DUA PULUH

619 26 2
                                    

"LO beneran nggak mau lanjut kuliah Ta, kalau kita lulus nanti?" tanya Nabila pada Nita yang saat ini tengah menikmati rujak yang Naumi bawa ke sekolah.

Mereka saat ini tengah bersantai di depan kelas mereka yang sudah mereka bersihkan terlebih dahulu.

"Maybe. Karena lo tau sendiri kan keuangan orang tua gue gimana." jawab Nita.

"Emang lo gak ada niatan gitu buat daftar SNMPTN atau SBMPTN?" tanya Naumi selanjutnya.

"Kalau SNMPTN sih kayaknya gue bakalan daftar. Tapi kalau SBMPTN kayaknya nggak."

"Lho, kenapa?" tanya Salsa bingung.

"Males."

"Bilang aja lo gak mau bayar pendaftaran!" cibir Nabila.

"Nah itu lo tau. Mending gue kerja aja supaya ngasilin duit. Daripada buang-buang uang, mubazir." kata Nita.

"Gak mubazir lah! Itu kan untuk masa depan lo sendiri!" ujar Naumi menimpali.

Nita mengangkat bahunya acuh. "Gak usah bahas itu dulu. Sekarang aja otak gue udah mau meledak gara-gara  tugas. Fikiran gue belum sampe kesana juga."

Semuanya memilih diam. Berdebat dengan Nita memang membuat kepala terasa pusing saja. Dasar kepala batu!

***

Suara riuh yang berasal dari tengah lapangan kini menyita atensi Nita yang sedang berjalan di koridor sekolah. Bel pulang sekolah pun sudah dibunyikan dari lima menit yang lalu. Namun entah kenapa di tengah lapangan sana, terlihat segerombolan orang yang tengah asyik menyemangati yang entah apa itu.

Karena penasaran, Nita mendekat lalu berusaha membelah lautan manusia itu dengan susah payah.

"Permisi." kata Nita.

Saat dia sudah berhenti tepat di barisan paling depan, gadis itu langsung menangkup mulutnya dengan mata melotot kaget.

"K... Kak... Ran... Fa." ujar Nita terbata.

Tepat di depan matanya, terlihat Ranfa tengah berkelahi dengan cowok yang tidak dia ketahui siapa namanya. Tidak ada yang menghentikan mereka. Bahkan semuanya seolah memberi semangat kepada dua orang yang sedang beradu otot di tempat itu.

Nita menjerit saat menyaksikan Ranfa dilempar ke tanah oleh lawannya. Tepat di ujung bibir cowok itu sudah mengalir darah segar disana. Ujung matanya pun ikut membiru. Dan entah karena alasan apa keduanya bisa sampai seperti itu.

Dada Nita bergemuruh. Takut menyaksikan adegan baku hantam yang ada di depan matanya saat ini.

"Sialan!" Ranfa berteriak sembari melayangkan bogeman pada sang lawan.

Cowok itu seperti orang yang kesetanan. Dia terus memukul lawannya tanpa ampun. Sedangkan sang lawan, malah tertawa meremehkan dengan keadaan yang yang sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.

"Kalaupun lo bunuh gue, Kayla gak bakal bisa utuh kembali!" ucap sang lawan yang malah membuat Ranfa semakin murka.

"Bangsat!"

Baru saja Ranfa ingin melayangkan bogeman pada lawannya, salah satu temannya malah menahannya dari  arah belakang. Menarik cowok itu meninggalkan kerumunan akibat ulahnya sendiri.

Sedangkan Nita, gadis itu masih terpaku di tempatnya.

Kayla?

Siapa Kayla? Hatinya terus bertanya tentang siapakah nama gadis yang disebutkan oleh lawan dari Ranfa tadi.

Nita menghembuskan nafasnya pelan sebelum dia meninggalkan tempat itu lalu kembali melanjutkan langkahnya.

***

CINTA SENDIRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang