[1] True Love Waits

19.1K 825 53
                                    

"Honey, I'm homeee!"

Badanku boleh remuk dihajar lembur setiap hari selama dua minggu terakhir. Muka ini sudah seperti kilang minyak karena enggak sempat touch-up bedak seharian. Namun, begitu melihat sesosok makhluk Tuhan paling seksi sedang asyik uwel-uwel anak kesayanganku, Jim, lelahku seolah seperti tinja lenyap digelontor air flush toilet. Mengucapkan salam rasanya seperti menapak di atas Awan Kintoun.

"Maaf, lama ya, nungguin aku?" tanyaku, mengelus pipinya yang mulus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, lama ya, nungguin aku?" tanyaku, mengelus pipinya yang mulus.

Abim – begitu aku memanggil Mas Hawt-ku satu itu – hanya tersenyum kecil. Senyum yang bisa bikin cewek-cewek menjerit, "Kya kya kya, notice me, Senpai!" Kalau ditambah gestur menggigit bibir, otomatis waduk di bawah sana bisa ikutan jebol.

Tuh, kan. Mulai deh pikiranku belok ke mana-mana. Maklum, aku penganut paham "mari ena-ena biar badan dan pikiran enak", setiap urusan kerja dan masalah hidup bikin stres menumpuk. Benar, lho. A good sex releases endorphins, the happy hormones

Kembali ke pemandangan menggoda iman di depan mata. Saat waktu menunjukkan satu jam menuju tengah malam begini, Abim malah wangi semerbak parfum aroma laut. Tubuh 182 sentimeternya terbalut selembar kemeja putih dan celana denim robek di bagian lutut. Walah, ini sih setelan mau manggung dan memancing histeria para penonton!

"Rapi amat, katanya abis main futsal," komentarku melihat dandanan Abim yang lebih mirip mau ikut audisi Idol.

Pacarku ini memang rajin menjaga kebugaran. Pekerjaannya di kantor konsultan manajemen punya jam kerja sama gilanya sepertiku yang jadi editor dan penulis konten Femme, sebuah media daring dunia wanita yang sedang naik daun dua tahun terakhir. Rutin berlari dan futsal, sesekali main basket, membuat Abim jarang tumbang. Lumayan sih, fisik prima ini juga mendukung stamina Abim untuk urusan wikwik supaya enggak wakwaw. Umur boleh tiga tiga, tapi rasa masih kaya cowok dua lima, Cuy!

Hari Kamis malam adalah jadwal Abim main futsal bersama teman-teman SMA-nya. Biasanya, mereka menyewa arena di Grand Futsal Kuningan, tak jauh dari kantor Abim di daerah Setiabudi. Lalu, Abim akan mampir ke rumahku di Tebet. Kadang, ia menginap kalau harus ke kantor pagi-pagi keesokan harinya atau saat ia ingin melepaskan penat bersamaku semalaman. Bukan sambil begadang main gaple atau karambol, ya!

Toh aku tinggal sendiri selama setahun belakangan sejak Bhayu, abangku menikah dan pindah bersama istrinya ke Singapura. Tadinya, aku dan Bhayu berdua menempati rumah peninggalan almarhumah Mama. Kami resmi jadi yatim piatu enam tahun lalu. Sementara itu Papa sudah tiada, dua tahun sejak berpisah dari Mama, waktu aku masih duduk di bangku TK.

"Masa pacar pulang aku sambut sama badan bau keringat? Kamu kan ilfil sama cowok bau, Mesh. Entar aku dipunggungin melulu," jawab Mas Hawt-ku mengedipkan mata.

Aku tertawa lepas dan mencubitnya gemas. Sa ae gelas cincau!

 Sa ae gelas cincau!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang