Patah hati tak senyeri sakit gigi. Tetapi, sebel banget, perihnya sulit pergi.
Hanya gara-gara satu post di Instagram, mukaku udah kayak bengep dikeroyok warga main hakim sendiri. Aku menebalkan lagi eyeliner yang sudah luntur setelah episode mewek pagi. Tetap saja, aku terlihat kuyu. Kelopak mata bengkak coba kukompres kantung teh yang kudinginkan di freezer kulkas kantor. Agak mendingan, enggak terlalu panda amat mataku ini.
Cuma mood dan perasaan ambyar yang mengikuti seharian, berpadu dengan sakit kepala mendadak muncul.
I just wanna go home and hide under my blanket. Wishing the day will pass by and tomorrow I forget all about this.
"Neng, pulang weh. Soal planning program bulan depan, tadi udah keisi sebagian. Besok lanjutin bisa, deadline kan masih dua hari lagi," suruh Arif.
Rekan kerja baruku ini ternyata perhatian tingkat ayah teladan. Sampai tadi ia meminjamkan kacamata hitam buat menutupi mata bengkak ini. Setiap ada yang bertanya, Arif akan melontarkan candaan. Bilang aku keasyikan lihat Oppa-oppa Korea, maraton drakor sampai mata bintitan. Padahal aku geli banget nonton drakor. Romantisme seperti bukan teman akrab dan seleraku.
"Sebel gue, Rif. Ben enggak bisa anter gue balik. Lo kan juga masih ada kerjaan. Gue males balik sendiri," keluhku.
Suaraku makin parau. Arif kemudian mengambilkanku air mineral hangat. Sebotol minyak kayu putih tersodor di hadapanku.
"Pacar Neng katanya ada dua. Emang salah satu enggak bisa ke sini?" tanya Arif, duduk di samping sambil mengusap-usap lenganku.
Lah, iya yak! Kok aku lupa sama ksatria batang premiumku?
"Pinter lo, Rif! Gitu dong! Banyak-banyak minum susu makanya!" seruku, mencubit kedua pipi Arif yang melongo pol kayak ikan lele.
Aku mengirimkan chat ke ksatria yang paling cocok untuk tugas ini. Dia yang punya aura Prince Charming dan manisnya bikin diabetes melitus.
Kebetulan aku mau ajak kamu makan malam. Ya udah, makannya di rumah kamu, oke?
Balasan dari Luthfi datang dalam waktu sepuluh menit saja. Sekarang sudah jam empat sore. Paling satu jam dia sudah sampai di sini. Kantor Luthfi di Kuningan, tinggal lurus saja sebenarnya. Yah, paling terjebak kemacetan sore sedikit. Untung di luar cerah. Kalau hujan, aku makin putus asa menunggu dia menembus kemacetan yang makin parah.
Kukabari Sekar yang sedang rapat di luar kantor. Tentu saja, sahabatku mengizinkan. Pekerjaanku sudah selesai, walaupun aku susah payah mengerjakan dengan otak dan hati berantakan begini. Bahan artikel besok pun sudah tinggal menunggu persetujuan dari editor. Aku bisa merevisi di rumah nanti kalau ada yang perlu diperbaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanted Rebound Love (21+) [COMPLETED]
ChickLitCERITA DEWASA (21+) --- Patah hati ditinggal satu-satunya pacar serius yang pernah ia punya, membuat Amesh merasa dunianya ambruk. Tak cuma itu, ia jadi ikut skeptis akan cinta. Sebuah ironi bagi seorang penulis tips "modern love and romance". Ben...