Uzma mulai memasuki pekarangan rumahnya dengan menenteng beberapa kantung plastik. Seperti biasa, jika akhir pekan, ia akan langsung ke supermarket untuk melengkapi persediaan dapur yang tentunya sudah menipis.Dengan langkah pelan, Uzma membuka pintu rumahnya. Ia pikir disana sudah ada sang suami, namun hanya kekosongan yang ia dapati.
Hubungan pernikahannya dengan Fahmi memang menjadi lebih intens dan harmonis, apalagi setelah berbulan madu di Singapura satu bulan yang lalu. Fahmi juga tak segan segan memunculkan sikap manja nya kepada sang istri, yang kadang membuat Uzma geram karena terlalu kekanakan. Tapi di satu sisi, Uzma menyukainya tingkah Fahmi yang satu itu
Siang tadi, Fahmi terus saja menghubunginya tanpa henti. Dengan rengekan manja meminta Uzma untuk segera selesai bekerja disertai kalimat rindu di setiap ucapannya. Hari ini, Fahmi mengatakan selesai praktik jam 2. Namun, sepertinya salah jika Uzma pikir Fahmi langsung pulang kerumah, karena kenyataannya kepentingan Fahmi tak sebatas tentang praktik saja.
Uzma tak ambil pusing. Ia percaya sepenuhnya kepada suaminya. Ia pun beregas membersihkan diri dan melakukan pekerjaan rumah. Setelah itu, ia memasak berbagai makanan, lalu melihat tayangan televisi sambil menunggu sang suami hingga ia tertidur di sofa.
Uzma melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11. Berarti, ia tertidur di sofa dengan televisi yang masih menyala selama entah berapa jam. Uzma bangun dari posisinya dan mengedarkan pandangan ke seisi rumah yang mungkin dapat memberi tanda bahwa ada seseorang selain dirinya di rumah ini.
Namun, lagi lagi Uzma hanya menemukan kekosongan. Tidak ada siapapun. Kekhawatiran muncul begitu ia tak menemukan satu pesan pun di ponselnya. Kemana kamu mas? Batin Uzma bertanya.
Uzma tak tinggal diam. Ia langsung mencari kontak atas nama Fahmi dan langsung menghubunginya. Tak ada jawaban sama sekali hingga panggilan yang ke 7.
Kekhawatiran Uzma menguap ketika ia mendengar deru mobil yang memasuki pekarangan rumah. Meletakkan ponsel di meja, Uzma langsung berlari ke pintu depan dan memeluk sang suami erat setelah suaminya menutup pintu.
"Mas kemana aja? Aku khawatir." Uzma mulai meneteskan air matanya. Yang kemudian disusul dengan tetesan lain yang membentuk aliran di pipi mulusnya.
"Assalamualaikum." Fahmi mengucap salam menghiraukan sejenak pertanyaan istri.
"Waalaikumsalam, mas. Dari mana aja? Katanya tadi jam 2 udah selesai. Aku khawatir." Uzma masih saja memeluk sang suami yang masih menggunakan pakaian yang dipakainya tadi pagi.
Fahmi melepas pelukan mereka dan membawa sang istri duduk di sofa. Wajah lelah Fahmi tergambar begitu jelas di mata Uzma. Uzma langsung mengusap kasar air matanya yang tak kunjung berhenti, dan mencium tangan sang suami yang dengan segera dibalas kecupan kening dalam waktu lama oleh Fahmi.
"Tadi aku tiba tiba ada keperluan. Maaf ya, nggak sempet lihat hp. Maaf. Maaf." Nada penuh penyesalan Fahmi membuat Uzma terenyuh dan langsung mengangguk. Memaafkan suaminya yang terlihat sangat lelah sambil mengusap lengan Fahmi.
"Kamu masak banyak banget. Udah dingin semua. Maafin aku, sayang." Kata Fahmi setelah menangkap objek di meja makan yang tersedia berbagai makanan yang mungkin sudah istrinya siapkan sejak sore tadi.
"Nggak papa. Aku panas in masih bisa kok. Mas harus makan. Tapi mandi dulu. Kucel banget itu." Kata Uzma disertai sindiran di akhir kalimatnya padahal pipinya masih basah oleh air mata kekhawatiran.
"Iya iya." Jawab Fahmi. "Uzma." Panggil Fahmi menginterupsi sang istri yang hendak menuju dapur.
"Ya mas? Mau air hangat? Bentar aku siap-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Idaman (END)
RandomMengagumi seseorang dengan berlebihan. Dari mengikuti instagram nya, melihat acaranya, bahkan sampai berdoa untuk berjodoh dengannya. Hingga sebuah takdir seakan menjawab dan mengabulkan doanya. Tapi, bukan berarti tidak ada rintangan yang akan meng...