[26] In My Place

6.7K 316 4
                                    

Never start to make love without a warm bath.

Itu semacam keinginan terpendamku. Sungguh aku butuh air hangat untuk membuat tubuhku lebih santai dan siap kalau saja malam ini benar akan jadi malam bersejarah.

Seharian ini berdiri di dapur dan depan kompor, membuat badanku lengket rasanya. Meskipun hanya membuat nasi kari Jepang, sup miso, dan puding cokelat - semua tertolong berkat bumbu instan - otot-otot tubuhku seolah menjerit.

Percumbuan kilat dengan Luthfi sebelum makan tadi membuat jantungku berdebar tak karuan saat makan tadi. Pacarku itu dengan santai mengobrol tentang bagaimana ia ingin berlibur berdua. Kabur sejenak dari segala kepenatan kerja akibat restrukturisasi perusahaan. Walaupun ia tak yakin, bisa konsisten mematikan dahulu saluran komunikasi, demi liburan tenang dan mindful.

"Menurut kamu, liburan enaknya ke pantai atau keliling kota?" tanyanya, sambil menyuap porsi ketiga puding cokelat.

Aku tidak langsung menanggapinya. Pikiranku malah melayang tanpa kendali. Menyewa resor pantai, oke juga kalau bercinta di balkon resor privat kami. Wow! Sensasinya nendang! Desahanku beradu dengan semilir angin tepi laut. Atau, saat berkeliling kota, menyewa mobil, kami bisa menepi di sudut kota yang sepi. Melampiaskan segala gairah di dalam kendaraan yang terparkir, dalam aksi quickie yang bikin deg-degan.

Aku tersentak saat jemari hangat Luthfi membelai pipiku, "Sayang? Kamu ngantuk?"

"Eh, ummm, maybe? Liburan kita, aku sih ikut aja pilihan kamu. Atau kita bisa bikin rute yang bisa dapet dua-duanya. Gimana?" balasku cepat, mencoba menutupi salah tingkah.

Sialan, baru dikasih teaser omongan aja, udah blingsatan gitu kamu, Mesh! Kayak belum pernah aja main sama perjaka.

Wait ...

MEMANG AKU BELUM PERNAH MAIN SAMA PERJAKA!

Aku mengerjap-ngerjapkan mata, Ayolah pikiran mesum, pergi kamuuu! Belum saatnya kamu muncul. Ini masih bagian romantisme kekasih nan hangat. Pergumulan panas belum masuk slotnya!

"Wah, bener, kamu ngantuk. Makasih ya, Sayang. Capeknya kamu di dapur hari ini bikin masakan enak-enak gini," puji Luthfi, bikin aku ingin membusungkan dada 36B ini.

"Aku juga seneng. Kamu makan lahap banget. Kebayar aja rasanya pegel-pegel ini," balasku cengar-cengir.

"Udah, nanti biar aku yang cuci piring. Abis ini, kamu mandi aja, gimana? Berendam di tub pakai air hangat. Kemarin bukannya kamu baru beli sabun baru?" pinta Luthfi.

Ia bangkit berinisiatif membereskan seluruh perlengkapan makan yang kotor. Seusai menaruhnya di bak cuci, ia memijat pundakku. Aku menggumam keenakan. Apalagi ketika ia memberi bonus dengan mengecup kedua pipiku dari belakang.

"I'm so lucky to have you," bisik Luthfi, menyentuhkan bibirnya di telinga kananku.

Haduh, bisa meleleh dan basah sekaligus ini sih! HELP!

"Oke, aku mandi dulu, deh," sahutku buru-buru.

Bahaya banget buat kemaslahatan jantung kalo Luthfi lagi goda-goda manis begini. Benar-benar enggak sesuai sama image serius campur cool yang biasa ia tampilkan. Dikasih hujan senyum semiliar Rupiah dengan dekik menggemaskan begitu. Aku lemah, woi!

"Aku balik kerja, ya. Biar tenang, besok aku bebas tugas," beritahu Luthfi sekilas.

Aku yang mendengar kata-katanya saat sudah berjalan menuju kamar, berusaha keras supaya tidak melonjak kegirangan. Padahal kedua kakiku sudah ingin melompat-lompat seperti kelinci bertemu setumpuk wortel gendut menggiurkan.

Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang