Uzma meregangkan otot otot tubuhnya yang kaku. Rutinitas hari ini sangat padat. Baru saja ia selesai mengajar farmakoterapi di lima kelas. Benar benar menguras banyak tenaga.Sekarang, ia sedang perjalanan ke rumah tapi sebelum itu, ia akan berbelanja dulu di supermarket. Rumah nya setelah menikah kini, memang memakan lebih banyak waktu menuju kampus daripada rumah kontrakan nya dulu. Rumah Uzma dan Fahmi juga tidak bisa dibilang dekat dengan rumah sakit tempat kerja Fahmi.
Uzma turun dari taksi. Hari ini, ia tidak menaiki sepeda motor nya karena rewel, alias bocor, sehingga mau tidak mau Uzma harus naik kendaraan umum karena Fahmi yang berangkat dulu, setelah subuh tadi dan pamit pulang sedikit telat karena jaga malam.
Uzma mulai berjalan ke supermarket. Persediaan di rumah masih jauh dari kata komplit, mengingat baru beberapa hari ini mereka pindah, setelah satu minggu dihabiskan di Jakarta.
Walau penat masih saja menggelendoti, tapi semangat untuk berbelanja persediaan dapur semakin menyala, apalagi saat melihat berbagai sayuran segar dan buah yang terlihat menggelitik lidah. Uzma sesegera mungkin masuk ke supermarket tersebut dan memilih berbagai bahan makanan. Tentu saja sayuran adalah bahan pertama yang ia ambil, lalu ke tempat buah, daging segar, serta beberapa camilan.
Setelah semua masuk ke troli belanjaan, Uzma mengantri di kasir. Hingga sebuah sapaan terdengar, yang otomatis mengalihkan pandangan nya yang sedari tadi memandang ke arah jalanan yang lenggang.
"Uzma." Sapa seseorang yang bisa ia pastikan suara laki laki.
Dengan penasaran, perlahan Uzma menoleh ke belakang, ke arah suara. Disana, berdiri seorang laki laki dengan pakaian kerja, formal, melekat ditubuh gagahnya. Jangan lupakan senyuman lebar yang kemudian menerbitkan senyum di wajah Uzma disertai mata yang berbinar.
"Kak Arkan?" Seru Uzma semangat sambil melihat lawan bicaranya dari atas hingga bawah.
"Apakah kamu merindukanku, cute girl?" Goda lelaki yang bernama Arkan tadi kepada Uzma.
"I miss you, brother." Kata Uzma dengan antusias yang langsung disambut kekehan pelan oleh orang didepannya.
"Too. May I hug you?" Tanpa menunggu jawaban Uzma, lelaki tersebut dengan segera membawa tubuh perempuan itu kedalam pelukannya, hanya sekilas. Namun, mampu meredakan kerinduan setelah bertahun tahun tidak bertemu.
Arkan adalah kakak sepupu Uzma yang ada di Bogor. Saat Uzma masih SMP, Arkan tinggal di rumah Uzma, karena lebih dekat untuk ke kampus. Sebenarnya, Arkan sedikit sungkan dan ingin kost saja, tapi Bunda Uzma membujuk Arkan, dan akhirnya mau tinggal di rumah Uzma. Selisih mereka 7 tahun. Arkan 2 tahun diatas Furqan.
"Kemana aja kak? Nggak pernah lagi ke rumah. Udah lupa ya, sama sepupu cantik mu ini?" Tanya Uzma dengan sedikit merajuk.
"Oh cute girl, bukan begitu. Aku baru beberapa bulan disini, baru saja menyelesaikan S2 di California. Sorry." Sesal Arkan dengan sedikit penjelasan.
"Mbak, mau bayar? Mohon maaf mengganggu perbincangan, tapi dibelakang anda masih banyak yang mengantri." Tegur seorang perempuan yang berada di meja kasir.
Uzma segera melakukan pembayaran setelah meminta maaf. "Kita harus membooking sebuah cafe. Aku masih punya waktu untuk mendengar ceritamu, my big brother." Sadis Uzma sambil menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada kasir.
-
Sudah ada 2 gelas berisi minuman di meja nomor 14 yang diduduki oleh Uzma dan sepupunya. Sambil memperhatikan sekeliling, memperlihatkan cafe dalam keadaan ramai. Jam dinding di sebelah kiri ruangan menunjukkan pukul 16.49."Jadi kamu udah jadi dosen? Kenapa milih jadi dosen sih. Menurutku, itu sangat rumit dan susah. Enakan juga kerja kantoran gini." Ucapan Arkan menginterupsi kegiatan Uzma yang sedang mengaduk aduk minumannya dengan sedotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Idaman (END)
RandomMengagumi seseorang dengan berlebihan. Dari mengikuti instagram nya, melihat acaranya, bahkan sampai berdoa untuk berjodoh dengannya. Hingga sebuah takdir seakan menjawab dan mengabulkan doanya. Tapi, bukan berarti tidak ada rintangan yang akan meng...