22

4.7K 255 0
                                    


Satu jam sudah sejak Uzma membuka matanya setelah tidur selama 5 jam. Jangankan turun dari ranjang, menggerakkan tubuhnya pun Uzma tidak bisa. Uzma mengalihkan pandangan ke arah tubuhnya. Sepasang tangan kekar membelit badannya erat, ditambah satu kaki yang menindih kaki Uzma. Huff.

Uzma lagi-lagi mencoba bangkit, namun sepasang tangan tersebut sama sekali tak membiarkan mangsa dalam dekapannya lepas. Pelukan pun mengerat lebih kencang.

"Mas, subuh dulu." Kata Uzma kepada orang yang memeluk tubuhnya dari belakang.

"Hmmm." Hanya gumaman yang terdengar di telinga Uzma.

"Ayo dong. Aku udah menuhin keinginanmu kemarin malam buat nggak ke rumah sakit. Sekarang, aku mau minta balasan lepasin pelukanmu." Tegas Uzma dengan nada yang jengah. Tadi malam, setelah pingsan didepan Uzma, Uzma masih mendengar lirihan terakhir Fahmi kalau lelaki itu tak ingin dibawa ke rumah sakit. Akhirnya Uzma pun merawat Fahmi sendiri hingga suhu badannya sedikit menurun.

"Nanti kamu ninggalin aku. Aku nggak mau. Aku mau terus sama kamu dan dedek." Hembusan nafas panas menggelitik leher Uzma yang entah kenapa malah menimbulkan getaran hasratnya.

Dengan kesadaran yang penuh, akhirnya Uzma memberontak hingga terlepas dari dekapan suami nya.

"Ihh mas, sholat dulu. Kamu jangan lupa ya. Aku masih marah." Sinis Uzma dan langsung meninggalkan Fahmi yang langsung terduduk tegak di kasur.

----------
"Ini satu piring lagi buat dedek." Kata Fahmi sambil meletakkan satu piring penuh, menggantikan piring kotor di hadapan Uzma.

"Mas, aku udah kenyang. Tadi aku ambil makanan banyak." Protes Uzma kepada Fahmi.

"No no no, itu untuk kamu, kalau yang ini untuk bayi dalam kandungan mu. Anak kita." Jawab Fahmi seraya berjalan ke samping Uzma dan berjongkok disebelah istrinya.

"Good morning baby. Sehat sehat di perut mama ya. Papa nggak sabar pengen ciumin pipi kamu. Suruh mama makan yang banyak. Cepet gede ya." Fahmi menirukan suara anak kecil ketika berbicara didepan perut Uzma. Uzma hanya menggelengkan kepala sambil menyembunyikan senyum kecilnya.

Fahmi bangkit dari posisi jongkok nya dan memposisikan wajahnya tepat didepan wajah sang istri.

"Good morning, sayang. I love you." Lirih Fahmi pelan kemudian mengecup kening Uzma sayang dan diakhiri dengan kecupan singkat di bibir Uzma.

Uzma tersipu. Baru 5 hari ia tidak merasakan kehadiran Fahmi disisinya, sekarang ia merasakan kehangatan luar biasa di sisi Fahmi. Mencoba meredakan detak jantung yang tidak beraturan, Uzma menyendok makanan yang disiapkan Fahmi. Jujur, ia belum kenyang walau satu piring sudah tandas 5 menit yang lalu.

Uzma menyuapkan makanan ke mulutnya dengan tangan yang bergetar. Uzma mencoba tidak melirikkan matanya ke samping kanan, dimana Fahmi meletakkan kepala di meja makan sambil tersenyum memandang Uzma.

Pipi Uzma kian memerah. Ya Tuhan, ia bukan anak abg lagi, ia adalah seorang istri. Namun, bagaimana bisa ia bertingkah seperti remaja smp yang sedang jatuh cinta.

"Mau aku suapin? Tangan kamu gemetar dari tadi." Goda Fahmi yang sebenarnya menyadari kegugupan Uzma.

Uzma masih terdiam. Tak berniat menanggapi perkataan Fahmi sedikit pun.

"Baby, lihat mama kamu. Mama bisa salah tingkah gitu sama papa. Padahal, kami sudah melakukan hal yang lebih jauh daripada saling memandang." Kata Fahmi yang langsung di tanggapi Uzma dengan bantingan sendok yang berdenting dengan piring dengan keras.

Uzma langsung berdiri dan keluar dari meja makan, meninggalkan makanan yang tinggal beberapa suapan lagi. Menyadari tingkahnya sudah berlebihan, Fahmi segera mengusap wajah kasar dan beristighfar. Ia lupa ibu hamil akan jauh lebih sensitif.

Imam Idaman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang