Uzma menyentuh lengan Fahmi, bermaksud membangunkan suaminya untuk sholat subuh. Sudah satu minggu usia pernikahan mereka, tidak ada hal istimewa, hanya berbincang seperti biasa tanpa sentuhan intim apalagi bulan madu. Dan kemarin, Uzma dan Fahmi sudah kembali di Yogyakarta, karena pekerjaan mereka ada disini. Rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah Fahmi, yang ternyata sudah ia buat sejak selesai menyelesaikan S2 spesialis mata."Mas, bangun. Sholat dulu yuk." Uzma semakin menggoyangkan tubuh suami nya. Namun, seketika Uzma merasakan suhu badan Fahmi yang panas. Apakah suaminya demam? Astagfirullah.
"Mas, badan kamu panas. Kamu pusing? Nanti kita ke rumah sakit ya." Uzma semakin khawatir melihat tubuh Fahmi yang menggigil. Fahmi hanya menggumam tidak jelas sambil merapatkan selimutnya.
"Ayo, Uzma bantu bangun. Uzma pegangi ke kamar mandi." Uzma sedikit memaksa mendudukkan Fahmi. Walau bagaimanapun juga, sholat adalah kewajiban, jadi sakit bukanlah alasan untuk meninggalkan sholat.
Dengan hati hati, Uzma membuka pintu kamar mandi, dan membiarkan suaminya berwudu.
"Kamu udah sholat?" Tanya Fahmi.
"Udah, mas. Maaf ya karena udah sholat duluan."sesal Uzma yang diangguki maklum oleh Fahmi, mengingat ini sudah jam 5 pagi. Melihat Fahmi yang sudah selesai wudu, Uzma menghampiri Fahmi. Sebenarnya, lelaki itu ingin berjalan sendiri, tapi melihat Fahmi sempoyongan membuat Uzma khawatir jika nanti terjatuh. "Nggak papa, aku bantu."
-
Uzma kembali ke kamar dengan membawa nampan berisi bubur dan air putih. Meletakkan nya diatas nakas dekat tempat tidur."Duduk dulu mas. Makan dulu." Kata Uzma sambil mengambil kain kompres di dahi suami nya.
Fahmi pun dengan perlahan mendudukkan dirinya menyandar di kepala ranjang. Menghiraukan rasa dingin sekitarnya. Uzma menaikkan selimut yang melorot untuk menutupi sebagian tubuh Fahmi.
"Aku suapin ya." Uzma mulai menyendok bubur dan mengarahkannya ke mulut Fahmi. Begitu seterusnya hingga berhenti saat suapan ke lima yang ditolak Fahmi karena merasa mual.
"Tolong ambilkan handphone ku di laci. Aku harus menghubungi rumah sakit untuk izin." Pinta Fahmi lirih. Tanpa babibu, Uzma langsung mencari benda yang dibutuhkan suaminya dan menyerahkan benda itu.
"Ke rumah sakit yuk. Panas nya belum turun. Persediaan obat disini nggak ada." Ajak Uzma setelah sang suami selesai berbicara di telepon.
"Nggak usah, buat tidur aja nanti juga sembuh." Jawab Fahmi. "Hari ini kamu nggak ke kampus kan?" Tanya Fahmi dengan nada berharap agar Uzma tidak ke kampus hari ini.
"Ke kampus mas. Nanti ada jadwal satu jam lagi. Cuma satu kelas kok. Nggak lama." Jawab Uzma dengan nada yang ia buat sedikit menyesal.
"Oh yaudah." Lemas Fahmi. Fahmi kembali berbaring tapi dengan memunggungi Uzma yang duduk di sebelah kanan ranjang.
Apakah Mas Fahmi ngambek? Ya ampun. Lucu sekali. Batin Uzma.
Salahkan batin Uzma yang malah mengejek tingkah suaminya. Dan dosa Uzma yang membohongi sang suami. Memang hari ini, ia harus mengajar, tapi pagi tadi, setelah mengetahui Fahmi demam, ia langsung menghubungi pihak kampus dan asistennya untuk menggantikan Uzma hari ini. Tak tega, Uzma beranjak berdiri menuju ke sisi kiri ranjang dan naik ke tempat tidur. Langsung dapat Uzma tangkap, tatapan mata Fahmi yang terlihat kesal.
"Nggak siap siap? Katanya satu jam lagi ngajar." Kata Fahmi dengan suara datar.
Uzma tak menghiraukan perkataan Fahmi, justru malah membaringkan diri tepat disebelahnya.
"Mana mungkin sih, aku tega ninggalin mas dirumah sendirian dalam keadaan kayak gini. Tadi pagi, aku udah izin kok. Jadi aku nggak ke kampus." Riang Uzma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Idaman (END)
RandomMengagumi seseorang dengan berlebihan. Dari mengikuti instagram nya, melihat acaranya, bahkan sampai berdoa untuk berjodoh dengannya. Hingga sebuah takdir seakan menjawab dan mengabulkan doanya. Tapi, bukan berarti tidak ada rintangan yang akan meng...