TUJUH

562 20 0
                                    

Waktu terus berlalu. Sekarang Nita sudah hampir memasuki ujian akhir semester yang sudah menanti. Hari-harinya sama seperti anak sekolah pada umumnya. Jam 7 pagi sampai jam satu siang dia habiskan waktunya menuntut ilmu di sekolah. Lalu setelah itu dia habiskan waktunya nonton drama Korea di rumah Wahdah, ngerujak di rumah Shana, atau numpang rebahan di rumah sepepu atau neneknya. Gadis itu jarang sekali tinggal di rumahnya. Dengan alasan, malas melihat orang tuanya bertengkar terus menerus. Daripada dia stress melihat orang tua nya bertengkar dan melakukan hal yang tidak-tidak, lebih baik dia habiskan waktunya untuk hal-hal yang lebih berfaedah.

Seperti halnya sekarang. Nita, Shana, dan Wahdah sedang menikmati bakso di warung bakso langganannya. Yummy!

"Ta, lo masih suka sama kak Faaz?" tanya Shana sambil menikmati baksonya.

"Yah enggaklah." jawab Nita.

"Cepet amat lo move on nya. Tapi sama si Arul lo masih ngarep kan?" cibir Shana.

"Kemaren tuh gue cuma kagum sama kak Faaz. Kalau masalah Arul itu beda lagi."

"Lo pernah pacaran sama Arul, Ta? Kok gue baru tahu." tanya Wahdah.

"Iya. Arul tuh mantan gue pas SMP. Yah, cinta monyet lah." terang Nita.

"Masa sih? By the way Arul itu sepupu gue loh." beritahu Wahdah.

"Gue udah tahu kali." jawab Nita.

Lalu mereka bertiga melanjutkan makannya. Sambil sesekali mengobrol membahas tentang ini dan itu.

*****

"Ta, lo udah selesai belum tugas PKN yang di kasih sama bu Reni?" tanya Nabila yang baru saja duduk di bangkunya.

"Belum selesai sih. Tapi udah hampir." jawab Nita sambil memainkan ponselnya.

"Oh yah, Ta. Lo mau nggak gue kenalin sama sepupunya Andi, pacar gue."

"Yang mana?" tanya Nita memandang Bila.

"Bentar." Nabila membuka ponselnya dan mencari sesuatu disana. Lalu gadis itu menunjukkan sebuah foto laki-laki yang tidak Nita ketahui siapa.

"Namanya Alam. Sepupunya Andi."  beritahu Bila. "Gimana, ganteng kan?"

Nita mengangguk. "Yah lumayanlah. Buat pengisi kekosongan."

"Jangan cuma lo jadiin sebagai pengisi kekosongan lo. Tapi lo harus benar-benar bisa nerima dia dan jalanin hubungan serius." cibir Nabila.

"Lo mah serius mulu. Santuy aja kali." canda Nita.

Nabila menghembuskan nafasnya kasar. Daripada berdebat dengan Nita yang tak akan pernah ada ujungnya dan akan menguras emosinya, lebih baik Nabila chattingan saja dengan pacarnya.

"Ta, gue mau ngomong sama lo." ucap seorang cowok yang sudah berdiri di dekat meja dua gadis itu.

"Ngomong aja kali. Ada apa?" tanya Nita pada cowok yang bernama Aldi, teman kelasnya.

"Arul mau minta tolong sama lo. Boleh ?"

"Minta tolong apa?"

Nabila yang sejak tadi fokus dengan ponselnya langsung mengalihkan pandangannya. Menatap Aldi dengan curiga.

"Lo bisa nggak, sekalian kerjain tugas PKN Arul juga?"

"Nggak! Enak aja lo!" bukan Nita yang menjawab. Tapi Nabila lah yang menjawab dengan galak.

"Gue kan nggak minta tolong sama lo Nab. Tapi sama Nita."

"Sama aja! Eh lo kira sahabat gue ini pembantunya si Arul? Hah?"

CINTA SENDIRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang