[16] Warning Sign

7.1K 308 20
                                    

"Iyeee! Iyeee! Bentaaar!"

Mataku seperti dipenuhi oleh lem super. Lengket dan sulit dibuka. Benar-benar belek hasil begadang sampai pagi ini melekat luar biasa.

Sementara itu, suara bel pintu depan dan ringtone dari ponselku saling bersahutan. Kepalaku seperti berputar. Telingaku berdenging. Rasanya aku mau membacok siapa itu yang mengganggu tidurku pagi ini.

Eh, sebentar. Apa bener sekarang masih pagi?

Tiga kali kucek mata, kuambil ponsel. Halah, Ben Kutu Kupret Ngaceng Dua Meter! Ngapain sih dia ganggu jam ...

"Anjrit! Udah jam satu siang aja!" jeritku begitu melihat jam dinding di kamar.

"Ha ..." sapaku mengangkat telepon.

"Bukain pintunya, Nyet! Gue mateng ini nunggu di luar!" teriak Ben, memotong 'halo' dariku.

Kusudahi panggilan, memasang bra, dan langsung bergegas membukakan pintu. Ben manyun di depan pagar. Bibirnya semakin mirip Tukul Arwana mengucapkan "Rey, Rey, Reynadi". 

Tangan kirinya menjinjing dua bungkusan plastik ukuran sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan kirinya menjinjing dua bungkusan plastik ukuran sedang. Sementara, tangan kanannya masih memegang ponsel. Ponsel yang siap dijedotkan ke dahiku yang selebar sawah Pak Camat.

"Gila, bentar lagi gue udah segosong tempe goreng yang ditinggal Emak nonton FTV! Ngapain sih lo? Ngocok di kamar mandi? Orgasme bikin cewek budek?" cerocos Bandar Bokep JAV satu itu.

Bener aja, tangan Ben enteng menoyor kepalaku begitu lewat dan masuk ke rumah.

"Baru tidur pagi gue. Ada lemburan dadakan. Gantiin temen kantor yang masuk rumah sakit," sahutku sambil mengunci kembali pagar.

"Hah? Siapa? Wah, lo lagi mode teman berhati malaikat dan berbudi luhur. Sori, gue nggak tahu," ucap Ben dengan mata berubah sayu.

Nah, kan, orang ada tragedi, malah becanda selangkangan! Rasain lo feeling guilty!

"Eh, di kamar lo enggak lagi ada cowok selimutan bugil, kan?" tanya Ben celingak-celinguk di ruang tamu.

"Dodol! Emangnya gue main angkut laki aje begitu kenal pake Tinder!" seruku, gantian menggeplak bagian belakang kepala Ben. Walaupun aku mesti berjinjit untuk bisa menggapainya.

"Ya kali aja. Gimana tuh dua baper yang gue kirim ke lo?" selidik Ben.

"Baper?" balasku mengerutkan dahi.

Ben duduk di meja makan lalu mulai mengeluarkan isi plastik. Ternyata dua bungkus mie ayam Bangka lengkap dengan bakso kuah dan es jeruk. Ia pun nyeletuk, "Baper, batang super. Gue singkat biar gampang. Udah ada yang minta dinaikin belum sama lo?"

Aku yang bergerak mengeluarkan mangkuk dan gelas, seketika ingin melemparkan semuanya ke muka Curut Cabul itu.

"Emangnya gue kereta dinaikin?" teriakku kesal.

Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang