Nita dan Shana berjalan di tengah-tengah lapangan agar mereka bisa secepatnya keluar dari sekolah tanpa berdesak-desakan. Karena kalau mereka lewat koridor, sudah dipastikan mereka akan terlambat mendapatkan angkot untuk membawa mereka pulang. Tapi saat di tengah perjalanan, Nita melihat seseorang yang tampak tak begitu asing di matanya.
"Na, bukannya itu Wahda yah?" Nita berhenti berjalan dan mengamati gadis yang bernama Wahda dari kejauhan.
Shana melihat ke arah yang dimaksud Nita. "Iya itu Wahda. Dia sekolah disini juga?"
"Kayaknya sih iya. Lihat saja seragamnya."
"Samperin yuk, Ta." ajak Shana.
"Nggak ah. Dia kelihatan kayak sombong gitu orangnya," tolak Nita.
"Jangan su'udzon dulu jadi orang. Kenalan aja belum," lalu Shana menarik tangan Nita meski Nita belum mengatakan kalau gadis itu setuju.
"Wahda kan?" tanya Shana SKSD saat sampai di depan Wahda. Udah tahu pake nanya lagi!
"Iya. Lo Shana sama Nita kan?" tebak Wahda balik.
"Iya. Lo sekolah disini juga? Bukannya waktu SMP lo sekolahnya di kota ABCD?"
"Iya, gue sekolah disini juga. Gue tinggal di rumah nenek gue sekarang, makanya sekolahnya juga pindah kesini," jelas Wahda.
Shana dan Nita manggut-manggut mengerti.
"Lo masih mau disini atau mau pulang?" tanya Shana lagi.
"Gue udah mau pulang kok,"
Lo udah dilupain, Ta. Sabar yach.
"Kalau gitu pulang bareng kita aja, gimana?"
"Emang boleh?"
"Bolehlah. Yuk,"
Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Mereka bahkan sudah seperti sahabat lama. Terlihat sangat akrab. Tak urung Shana dan Wahda tertawa karena lelucon yang dibuat oleh Nita.
Kalau kalian bertanya kenapa mereka bisa cepat akrab, karena mereka itu sekampung. Rumah Wahda sering dilewati oleh Shana dan Nita jika pulang-pergi ke sekolah.
*****
"Na, lo disuruh juga sama pemandu lo buat surat cinta?" tanya Nita yang saat ini tengah menyalin surat Cinta yang ia dapatkan dari temannya. Rejeki anah sholehah.
"Iya. Lo?" tanya Shana balik. Gadis itu terlihat sedang asyik bermain di ponsel blackberry miliknya. Apalah dayaku yang hanya pake ponsel Nokia-Nita.
"Lo mau ngasih suratnya ke siapa?" tanya Nita, kepo.
"Ke kak Ibe,"
"Siapa tuh?"
"Ada lah senior kita. Udah kelas dua belas dia,"
"Nama panjangnya siapa?"
"Siapa yah? Lupa gue,"
"Emang dia ganteng?"
Shana berdecak kesal karena Nita terus bertanya. "Emang harus ganteng dulu biar bisa di kasih surat cinta?" tanya Shana galak. Galak amat ndut!
"Yah, nggak juga sih." Nita kembali melanjutkan aktivitas awalnya. Menyalin surat cinta. Gadis itu sepertinya sudah takut untuk bertanya.
Tapi setelah menulis beberapa kata, Nita jadi teringat sesuatu.
"Na," panggilnya.
"Hmm" gumam Shana tanpa menatap Nita.
"Lo kenal kak Faaz nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SENDIRIAN
Teen FictionNita Haswari. Gadis sederhana yang mempunyai mimpi dicintai oleh seorang laki-laki yang juga ia cintai. Namun apalah daya, tidak ada hati yang bisa dipaksa. Pun tidak ada perasaan yang bisa disatukan jika hanya ada satu hati yang berperang di dalamn...