih kak Riri aja." Bujuk Uzma kepada Lio. Karena sungguh. Dia sudah dewasa dan tak terbiasa minum susu kotak seperti ini.

"Enggak enggak. Tadi aja udah diambil 3 sama kakak." Sungut Lio kepada riri. "Itu buat kak Uzma".

Dengan berat hati, Uzma menerimanya. Padahal ia tidak pernah meminum susu kotak seperti ini, gengsi sama umurnya.

"Udah udah. Nanti kakak beliin lagi. Kalau kak Riri minta ya dikasih ya Lio." Suara merdu dari seorang lelaki membuat hati Uzma kembali bergetar. Astaghfirullahaladzim. Istighfar Uzma.

"Aku merasa gimana gitu ya. Masa Lio manggil bu Uzma kakak, sedangkan aku manggilnya ibu." Lirih Riri yang masih terdengar di mobil itu.

"Kalau diluar kampus, kamu boleh kok manggil saya kakak. Senyaman kamu aja. Saya sebenarnya juga enggak suka dipanggil ibu diusia saya yang masih seumuran mahasiswa saya." Tanggap Uzma kepada Riri. Seketika riri terlonjak dan salah tingkah. Tak menyadari bahwa sang dosen mendengar kalimatnya.

"Eh ibu... bukannya saya nggak menghormati ibu. Tapi yaaa... gitu..." canggung Uzma.

"Nggak pa.."
"Waktu kakak kuliah dulu, juga ada kok dosen kakak yang masih muda. Bahkan sangat muda. Di usia 23 tahun lho." Sambung Fahmi memotong jawaban Uzma.

Selama di mobil ini, baru pertama ini ia ikut bicara dan menanggapi. jangan tanyakan hati Uzma. Karena, masih Tak berhenti terpana. Suara anak kecil yang tadi selalu memenuhi pendengaran, sekarang sudah tak terdengar. Pantas saja, karena Lio sudah tertidur pulas di kursi depan.

"Kamu dulu kuliah di mana?" Tanya lelaki tersebut memulai kembali pembicaraan.

"Ih masih ditanya. Aku kan di STIKES...."

"Bukan kamu.. Aku nanya ke Uzma." Fahmi memotong jawaban Riri yang sebenarnya pertanyaan tersebut tak ia berikan kepada sepupunya.

"Ehhh. Saya? Ehm. S1 saya di UI, kalau S2 nya di Unair." Jawab Uzma gugup.

Imam Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang