30 SPECIAL POV GUS DZAKI

35.8K 2.6K 87
                                    

Sejak Ummi meninggal, saya harus tinggal di rumah abi. Sebenarnya, bisa saja saya menolaknya. Tetapi ini adalah amanah terakhir Ummi. Dan saya tidak akan pernah bisa menolak permintaan Ummi.

Abi sudah menikah lagi sejak lama, Ummi saya adalah istri ke dua. Ummi begitu sabar, meski banyak sindiran dan cemoohan ditujukan untuk Ummi. Tapi Ummi begitu setia menemani abi. Sampai abi sendiri yang menceraikan Ummi.

Saya tidak begitu tahu tentang itu, bagi saya cukup Ummi dan hanya Ummi. Saya tidak membutuhkan yang lain.

Tidak mudah bagi saya memasuki tempat ini. Berkumpul bersama mereka, mereka yang menyebut diri mereka sebagai keluarga.

Tidak ada yang membuat saya tertarik untuk bertahan disini. Kecuali setelah kedatangan dia si biang rusuh.

Gadis kecil yang entah bagaimana menjadi hal menarik bagi saya. Dia yang selalu ceria, dia yang selalu bertingkah bodoh dan ceroboh.

Monster kecil yang selalu membuat masalah. Dia Najwa, memasuki pesantren milik Ummi sejak usianya masih sangat kecil.

Saya bahkan tidak habis pikir, bagaimana monster kecil itu selalu berhasil memporak-porandakan saya. Dia dengan polosnya selalu menarik ulur perasaan saya.

Saya bahkan tidak bisa berkata apapun, dia yang sangat polos membuat saya kehabisan kata-kata saat dia mulai mempermainkan perasaan saya.

"Memang kenapa ngga boleh?" Itu pertanyaan pamungkas Najwa saat saya melarangnya melakukan sesuatu.

Saya sebenarnya telah dijodohkan dengan anak sahabat abi. Dia wanita mandiri, dia berpendidikan tinggi.

Namanya Salwa, dia gadis pandai dan lemah lembut. Jika dibandingkan Najwa maka dia jauh lebih dewasa dan pandai membahas banyak hal denganku.

Tetapi, saya lelaki yang menyukai gadis yang bergantung pada saya. Najwa sangat manja, sifat cerobohnya membuat saya harus selalu mengawasi dan memperhatikannya.

Najwa selalu mengandalkan saya untuk banyak hal, berbeda dengan Salwa yang lebih mandiri.

Sejujurnya, Salwa cocok jika dijadikan teman diskusi. Dia menyenangkan, tetapi tidak jika dijadikan istri.

Najwa tidak akan bisa saya ajak diskusi banyak hal, akan lebih banyak tertawa dan bergurau jika bersamanya.

Yang jelas, saya membutuhkan Najwa yang penuh warna dan selalu ceria. Dia sangat polos dan menggemaskan.

Saya akan merasa menjadi lelaki seutuhnya saat bersama Najwa. Najwa yang mengandalkan saya dalam banyak hal, dia selalu berbinar dan takjub saat saya menjelaskan sesuatu padanya meski hanya masalah sepele. Dia paling bisa mengambil hati dan membuat saya nyaman. Dia Najwaku, monster kecil saya, kesayangan saya, milik saya.

Dan sekarang, dia sudah menjadi istri saya. Menjadi   satu-satunya wanita yang akan saya lihat saat  saya pertama kali membuka mata untuk mulai hari dan orang yang saya lihat saat saya akan menutup mata di malam hari.

"Akang, lihat dong Najwa bisa membuat kue ini," kata istri saya setengah berteriak.

Matanya terlihat berbinar, setelah seharian dia menghancurkan dapur ndalem. Akhirnya dia memasuki kamar dengan membawa satu piring donat coklat.

Sebenarnya saya salut dengan semangatnya, dia memang senang mencoba banyak hal. Meskipun lebih banyak  gagal dari pada berhasil, tetapi dia tetap terlihat ceria.

Saya sampai terperangah melihat bentuk donat dalam piring yang dibawanya. Donat tak berbentuk dengan coklat dan meses yang bertaburan acak-acakan.

"Ini bikinan kamu?" Tanyaku.

Najwa mengangguk mantap, dia tersenyum bangga.

"Tentu dong. Akhirnya berhasil ngga gosong pas digoreng. Akang cobain dong," katanya sambil menyodorkan donat itu.

JATUH CINTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang