Oh my God. Oh my God. Oh my God.
Aku tak berhenti mengucapkan tiga kata itu. Mau di dalam hati, maupun akhirnya terlepas keluar dari mulut bersama sebentuk desahan.
Belum, aku belum tiba di orgasme pertamaku bersama Gavin. Bisa dibilang, ibarat datang ke sebuah acara rapat, ini baru tahap menulis nama di meja registrasi dan melihat-lihat ke dalam ruangan. Paling banter sudah meneguk air dingin dari gelas berkaki di meja.
Gavin ini pemain dengan jam terbang tinggi. Sudah pasti. Aku langsung menyimpulkan begitu tahu caranya menggoda. Ia sungguh sengaja bikin kepalaku mau pecah, tetapi tidak segera memberikan penawarnya. Yang sudah jelas mulai mengeras di balik celananya sedari tadi.
Si Mancung Bertato itu tidak langsung mengarahkan mobilnya dari Cuppa Jakarta ke apartemennya. Aku malah dibawa berputar-putar di kawasan Kemang. Kupikir kami akan make out panas di mobil saat itu juga. Yang terjadi justru sebaliknya.
Padahal, aku sudah mulai membiarkan diri dibakar nafsu. Tak lama setelah kami berduaan di mobil, Gavin tak perlu waktu lama untuk mulai menyentuh beberapa bagian sensitif dari tubuhku dengan ujung-ujung jari panjangnya. Kemudian disertai beberapa remasan lembut di area dada, membuatku bergumam sensual.
Aku sudah siap mau melakukan hal yang sama pada dirinya, meremas bagian depan celananya. Tahu-tahu Gavin menahan tangan kananku dan mengarahkannya untuk membuka laci dasbor.
Ada sebuah kotak dengan gambar benda yang mengisinya tepampang di bagian depan. Benda ini berwarna merah muda menyala, senada ronanya dengan Tickler milikku. Bentuknya lonjong kecil dengan ujung sisi berbeda yang meliuk dan meruncing. Mirip seperti burung berkaki jenjang dan postur melengkung warna merah muda, yang menjadi nama produk ini.
"Kamu punya Flamingo?" pekikku tertahan.
Aku tahu benda apa ini. Mirip seperti batang berbaterai andalanku di rumah, benda ini memberikan kenikmatan ganda. Aku tahu cukup sulit mendapatkan barang ini di Indonesia. Harus pre order dan slotnya pun tak banyak. Aku makin merinding. Sudahlah, tak usah bayangkan apa yang akan Gavin perbuat, lebih baik aku merem melek menikmati setiap detiknya.
"Oh, so you know what this baby can do? Go put it in, Gorgeous," pinta Gavin, melirikku sambil nyengir.
Aku menghela napas panjang. Kubuka kotak, lalu mengambil botol pelumas yang ada di dalam tasku. Pelumasku ini berbahan dasar air, tak pernah absen kulumuri di "mainan" sebelum memakainya.
"What a naughty girl. Lo udah prepare bawa itu? You really want it so bad, do you?" tawa Gavin pecah. Sebuah gelak yang mirip tawa kemenangan setan bertanduk.
Kubalas kalimat Gavin dengan menjulurkan lidah. Tiba-tiba, gerakan secepat kilat Gavin bikin napasku nyaris berhenti.
Bibirnya baru saja melumat cepat bibirku. Ditambah sebuah sapuan lidah yang beradu dengan lidahku. Tangan kirinya pun sempat mencubit puncak payudaraku yang sebenarnya sudah mulai mencuat keras di balik bra hitamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]
ChickLitCERITA DEWASA (21+) --- Patah hati ditinggal satu-satunya pacar serius yang pernah ia punya, membuat Amesh merasa dunianya ambruk. Tak cuma itu, ia jadi ikut skeptis akan cinta. Sebuah ironi bagi seorang penulis tips "modern love and romance". Ben...