Isi celana Ben boleh itu-itu saja, tetapi isi kepalanya kali ini enggak sekadar ada-ada saja. Pembicaraan kami semalam, dengan bumbu penyaluran hasrat masing-masing, membekas dalam di otakku. Sembari berangkat ke kantor tadi pagi, aku kembali menyusun rencana kebangkitan Amesh Si Pakar Cinta Milenial. Enam bulan adalah waktu yang sangat cukup untuk berkabung.Time to bounce back to the jungle! Let me have an adventure of a lifetime, being single and free!
Pagi ini, aku pergi sendiri, tidak berbarengan dengan Ben seperti biasa. Optimismeku melambung. Datang lebih awal, aku mau curi start mengobrol dengan Sekar, sahabat sekaligus editor-in-chief Femme, media daring tempatku bekerja tetap selama tiga tahun belakangan.
Saking membaranya semangat, aku menggerakkan tubuh lebih cepat dari biasanya. Begitu sampai kantor, aku kakiku melangkah lebar-lebar menuju pantry. Kusambar sebuah piring kosong dari rak di dekat tempat cuci. Seporsi ketoprak khas Cirebon dari gerobak jualan di depan kantor langsung kutuang ke dalamnya. Perutku mengeluarkan bunyi serupa auman singa mendambakan daging mangsa segar. Dua kali orgasme berswalayan dan mengobrol geje nyaris sampai jam dua pagi dengan Ben rupanya menguras sisa energi yang kupunya.
"Selamat pagi, Ibu Indira Sekar Larasati. Bagaimana siap membangun Indonesia bebas penjahat kelamin 2020?" sapaku dengan suara ala pembawa acara bincang-bincang politik di televisi. Sekar terbatuk-batuk menyesap teh hijaunya.
Sahabatku ini entah kenapa, belum terbiasa juga dengan mulutku yang bebas sensor. Aku enggak akan sadis mengomentari Sekar sebagai wanita bermental SJW*, sih. Wanita berambut bob sebahu itu masih punya tata krama dalam mengemukakan pendapatnya. Sekar yang aku kenal selama ini, meskipun vokal, punya banyak sekali teman dan jarang dimusuhi, bahkan oleh netizen budiman. Di bawah kepemimpinan Sekar, Femme bisa jadi media daring wanita nomor satu di Indonesia dalam waktu kurang dari lima tahun. Bebas kontroversi dan tudingan, walaupun kontennya universal, alias tidak selalu mencerminkan nilai-nilai "Indonesia banget".
"Kar, bulan depan aku ambil desk soal seks, ya?" pintaku sambil menyuap ketoprak. Hari ini aku minta ekstra tauge, supaya makin greng! Padahal area di bawah sana sekarang hanya dikunjungi batangan tenaga baterai. Entah sampai kapan akhirnya ia akan menerima kunjungan dari organ yang sesungguhnya.
Sekar, yang sudah mengenalku semenjak tujuh tahun silam, mengangkat alis. Mulutnya mengeluarkan suara halus mengunyah protein bar, sarapan rutin yang menurutku seperti memasukkan upil ke dalam pencernaan. Yah, setidaknya badan Sekar selalu ramping ketimbang tubuhku yang lebih curvy di bagian pinggang ke bawah. Hidung mungil atasanku itu bergerak-gerak sesaat. Kemudian, mengangkat kacamata bingkai hitam tebalnya yang sedikit melorot, ia merespons permintaanku.
"Kamu mau angkat tema apa, Mesh?" selidiknya.
Aku berdeham. Topik apa yang cocok soal seks untuk aku sampaikan? Biar enggak kelihatan Femme ini seperti situs tips esek-esek. Tetap cerdas, elegan, dan kekinian, walaupun membahas topik sensitif.
"Bulan November depan itu ada peringatan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Aku rasa kamu bisa ambil tema-tema yang intinya melindungi perempuan dari kekerasan seksual," imbuh Sekar.
Bohlam ide di kepalaku sontak menyala terang.
"Bagaimana kalau aku bikin artikel-artikel supaya cewek-cewek bisa lebih cerdas dan waspada dengan toxic relationship? Bisa bahas soal consent, having proper sex talk, termasuk melindungi diri dari para fuckboi,**" tawarku berseri-seri.
Sang Ibu Editor Kepala terdiam. Kepalanya lalu mengangguk-angguk dan senyum kecil terbit dari bibir mungil berbalut lipstik merah kecokelatan.
"Aku seneng, Mesh. Semangat kamu balik lagi. Setelah selama ini kamu kerja dengan mode zombie," ucap Sekar setelah aku menandaskan sarapan.
Kuteguk segelas air hangat dan menatap Sekar begitu lekat. Wah, auranya jadi terasa berbeda begini? Seolah jam-jam curhat manusia galau.
Wajahku yang berkerut bingung membuat Sekar melanjutkan kalimatnya.
"Tahu enggak, Mesh? Abim sebenarnya masih memantau kamu melalui aku. He's worried that you will have a breakdown without him around."
Sialan, kayaknya mataku pedih kelilipan bumbu ketoprak yang tadi pakai lima cabai rawit merah!
---
Note:
* SJW = kepanjangan dari Social Justice Warrior, sebutan untuk seseorang yang vokal menyuarakan pandangan progresif mengenai kondisi sosial, sering dikonotasikan untuk mereka yang dianggap mencari pembenaran diri dan kelewat saklek mempertahankan pandangan hingga menyampingkan toleransi perbedaan pendapat
** fuckboi = istilah milenial untuk "penjahat kelamin", alias cowok yang hobi berganti-ganti pasangan seks
---
Hey, Kawans!
Maaf untuk update yang sangat molor, terima dikeplak dan dicipok sendal jepit akutu hehehe.
Buat yang udah kangen berat sama Amesh, beberapa parts ini, Amesh menjinak dulu, ya. Kasian juga jantung kalian mungkin nggak kuat kalo keseringan denger kata-kata tak senonoh hahaha.Selalu mainkan jempolmu untuk vote, comment, dan share. Saya cicil ya bales komentarnya satu-satu. Harus mood somplak juga, biar sejalan sama lapaknya. Karena ini bukan lapak motivasi, tapi mocaricowokseksi.
Weekend is near, enjoy yours, alrite?
xoxo,
~WR
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]
ChickLitCERITA DEWASA (21+) --- Patah hati ditinggal satu-satunya pacar serius yang pernah ia punya, membuat Amesh merasa dunianya ambruk. Tak cuma itu, ia jadi ikut skeptis akan cinta. Sebuah ironi bagi seorang penulis tips "modern love and romance". Ben...