Fahmi Al Fathur menggenggam tangan istrinya yang dingin dengan erat. Kalimat menguatkan dan dukungan terus mengalir dari bibirnya disertai doa doa yang ia panjatkan. Erangan kesakitan dan napas yang terengah semakin membuat mata Fahmi terasa panas dan raut khawatir di wajahnya semakin kentara. Ingin sekali menggantikan istrinya yang terbaring di bangkar rumah sakit dengan raut kelelahan yang tergambar di wajah Uzma. Mengecup seluruh wajah sang istri untuk mengungkapkan rasa sayangnya.Ucapan syukur langsung saja meluncur keluar ketika mendengar tangisan bayi yang terdengar ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Tanpa dapat ditahan lagi, air mata yang sejak tadi ditahan langsung saja mengalir deras membasahi pipi Fahmi. Senyum lebar yang terukir, menghapus ekspresi tegang dan khawatir yang ia tekuni sejak 3 jam yang lalu. Selama itu.
Fahmi mengalihkan pandangan matanya kepada sang istri. Senyum kecil terukir di wajah cantik Uzma, membuat hati Fahmi semakin menghangat. Ya Allah, sungguh indah hadiah yang engkau berikan kepadaku. Batin Fahmi.
"Makasih sayang. Makasih udah membuatku menjadi lengkap. Dengan ada kamu. Dengan anak lelaki tampan kita. Makasih, makasih." Isakan terdengar jelas di telinga Uzma. Mengetahui itu adalah air mata kebahagiaan, Uzma pun membiarkan sang suami mencurahkan semuanya lewat air matanya.
Fahmi mengusap kasar air mata dan ingus menggunakan tangan besarnya. Meraih wajah sang istri dan melabuhkan kecupan sayang.
"Sama sama mas. Makasih juga mas udah mau membimbing aku, sabar dan memaklumi sikapku, bertanggung jawab, dan kebaikan mas lainnya yang tak bisa aku sebutkan. Semoga dengan adanya buah hati kita, keluarga kita menjadi lebih lengkap. Kita menjadi orang tua yang baik." Jawab Uzma sambil menggenggam erat tangan suaminya.
"Amin. Kita pasti bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak kita. Al Farizi Firdaus." Kata Fahmi sambil tersenyum lebar mengucap nama anaknya.
----------
Fahmi duduk di sofa dengan raut wajah masam. Sudah sekitar 30 menit ia berdiam disana, berharap seseorang mengetahui keberadaannya. Dengan buku yang terbuka diatas meja, dan secangkir air putih yang belum berkurang 1 milipun, Fahmi membolak balik kertas dengan keras, yang mungkin saja dapat merobek buku dalam satu gerakan.Disisi lain, Uzma sedang bermain dengan Farizi di lantai yang beralaskan kasur lantai. Bocah 5 bulan ini sungguh super aktif yang membuat Uzma kadang kewalahan menjaganya. Uzma hanya melirik sekilas ke seseorang yang duduk di sofa, yang jarak sofa dari tempatnya hanya sekitar 5 meter. Dalam sekali lirikan, Uzma dapat memastikan bahwa orang tersebut sedang dalam suasana hati sangat tidak baik. Dasar bayi besar. Batin Uzma.
Uzma mengangkat Farizi yang sedang berusaha tengkurap tersebut dengan hati hati. Maafkan mama ya nak, nanti belajar tengkurap lagi kok. Kata hati Uzma sambil memandang iba anaknya yang menatapnya seolah memarahi sang mama yang seenak jidat mengganggu aktivitas belajar tengkurap.
Dengan langkah pelan, Uzma mendudukkan diri tepat disebelah sang suami yang hanya meliriknya jengah disertai bibir yang mengerucut. Uzma menahan senyumannya melihat tingkah laku sang suami.
"Udah. Kamu urus dulu aja Farizi, nanti kalau udah tidur. Langsung temui aku disini lagi." Kata Fahmi cepat sambil beranjak ke dapur dengan membawa cangkir kosong. Uzma pun menuruti perintahnya dan segera ke kamar, mencari cara membuat sang anak mengantuk. Jika tugas ini selesai, masih ada tugas berikutnya yang lebih berat. Menghadapi bayi besar yang sedang cemburu.
------
"Farizi udah tidur, mas." Lapor Uzma setelah berkutat dikamar selama 2 jam."Hmmmm." Jawab Fahmi singkat.
"Mas kenapa? Jangan bilang iri sama Farizi. Nggak boleh gitu dong mas. Di saat saat ini tuh kita harus mencurahkan kasih sayang dan memantau pertumbuhan Farizi. Masa sama anak sendiri cemburu." Sembur Uzma yang langsung dibalas pelototan mata lucu dari Fahmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Idaman (END)
RandomMengagumi seseorang dengan berlebihan. Dari mengikuti instagram nya, melihat acaranya, bahkan sampai berdoa untuk berjodoh dengannya. Hingga sebuah takdir seakan menjawab dan mengabulkan doanya. Tapi, bukan berarti tidak ada rintangan yang akan meng...