Bab 8

38K 3.3K 219
                                    

Kabar gus Dzaki yang di temukan pingsan di kebun menjadi heboh. Apalagi sejak Najwa dikabarkan boyong, Dzaki menjadi lelaki yang sangat dingin. Tidak ada lagi sapaan ramah ketika melewati para santri, tidak ada lagi senyuman saat di sapa oleh para santri.

"Emang ada apa sih, antara Gus Dzaki sama Najwa. Mereka beneran deket banget ya?" Tanya Salwa pada Ayu.

Ayu hanya nyengir polos tanpa menjawab. Mana mungkin dia mau mengghibahkan sahabatnya sendiri.

"Yu, bener mereka pacaran?" Tanya yang lain lagi.

Ayu mendengus sebal, mereka terlalu bergosip. Tidak pantas santri melakukan hal itu.

"Najwa ngga pernah pacaran sama siapapun. Lagian Gus Dzaki sudah di jodohkan. Kemarin kan sudah khitbah orang. Jangan sebar gosip, dosa," jawab Ayu ketus.

"Kita kan cuma nanya aja. Jangan nyolot dong," sanggah Salwa.

"Awas kedengeran orang ndalem. Habis, kamu," kata Ayu.

Mereka terdiam, lalu Ayu meninggalkan kedua santri itu dengan perasaan kesal. Saat berjalan melewati koridor asrama putri, Ayu berpapasan dengan Gus Dzaki.

"Assalamu'alaikum, gus," sapa Ayu datar. Sebenarnya malas juga menyapa Gus Dzaki. Dia kan yang membuat Najwa sakit, yang bikin Najwa boyong. Tapi demi kesopanan terpaksa Ayu harus menyapa duluan.

"Wa'alaikum salam. Mba, bisa kita bicara sebentar," jawab Gus Dzaki.

Ayu menatap Gus Dzaki, ada tatapan penuh harap dari soror mata Gus Dzaki. Ayu mengangguk,

"Ikuti saya," kata Gus Dzaki.

Ayu berjalan mengikuti Gus Dzaki dari belakang. Mereka menuju kebun belakang. Gus Dzaki membawa se ember pupuk NPK. Ayu tahu, ini hanya kamuflase agar tidak menjadi bahan ghibah para santri.

"Kamu tahu nomer hp Najwa?" Tanya Gus Dzaki terus terang.

Ayu tersenyum sinis, Gus Dzaki akan mempermainkan perasaan Najwa lagi, pikir Ayu.

"Ngga ada. Lagian ngapain Gus Dzaki hubungi Najwa lagi. Menjauh saja dari Najwa, tidak pantas seorang lelaki yang sudah mengkhibah orang malah masih mendekati wanita lain," jawab Ayu dengan nada datar. Dia sepertinya sudah melupakann sopan santunnya.

"Kamu tidak tahu apa-apa. Sebaiknya beritahu saja," jawab Dzaki.

"Hahahah... Kamu lucu Gus, ngga perlu sok berlaga bicara menganggap Najwa adik. basi!" Sindir Ayu ketus. Kemudian meninggalkan Gus Dzaki tanpa mengucap salam.

"Jauhi Najwa. Sudah cukup kamu menyakiti dia kemarin, Gus. Apapun alasan kamu mengkhitbah Ning di luar sana. Itu pilihan kamu. Jangan sakiti Najwa lagi, dimata para santri tetaplah Najwa yang disalahkan," kata Ayu dengan nada datar sampai dia benar-benar meninggalkan Gus Dzaki yang masih terdiam.

Gus Dzaki mematung di tempatnya, dia harus menjelaskan pada Najwa. Dia tidak pernah turut andil dalam masalah khitbah itu. Bahkan dia tidak tahu menahu, tapi bagaimana caranya?

.
.
.
.
.

Sebuah mobil mewah bermerk Maybach Exelero memasuki halaman Pesantren. Tentu saja itu menjadi sorotan para santri. Saat lelaki ganteng dan bule keluar dari mobil, suara kasak-kusuk terdengar.

Mereka tercengang saat seorang remaja pria berwajah bule dan bermata hijau keluar dari mobil. Dia terlihat sangat tinggi dan gagah. Dengan celana jeans beserta kaos ketat membebat tegapnya.

"Masya allah, ada ikhwan keren. Bisa makin semangat ini," bisik salah satu santri yang sedang bertugas menyapu halaman depan Ndalem.

Mereka semakin kaget saat melihat Najwa keluar diikuti Ummahnya dan seorang adik Najwa.

JATUH CINTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang