SEMBILAN

467 20 0
                                    

"Nabila mana, Ta?" tanya Shana pada Nita. Mereka saat ini sedang duduk di kursi panjang dekat lapangan. Menyaksikan pertandingan futsal yang disana terdapat pacar Shana, Ruli.

"Gak tahu. Kayaknya dia gak ke sekolah." jawab Nita mengangkat kedua bahunya.

Lalu keduanya kembali diam. Saat mata Nita tak sengaja menatap cowok berkaos hitam yang sedang berjalan di tengah lapangan, dia langsung berdiri di tempatnya.

"Lo mau kemana?" tanya Shana heran.

"Mau ke medan perang."

"Lah, maksud lo?"

"Gue mau perjuangin hati gue yang udah di jarah." ujar Nita ngasal. Setelah itu, gadis itu pergi meninggalkan Shana entah kemana.

"Dasar gila." ujar Shana sambil menggelengkan kepalanya.

*****

Cowok berkaos hitam itu terus berjalan di lorong sekolah. Nita yang juga berjalan tak jauh dari belakang cowok itu hanya bisa menatap punggung cowok itu. Postur tubuhnya yang tak jauh beda dari Juna, sepupunya. Membuat Nita selalu ingin memeluk cowok itu dan menumpahkan segala perasaannya di dada bidang cowok itu. Jujur, dia sudah terlalu jatuh pada pesona cowok itu. Entah kenapa. Padahal dia tidak pernah berkomunikasi langsung. Hanya lewat mata dia bisa menyalurkan perasaannya pada sosok yang selalu dia rindukan dalam tidurnya.

Cowok itu berhenti tepat di depan kelas XI. Ips empat. Sontak membuat Nita kelimpungan mencari tempat aman agar tak ketahuan kalau dia sedang menguntit cowok itu. Nita langsung berlari dan mengambil aksi duduk di kursi yang atapnya berbentuk jamur yang berada di depan kantin kejujuran.

Cowok itu menoleh ke belakang. Mungkin merasa seperti ada yang mengikutinya. Saat cowok itu tak menemukan siapa-siapa, dia langsung masuk ke kelasnya dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.

"Lo ngapain disini, Ta?" sebuah suara mengagetkan Nita. Gadis itu mengelus dadanya dan menatap orang itu tajam.

"Bisa gak sih, lo gak usah ngagetin gue kayak gitu?"

"Emang gue ngagetin lo? Gue kan cuma nanya lo ngapain disini? Salah?"

"Salah lah. Kalau gue jantungan gimana?"

"Yah urusan lo."

"Dasar sepupu jahanam!"

"Gue tanya lagi, lo ngapain disini? Lebih tepatnya di area kelas sebelas."

"Gue ngikutin kak Ranfa tadi."

"Trus?"

"Yah dia masuk ke kelasnya. Yakali gue juga mau ikut masuk."

"Yaudah, sana balik ke kelas lo."

"Bentaran ah. Disini adem."

"Disini banyak cowok yang suka usil. Sana balik."

"Bentar ah kak. Lo kan tinggal jagain gue. Ribet amat."

"Gue mau pergi Nita. Gue gak bisa jaga lo sekarang. Gue ada urusan."

"Yaudah, lo tinggal pergi aja. Tinggalin aja gue."

Juna berdecak kesal. Sepupunya ini memang keras kepala.

"Balik gak?" ancam Juna.

"Gak!"

"Lo mau gue gendong lo ke kelas?"

"Gak!" tolak Nita. Gadis itu segera berdiri dan berkata pada Juna, "iya-iya gue balik sekarang. Dasar jono!" gadis itu meninggalkan Juna dengan perasaan kesal. Bukan tanpa alasan dia ingin tetap di tempat itu, tapi Nita ingin menikmati pemandangan yang dipenuhin dengan cowok-cowok ganteng. Huft! Gagal kan cuci matanya. Menyebalkan!

CINTA SENDIRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang