DUA

1.1K 44 1
                                    

SAAT bel tanda istirahat berbunyi, Nita langsung membereskan barang-barang yang berserakan di mejanya. Teman-temannya satu persatu sudah mulai meninggalkan kelas dan pergi menuju kantin.

"Ta, lo mau ke kantin gak?" tanya Putri yang sudah siap meninggalkan kelas.

Nita menatapnya. "Lo duluan aja. Nanti gue nyusul." jawabnya.

Tanpa berkata apa-apa lagi Putri sudah melenggang dari tempatnya tadi.

Dan setelah membereskan barang-barangnya, Nita berjalan menuju meja Mita yang berada paling depan. Pas di depan papan tulis.

Mita ini keluarga jauh Nita. Jadi mereka bisa akrab tanpa harus basa-basi dulu. Apalagi mereka ini spesies yang sama. Malu berbicara di depan banyak orang. Tapi pas gak ada orang, mereka malah kayak cacing kepanasan.

"Mit, kantin yuk," ajak Nita saat berada tepat di samping Mita.

"Yuk"

Mereka berdua pun meninggalkan kelas. Berjalan menuju kantin yang letaknya tidak jauh dari kelasnya. Sebenarnya sekolah ini terdapat empat kantin, tapi mereka lebih memilih yang dekat saja. Daripada harus jalan jauh-jauh.

Sepanjang perjalanan kedua gadis itu tak henti-hentinya mengobrol juga sesekali tertawa dan diam jika berpapasan dengan orang lain. Apalagi saat lewat di depan seniornya yang sedang duduk dengan bergerombol.

Saat sampai di kantin, mereka berdua membeli menu yang sama. Nasi kuning, cheetos, juga air mineral. Tapi Mita menambahkan dengan membeli roti, beng-beng, dan cemilan lainnya. Nita tidak mengikuti, karena gadis itu sadar dengan jumlah uang yang berada di kantongnya sekarang.

Jika kalian bertanya kenapa Nita lebih memilih ke kantin bersama Mita daripada Putri, jawabannya adalah karena Nita merasa tidak pantas berada di dekat Putri. Putri itu berasal dari kalangan kelas atas. Apalagi Putri itu punya geng di sekolah ini. Lihat saja tadi, saat Nita melewatinya Putri seakan-akan tidak mengenal Nita. Dan Nita juga sadar diri akan hal itu. Ia cukup tahu diri, siapa Putri siapa dia. Itulah alasan Nita yang tidak ingin terlalu dekat dengan Putri.

Saat Nita dan Mita sampai di kelas, Nita tidak langsung balik ke bangkunya. Gadis itu justru duduk di bangku samping Mita yang sedang kosong. Mungkin si empunya sedang keluar, pikirnya.

Mereka berdua langsung mencomoti makanan yang telah mereka beli di kantin tadi. Dan sesekali mengobrol tentang masa-masa yang pernah di lalui saat SMP.

"Eh Mit, emang bener yah kak Faaz pacaran sama kak Asma?" tanyanya tiba-tiba.

Mita menatapnya dengan kening yang berkerut tapi tetap menjawab, "Iya. Kenapa?"

"Mereka udah lama pacaran?" tanyanya penasaran.

Mita tampak berfikir. "Denger-denger sih udah agak lama. Waktu kak Asma kelas sebelas dan kak Faaz kelas sepuluh."

Mata Nita membulat. "Berarti tua-an kak Asma dong. Gue kira mereka seangkatan."

"Nggak. Kak Asma itu udah kelas dua belas. Udah mau lulus." jelasnya sambil melirik ke arah Nita. "Ngapain lo tanya-tanya tentang kak Faaz? Lo suka ya sama dia?" tanyanya denga mata sedikit menyipit.

Nita menyengir lebar. Menampilkan giginya yang rata. Dan dari ekspresi yang Nita tunjukkan, sudah membenarkan tuduhan Mita padanya barusan.

"Lo kalau berencana suka sama dia, udah tau kan resikonya gimana?" ucap Mita mengingatkan. KB kali ah berencana!

Nita menghela nafas kesal. "Iya iya gue tau!"

"Udah ah. Gue mau balik ke bangku gue. Bentar lagi jam istirahat selesai." katanya seraya membersihkan bekas makanan miliknya dan membuangnya ke tempat sampah. Lalu kembali ke bangkunya dengan tangan yang sudah sibuk bermain ponsel sambil sesekali tersenyum seperti orang gila.

CINTA SENDIRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang