Setelah semalaman menangis, mata Najwa membengkak. Gus Dzaki mengambil air es untuk mengompres mata Najwa.
Najwa berbaring karena kepalanya sedikit pusing. Gus Dzaki dengan telaten mengompres mata Najwa dengan handuk kecil.
"Sarapan dulu, nanti bobok lagi," kata Gus Dzaki lembut.
Najwa menggeleng pelan, matanya sudah sembab dan bengkak. Ditambah kepalanya pusing membuat nafsu makannya menghilang.
"Kita daftar pernikahan kita siang ini. Nanti di urus sama teman Jid Sholeh, kita terima beres saja," kata Gus Dzaki sembari mengompres mata Najwa.
Najwa seketika menjadi tegang, dia kembali menangis. Dadanya sangat sesak, dia takut meresmikan pernikahannya. Rasanya belum siap setelah melihat pertikaian Ummah dan babahnya kemarin.
Gus Dzaki melihat ada keraguan di mata Najwa, dia mengecup kedua mata Najwa lembut.
"Bee, kamu ragu?" Tanya Gus Dzaki lirih.
Najwa bangun dan menyenderkan tubuhnya pada ujung ranjang. Gus Dzaki membantu Najwa untuk duduk.
Air mata Najwa masih mengalir, dia sangat sedih sekarang.
"Bee, kamu ragu?" Tanya Gus Dzaki sekali lagi.
Najwa sesegukan berusaha menghentikan tangisnya.
"Bee, akang bukan Babah. Kamu bukan Ummah. Kita berbeda," kata Gus Dzaki lembut dan berhati-hati.
Najwa menunduk, rasanya tidak akan sanggup harus kehilangan Gus Dzaki suatu saat nanti.
Najwa masih terdiam, dadanya semakin sesak. Najwa menjadi ragu, apakah mereka akan bertahan atau bahkan seperti babah dan Ummahnya?
"Bee," panggil Gus Dzaki lembut.
Gus Dzaki menghapus air mata Najwa menggunakan ibu jarinya. Dia mengangkat dagu Najwa, mengecup kening Najwa lama.
"Bee, percayalah sama akang," kata Gus Dzaki memohon.
"N-Naj-wa ta-kut," bisik Najwa terbata, matanya semakin sembab.
Gus Dzaki menatap istrinya pedih, ini bukanlah hal yang mudah bagi Najwa. Setelah kehidupan pahit yang harus dijalani oleh Najwa dan Ummahnya tentu saja membuat Najwa ragu.
Walaupun kemarin Najwa terlihat santai dan menerima pernikahan mereka, setelah kembali melihat pertengkaran Ummah dan babahnya keraguan akhirnya menggerogoti hatinya.
Tidak mudah menjadi Najwa, perceraian kedua orang tuanya disaat usia Najwa masih sangat kecil. Pertikaian dan perebutan hak asuh yang mengharuskan Najwa terombang - ambing. Dan Najwa akhirnya memilih "keluar" dari semuanya.
"Bee, apa yang kamu takutkan?" Tanya Gus Dzaki lembut.
"Najwa belum siap jika suatu saat nanti jauh dari akang," bisik Najwa pelan, sangat pelan sampai nyaris tak terdengar.
Gus Dzaki merengkuh Najwa ke dalam pelukannya. Hatinya menghangat, setidaknya dia tahu Najwa mencintainya.
"Kita tidak akan seperti mereka, bee. Insya allah, percayalah," kata Gus Dzaki sembari tersenyum dan mengecup hidung Najwa.
"Jangan pernah ragukan akang lagi, bee," kata Gus Dzaki lembut dan terkesan memohon.
Najwa dan Gus Dzaki saling berpandangan, tanpa kata apapun. Bukankah ini sangat manis, tanpa perlu pernyataan kata cinta.
Gus Dzaki mengelus pipi Najwa lembut, mencoba memberi kenyamanan. Najwa mengelak dan menundukkan kepalanya.
"Kenapa Najwa?" Tanya Najwa lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH CINTA (End)
Espiritualini sequel dari "Abi untuk Najwa" Menjadi anak broken home tidak selalu buruk. Najwa menjadi salah satu si anak malang yang menjalaninya sejak usianya masih sangat kecil. Kerinduannya pada babahnya (red: ayah) selalu dipendamnya dalam-dalam. Dia tak...