Bab 17

39K 2.9K 161
                                    

Najwa meringsut ke pinggir agar menjauh dari Gus Dzaki.

"Kamu, penjahat besar," kata Najwa dengan suara bergetar.

"Oh, kamu mau ciuman lagi?" Tanya Gus Dzaki dengan wajah yang masih terlihat datar.

Najwa melotot di buatnya, bukankah itu dosa?

Wajahnya memanas mengingat kejadian tadi, itu adalah ciuman pertamanya.

Nah, kan!
Astaghfirullah, seharusnya Najwa marah besar ini!

Bukan malah malu dan mau begini?

Najwa menepuk - nepuk pipinya beberapa kali. Agar sadar maksudnya.

Gus Dzaki memegang kedua tangan Najwa dan menatapnya khawatir.

"Itu akan sakit jika kamu pukuli terus," katanya khawatir.

Najwa melotot, Gus Dzaki memegang tangannya setelah tadi menciumnya!

Najwa melepas tangannya dengan paksa.

"Istighfar, Gus!" Teriak Najwa frustasi. Tangannya gemetar, dia bukan Gus Dzaki yang dikenalnya.

"Kenapa memangnya?" Tanya Gus Dzaki lagi.

"Ini dosa, Gus. Istighfar," seru Najwa dengan suara bergetar, dia sedang menahan tangis sekarang.

"Aku suami kamu, masalahnya dimana?" Tanya Gus Dzaki.

Najwa melotot, sejak kapan?

"Apa maksud kamu Gus?!" Teriak Najwa kesal.

"Aku sudah menikahi kamu malam saat aku menemui babahmu," jawab Gus Dzaki enteng.

"Bohong!" Teriak Najwa.

"Kamu lihat video di hpku saja," kata Gus Dzaki sambil menunjuk hp yang tergeletak di depan dashbord.

Najwa mengambilnya meskipun dengan tangan gemetar, entah bagaimana dia merasa takut sekarang.

Najwa mengambil hp Gus Dzaki dengan ragu, kemudian membuka layar serta menonton sebuah video.

Najwa menyandarkan tubuhnya di sandaran jok mobil. Tubuhnya lemas sekarang, kenapa tidak ada yang memberitahunya?

"Kapan?" Tanya Najwa lirih.

"Beberapa hari yang lalu," jawab Gus Dzaki.

"Kan saya sudah telpon kamu. Bahkan saya loadspeaker saat itu. Kamu jawab iya," kata Gus Dzaki mengingatkan.

Najwa terdiam sambik mengingat,

"Ya Allah, pas tengah malam telpon itu?" Tanya Najwa kaget.

Gus Dzaki mengangguk mantap. Najwa menepuk jidatnya, dia kira saat itu hanya main-main itu Gus Dzaki.

Najwa mengatur nafasnya yang memburu, dia tidak tahu harus bagaimana.

"Babah, kenapa?" Tanya Najwa dengan air mata menggenang.

Gus Dzaki mengulurkan  tangannya, mengusap kepala Najwa penuh sayang.

"Babah mau yang tebaik buat kamu," jawab Gus Dzaki lembut.

Najwa menatap Gus Dzaki dengan air mata berurai.

"Ummah, ayah?" Tanya Najwa sambil menangis.

Gus Dzaki menarik Najwa ke dalam pelukannya.

"Maaf, sekarang kita memang menuju kesana untuk membicarakan ini semua," kata Gus Dzaki lirih.

Najwa menangis terisak, kenapa keputusan sebesar ini Babah dan Ummahnya tidak menanyakan pada Najwa lebih dulu?

JATUH CINTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang