ENAM

616 20 0
                                    

Keesokan harinya, Nita sudah siap dengan seragam yang masih sama kemarin. Putih abu-abu. Untung saja bajunya masih Wangi, kalau tidak gadis itu pasti tidak akan berangkat ke sekolah. Nasib cuma punya baju satu pasang beb.

Nita sudah ada di depan pintu rumah Juna, sepupunya. Hari ini dia akan nebeng dengan kakak sepupunya saja. Selain karena berniat untuk menabung ongkos jalannya, Nita juga ingin sekali-kali merasakan bagaimana dibonceng oleh seorang cowok ke sekolah. Dan untung saja Juna satu sekolah dengannya. Beruntungnya juga karena wajah Juna masih termasuk di golongan orang-orang ganteng.

"Kak Juna! Lo udah sesuai belum?" teriak Nita tanpa membuka pintu rumah Juna.

Tidak ada jawaban. Sepertinya sifat kebo' sepupunya itu masih belum hilang juga. Huft!

Tanpa aba-aba Nita langsung membuka pintu itu dan masuk tanpa permisi. Anggap saja rumah sendiri!

"Kak Juna mana sih?" keluhnya.

Gadis itu berjalan menuju kamar Juna. Kosong. Dan dari arah dapur Nita bisa mendengar suara gemercik air yang tandanya Juna pasti sedang mandi.

"Kak Juna! Gue nebeng sama lo yah!" teriak Nita di depan pintu kamar mandi.

"Nggak bisa! Gue ke sekolah bareng Tania!" balas Juna dari dalam kamar mandi sambil berteriak.

"Yaelah kak Juna! Sekali ini aja kenapa sih?!"

"Nggak bisa! Lo bareng Shana aja. Biasanya kan lo sama dia terus."

Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Menampilkan Juna yang sudah memakai baju kaos dan boxer selutut. Ditambah dengan rambutnya yang basah.

"Kenapa lo tiba-tiba mau nebeng sama gue?" tanya Juna sambil mengeringkan rambutnya yang basah.

"Gue mau beli sesuatu. Makanya gue mau irit ongkos." jujur Nita.

"Tapi gue udah janji sama Tania kalau gue ke sekolah bareng dia, Ta."

"Yaudah deh iya. Gue berangkat duluan!" dengan kesal Nita meninggalkan rumah Juna dan segera mencari tumpangan gratis agar dia bisa sampai ke jalan Raya. Asal kalian tau, rumah Nita itu jauh banget dari jalan Raya. Jadi kalau pengen ke sekolah, harus jalan ke jalan Raya dulu baru deh naik angkot.

*****

Bukannya Nita tidak mau nebeng dengan Shana, tapi Shana juga sama. Naik angkot ke sekolah. Sedangkan Nita kekeuh untuk mencari tumpangan gratis. Tapi yah beginilah nasib menjadi jomblo, tidak ada yang bisa memberikan tebengan secara cuma-cuma.

Untung saja Nita tidak telat. Gadis itu sampai di kelasnya bersamaan dengan bel sekolah dibunyikan.

"Aduh capek banget gue!" keluhnya saat sampai di bangkunya dengan ngos-ngosan.

"Lo habis dikejar apa sih? Ngos-ngosan kayak gitu!" tanya Nabila heran.

"Gue takut telat. Makanya gue lari-larian kesini."

"Tumben lo telat. Biasanya juga dlu waktu SMP lo yang selalu jadi penghuni pertama di sekolah."

"Ini gara-gara kak Juna!" sungutnya sebal.

"Lho, emang kak Juna kenapa?"

"Tadi pagi tuh gue tungguin dia sampai jam tujuh dengan rencana gue mau nebeng sama dia. Tapi ternyata dia mau ke sekolah bareng pacarnya. Yaudah gue jadi kayak gini sekarang." jelasnya sambil merapikan jilbab segitiganya yang sedikit berantakan akibat kelakuannya beberapa waktu yang lalu.

"Yaelah. Makanya cari pacar sana. Supaya lo dapat tebengan setiap hari."

"Lo mah pacar mulu! Males gue jadinya!"

"Malas atau masih belum move on nih?" tanya Nabila sengaja menggoda Nita.

"Apasih lo! Gaje banget." kekesalan Nita bertambah dua kali lipat. Apalagi saat Nabila membahas tentang move on-move on, Nita jadi sensi sendiri. "Eh Nab, emang ada yah teman kelas kita yang namanya Bams?" tanya Nita berbisik pada Nabila. Sambil menatap semua laki-laki yang di kelasnya secara satu persatu.

"Emang kenapa?" tanya Nabia balik.

Lalu Nita mendekatkan wajahnya di telinga sahabatnya. Membisikkan sesuatu tentang apa yang terjadi kemarin.

"Hahahahahaha." Nabila tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Bahkan dia tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang sedang menatapnya.

"Lo bisa kecilin suara lo nggak sih? Nyessel gue kasih tau lo!" tegur Nita kesal.

"Abisnya tuh orang lucu sih! Badan lurus kayak triplek gini dibilang seksi?" katanya lalu kembali menertawakan sahabatnya.

"Sialan lo!"

Nabila meredakan tawanya lalu bertanya, "Emang orangnya yang mana sih?"

"Yah mana gue tahu! Kalaupun gue tahu gue nggak bakalan nanya sama lo kali!"

"Iya juga sih."

"Eh, Wi." panggil Nabila pada Dewi yang sedang berada di dekatnya.

"Ada apa, Nab?"

"Emang ada yang teman kelas kita yang namanya Bams?"

"Ada."

"Boleh tau nggak orangnya yang mana?"

"Tuh." ucap Dewi sambil menunjuk seorang cowok yang sedang berdiri di dekat pintu kelas sambil memegang sapu.

"Oh yang itu. Makasih yah." katanya lalu berbalik menghadap Nita kembali.

"Ta, lo udah nggak waras tau nggak karena udah nolak cogan kayak Bams!"

"Justru lo yang nggak waras! Cowok jelek kayak gitu dibilang ganteng! Eww!"

"Gue heran deh sama lo! Cowok jelek kayak Arul lo bilang ganteng. Cowok ganteng kayak Bams lo bilang jelek. Kayaknya mata lo emang udah rusak yah?!" ucap Nabila sambil menggelengkan kepala. Heran dengan sahabatnya yang satu ini. Sudah tau Arul sudah tidak menyukainya, masih aja ditungguin. Huft!

"Yang jelas Arul tuh nggak mesum kayak dia!"

"Belain aja terus. Belain! Malas gue bicara sama lo!"

Andai tidak ada guru yang masuk di kelas X. BAHASA, mungkin perdebatan Nita dan Nabila masih berlanjut.

"Baiklah perkenalkan nama saya Ibu Inces. Guru sejarah di kelas ini. Hari ini kita perkenalan diri masing-masing. Nanti minggu depan kita bahas tentang pelajaran. Oke?"

"Oke Bu."
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung...

CINTA SENDIRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang