TIGA BELAS

365 18 0
                                    

Nita dan Nabila saat ini sedang asyik menceritakan tentang film yang kemarin ia nonton di rumah Wahda. Kedua gadis itu tampaknya sudah larut dalam ceritanya tanpa sadar dengan kedatangan seniornya yang sudah berdiri di depan pintu kelasnya bersama dengan antek-anteknya.

"Ta, lo dicariin tuh sama senior." ucapan Naumi tiba-tiba menghentikan percakapan Nita dan langsung menatap Naumi bingung.

"Gue? Dicariin sama senior? Ngapain?" tanya Nita balik.

Naumi mengangkat bahunya. "Nggak tau. Sana samperin. Ada yang penting kali." setelah mengatakan itu, gadis berpipi tembem itu berjalan ke arah pojok bangku belakang.

Nita yang hendak berdiri dati duduknya langsung mengurungkan niatnya karena sudah melihat seniornya berjalan ke arahnya.

"Lo yang namanya Nita?" tanya salah satu gadis yang berdiri paling depan, yang memiliki bentuk tubuh yang bisa membuat kaum adam sampai ileran.

Namanya juga pentolan sekolah ceunah!

"I-iya kak. Kenapa yah?" tanya Nita sedikit takut. Jujur saja, dia benar-benar tidak suka berurusan dengan kakak kelasnya. Apalagi berjenis kelamin perempuan. Ralat. Takut lebih tepatnya.

"Lo yang suka ngespam Ranfa kan?"

Deg

Tubuh Nita seketika menegang. Bagaimana seniornya ini tahu tentang Ranfa? Apa Ranfa yang memberitahu mereka? Kalau emang iya, Ranfa benar-benar brengsek jadi cowok!

"Kenapa diem? Lo suka sama Ranfa? Ah, keliatan sih." ujar gadis itu seraya menatap Nita remeh.

Nita hanya bisa menunduk. Dia tidak berani membalas seniornya itu. Apalagi seniornya itu tidak sendirian.

"Gue ingetin yah! Lo kalau suka ya suka aja! Nggak usah kegatelan nyepam tiap hari! Ranfa itu nggak suka sama lo! Jadi lo harusnya sadar diri dong!"

Hati Nita benar-benar sakit sekarang. Dia seperti dipermalukan di kandangnya sendiri. Dan yang dia lakukan hanyalah menunduk. Tidak berani melawan ataupun sekedar membela diri.

Apa mencintai seseorang adalah sebuah kesalahan?

"Cabut!"

Rombongan pentolan sekolah itu meninggalkan kelas Nita dengan tawa yang mereka tampilkan. Dasar jahat, batin Nita.

"Lo nggak apa-apa, Ta?" tanya Nabila yang sejak tadi hanya ikut diam juga. Bukannya dia tidak mau membantu temannya. Tapi dia juga tidak tau masalah apa yang terjadi di antara keduanya.

Nita menggeleng dan menatap Nabila dengan tersenyum. "Gue nggak apa-apa kok."

"Emang ada apa sih?" tanya Salsa yang baru saja datang menghampiri keduanya. Naumi dan Dewi juga ikutan nimbrung.

"Iya. Lo kok bisa ada masalah sama kak Ila? Perasaan lo nggak kenal-kenal amat deh sama dia." kata Naumi heran.

Oh jadi nama cewek itu Ila?, pikir Nita.

"Dia nggak suka kalau gue sering nyepam kak Ranfa." jujur Nita.

Nabila menatap Nita kesal. "Lo sih! Udah dibilangin nggak usah deketin cowok itu, eh malah makin gencar! Dapat masalah kan lo gara-gara dia!"

"Oh, jadi lo suka juga sama Ranfa, Ta? Gue baru tau."

Semuanya menatap ke arah dimana suara itu berasal. Dan seketika mata Nita membulat sempurna. Disana, sudah berdiri seorang gadis yang sudah menatapnya marah.

"Febby?" ucap Nita.

"Kenapa? Kaget lo? Cih! Gue baru tau, ternyata teman juga bisa berubah jadi saingan yah?!" Febby meninggalkan kelas dengan segera. Nita yang hendak ingin mengejar, langsung ditahan oleh Nabila.

"Nggak usah dikejar." ucap Nabila santai.

"Gue harus jelasin, Nab. Gue harus minta maaf." jawab Nita.

"Minta maaf? Buat apa? Lo kan nggak salah apa-apa."

