Goddammit, I am crymaxing again.
Biasanya, siapa yang mencapai klimaks alias O besar, ibarat terbaring di padang rumput taman firdaus. Mata merem melek, napas terengah-engah lalu lega dalam embusan panjang. Sekujur badan sepenuhnya rileks, melemas, dan nikmatilah dua puluh detik penuh kenikmatan.
Namun, tidak semua orang mengalami orgasme sebagai kembang api penuh perayaan. Seriusan!
Seperti apa yang aku alami. Puncak kenikmatan terdaki, air mataku malah mengalir tanpa henti. That's the crymaxing I mentioned before. Crying while climaxing. Sial seribu sial, ini hanya aku alami setelah hatiku patah, sepatah-patahnya sejak kehilangan satu-satunya pacar serius yang aku pernah punya selama dua puluh delapan tahun usia. Setiap aku berswalayan, selalu teringat saat bermain cinta dengan Abim dahulu kala.
Oh, Abimku! Aku kembali terisak-isak, sambil menyebutkan kekangenanku akan mantan terindah yang aku rindukan setengah mati.
"Woi! Gimana mau bikin cowok konak, kalo kerjaan lo mewek kaya film India, Nyettt!" teriak Ben dari ujung telepon sana.
Setiap aku tersedu-sedu sambil membereskan sisa-sisa jejak self-service di atas kasur, tak ada lagi orang yang terlintas di kepala untuk menemani masa menyedihkanku, selain sobat selonjorku tersayang. Apalagi, walaupun tragis, aku harus berterima kasih padanya.
Tickler Ruby, vibrator unyu berwarna super catchy yang menemani malam-malam sepi, ini hadiah ulang tahun dari Ben. Tepat saat hari ulang tahunku, berbarengan dengan April Mop dan seminggu menyandang status Jomlo Ngenes level 30.
"Jangan lupa lo bersihin tuh Si Tickler. Jangan jorok! Entar pas dibutuhin sama batang beneran, aset lo malah lumutan kayak gua kelelawar," cerocos Raja Mesum Se-Tebet Raya. Aku yakin, Ben ini sebenarnya Sarjana Perselangkangan, lulus dengan gelar summa cum laude. Mulut dan isi kepalanya lebih kotor dari mobil tinja serta lebih nista dari buku Kama Sutra.
"Udah mau setengah tahun, Mesh. Belum move on juga, lo?" celetuk Ben. Sementara ada sayup-sayup suara desahan dan rintihan berbahasa Jepang sebagai latar belakang percakapan kami.
"Anjir! Lo telepon gue sambil bokepan?" Jeritanku membahana di kamar mandi. Tiada hari tanpa JAV alias Japanese Adult Video adalah slogan hidup Si Bujang Binal satu itu. Daripada alarm di ponsel, Ben lebih cepat bangun jika diperdengarkan ikeh ikeh kimochi.
"Buat backsound doang. Belum jamnya gue ngaceng. Santai, Neng! Lagian sejak lo setrum gue, mana mau John Wickwick berdiri buat lo," balas Ben defensif.
Oh, ya, hadiah manis dari taser senjata andalanku rupanya begitu membekas di ingatan Ben. Lima tahun lalu, aku tertimpa sial harus menjemput Ben yang mabuk berat. Di dalam mobil, ia mulai menganggap aku sama seperti para harem yang mudah ditidurinya. Begitu aku terkesiap karena tangan Ben bergerilya ke bagian-bagian menonjol pada tubuhku, sigap saja taser yang kutaruh di pinggir pintu mobil langsung beraksi.
Untung saja, aku enggak bikin John Wickwick - julukan kelamin Ben yang ia bangga-banggakan itu -menjadi sosis So Nice gosong.
"Sampai kapan sih gue bakal begini terus, Ben?" ratapku penuh drama.
Aku selesai membersihkan segala lendir. Keluar dari kamar mandi, aku mengambil celana dalam baru yang nyaman untuk kupakai tidur nanti. Sambil bergelung di balik selimut, aku kembali menumpahkan segala kegalauan kepada sahabatku itu. Ben hanya menanggapi dengan 'he-eh' atau 'ho-oh'. Namun, setidaknya, ia tidak protes mendengarkan curhat alayku.
"Gue ini penulis tips cinta, Ben. Masa gue kasih saran palsu sama pembaca, sementara sama cinta aja gue jadi enggak percaya," keluhku, sambil membersihkan sisa ingus di dalam hidung dengan tisu.
"Ya, udah, lo minta aja buat pindah jadi penulis seks. Kan pengalaman lo menggoyang ranjang udah lumayan menginspirasi sobat selangkangan di luar sana," celetuk Ben.
Suara serdawa terdengar mengiringi. Sepertinya Si Kunyuk masih menenggak bir sambil begadang.
Wow, mengapa aku tak terpikir saran itu, ya? Enggak lucu banget, tips cinta ditulis sama yang lagi patah hati. Bisa-bisa aura artikel-artikel pada gloomy semua.
"Boleh juga saran lo. Tumben banget jam segini otak lo enggak di antara paha," pujiku sambil tertawa ngakak.
"Atau, lo mau nambah jam terbang? Enam bulan, Mesh. Udah waktunya lo cari batang betulan, bukan yang tenaga batre," sahut Ben, terbahak kencang.
Sialan, aku jadi terbayang batang keras nan menggoda!
---
Booyah!
Dateng-dateng saya malah update part berisi mesum hahahaha! Hati=hati ya ikutan basah!
Maklum, udah saatnya Duo Selonjor menunjukkan tajinya.Jangan lupa buat rajin vote, comment, dan share.
Met wiken, Gaes!
xoxo,
~WR
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]
Romanzi rosa / ChickLitCERITA DEWASA (21+) --- Patah hati ditinggal satu-satunya pacar serius yang pernah ia punya, membuat Amesh merasa dunianya ambruk. Tak cuma itu, ia jadi ikut skeptis akan cinta. Sebuah ironi bagi seorang penulis tips "modern love and romance". Ben...