Happy reading💛
Nyatanya, mencintai seseorang tidak berarti harus memiliki. Terkadang, kita hanya diajarkan tentang bagaimana rasanya berjuang tanpa dihargai dan tidak diterima dengan tangan terbuka.
Nita memilih menunggu dan terus mencintai Ranfa bukan karena bodoh. Tapi dia merasa yakin, suatu hari nanti Ranfa akan merentangkan tangannya lalu menerimanya dengan senyuman.
Namum sekarang, entah kenapa perasaan Nita sudah mulai terkikis walau hanya sedikit. Penantiannya tiga hari ini selama di rumah sakit, tidak membuahkan hasil. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit. Dia terus menunggu dan menunggu. Menatap ke arah pintu yang dia harapkan akan ada sosok Ranfa berdiri disana dengan senyum merekahnya.
Tapi nyatanya?
Menanyakan kabar Nita saja tidak pernah. Padahal cowok itu selalu aktif di aplikasi facebooknya.
Bisa saja Nita yang lebih dulu mengabari cowok itu. Tapi rasanya dia tidak pantas. Dia sudah cukup melewati batas dengan mengungkapkan perasaannya hampir puluhan kali ke Ranfa. Apalagi sekarang, dengar-dengar Ranfa sudah memiliki kekasih.
Ah, Nita benar-benar terlihat menyedihkan sekarang.
"Yuk, pulang."
Nita beranjak dari duduknya dan meraih tangan ibunya untuk pulang ke rumah. Hari ini dokter sudah mengizinkan dia pulang karena kondisinya sudah pulih kembali. Hanya tinggal disuruh istirahat dan minum air putih yang banyak.
Nita, ibu, dan ayahnya meninggalkan ruangan itu lalu berjalan menuju mobil milik om Nita yang dipinjam oleh ayahnya.
Nyatanya, berjuang saja tidak cukup untuk mendapatkan apa yang kita mau. Terkadang, tahu diri juga harus dilakukan agar tidak mudah sakit nantinya.
***
"Ranfa beneran gak datang jengukin lo?" ini sudah pertanyaan ketiga yang dilemparkan oleh Wahdah saat gadis itu tiba di rumah Nita.
Wahdah datang sendiri karena Shana sedang keluar bersama kakak perempuannya.
Nita menatap kesal ke arah Wahdah yang sedang menatapnya dengan terkejut.
"Iya, Wahdah. Harus berapa kali sih gue ngomong?" ujar Nita kesal.
"Ya gue kaget aja sih. Masa dia udah tau lo suka dia tapi gak pernah datang nengokin. Atau paling nggak telepon lo aja deh. Nanyain kabar lo. Tapi ini nggak sama sekali? Astagadragon! Lo beneran gak sih suka sama orang kayak gitu?" dengan kesal Wahdah menoyor kepala Nita membuat gadis itu meringis. Buru-buru Wahdah langsung meminta maaf dan mengatakan kalau dia tidak sengaja.
Nita menghela nafasnya berat. "Mau gimana lagi. Hati gue selalu meronta-ronta mau milikin dia."
"Dih, anjir! Cowok bisulan kayak dia aja lo perjuangin."
"Sembarangan lo kalau ngomong! Lo kali yang bisulan!" balas Nita tak mau kalah.
"Emang bener kok. Ranfa itu pernah bisulan di sikunya. Lo nya aja yang gak perhatiin. Terlalu fokus sama yang baik-baiknya dia aja."
Nita berdecak kesal. "Terserah lo!"
"Tapi gue beneran heran deh Ta sama lo. Lo beneran masih pengen perjuangin Ranfa?" tanya Wahdah penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SENDIRIAN
Teen FictionNita Haswari. Gadis sederhana yang mempunyai mimpi dicintai oleh seorang laki-laki yang juga ia cintai. Namun apalah daya, tidak ada hati yang bisa dipaksa. Pun tidak ada perasaan yang bisa disatukan jika hanya ada satu hati yang berperang di dalamn...