"Iya, Bila bener. Lo itu kan manusia. Jadi berhak dong suka sama siapa aja." sahut Salsa menambahi.

"Tapi gue udah diam-diam suka sama Ranfa. Yang notabenenya adalah cowok yang disuka sama Febby." jelas Nita, merasa bersalah.

"Mereka nggak pacaran kan? Jadi lo bebas dong suka sama siapa aja selagi cowok itu masih sendiri."

"Tapi Sal--"

"Udah deh, Ta. Nggak usah merasa bersalah gitu. Lo nggak salah, oke? Kita disini bela lo karena lo emang nggak salah. Mencintai seseorang itu bukan sebuah kesalahan. Tapi cara kita yang terkadang disalahkan oleh orang lain. Jadi, berhenti nyalahin diri lo sendiri. Ngerti?"

Nita tidak mengangguk. Juga tidak menggeleng. Dia hanya diam. Tidak tau haru bereaksi seperti apa.

Kepalanya terasa ingin pecah jika dia terus-menerus memikirkan semuanya. Huft!

***

Kelas sebelas bahasa sudah mulai terlihat sepi. Berhubung karena bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Hanya beberapa orang yang masih nangkring di kelas. Ya sekedar bergosip ria lah sebentar.

"Ta, lo pulang bareng Shana nggak?" tanya Nabila yang saat ini sedang memperbaiki jilbabnya di belakang.

"Iya. Lo?" tanya Nita balik.

"Gue mau ngumpul sama yang lain. Lo duluan aja."

"Yaudah. Gue pulang yah. Shana baru aja lewat sama Wahda." Nita beranjak dari kursinya dan hendak menyusul Shana. Tapi kehadiran seseorang yang membuatnya dapat masalah tadi pagi, kini sedang berjalan di belakang Shana bersama kedua temannya.

Nita bersembunyi di balik pintu kelasnya. Namun dengan begitu,dia masih bisa melihat dan juga mendengar sekilas percakapan mereka.

"Fa, itu cewek yang lo taksir kan?" tanya salah satu teman Ranfa yang Nita ketahui namanya adalah Fajar.

Nita mengikuti arah pandang Fajar dan, Damn! Ternyata Ranfa diam-diam menyukai Shana, sepupunya. Mengapa harus Shana?

Selalu saja seperti itu, batin Nita.

"Tapi, bukannya Shana udah punya pacar ya?" tanya teman Ranfa yang satu lagi. Yang Nita ketahui namanya adalah Ali.

"Gue nggak bilang kan kalau gue mau ngerebut dia dari pacarnya? Gue itu cuma suka sama dia. Ya semacam kagum lah." jelas Ranfa.

Dan setelah itu, Nita tak lagi mendengar lanjutan percakapan mereka. Karena ketiganya sudah melewati kelas Nita.

Nita luruh di atas kursi besar milik guru. Sungguh, ini benar-benar dejavu baginya. Di masa lalu, dia juga pernah merasakan ini semua. Dimana dia menyukai seseorang yang juga menyukai sepupunya.

Miris sekali hidupnya.

"Ta, lo kenapa?' Nabila mendekati Nita yang sedang melamun entah karena apa.

"Ah, gue nggak apa-apa kok." bohong Nita.

"Lo nggak jadi pulang?"

"Kayaknya gue mau singgah dulu deh di Gajah mada."

"Ngapain? Anak-anak lagi nggak ngumpul disana hari ini."

"Nggak apa-apa kok. Mau ngobrol aja sama kak Reni."

Nabila mengangguk paham. "Oh, yaudah. Gue duluan, nggak apa-apa kan? Gue udah ditungguin di depan soalnya."

"Iya. Sana. Abis ini gue juga mau pulang kok."

"Gue pulang yah. Bye."

Nabila sudah melenggang pergi meninggalkan Nita seorang diri di dalam kelasnya. Gadis itu menghembuskan nafasnya lalu beranjak dari duduknya dan ikut melangkah meninggalkan sekolah yang sudah sangat sepi ini.

For your information, Gajah mada itu semacam tempat bimbel yang berada di dekat sekolah Nita. Namun dia dan temannya yang lain sering nongkrong disana, karena mereka sangat akrab dengan mentor yang mengajar disana.





Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya yah. Supaya author makin semangat updatenya.

Ingat! Gratis kok!

CINTA SENDIRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang