Bab 18

37.1K 2.8K 113
                                    

"Jadi, Najwa nanti mau kan tinggal bersama keluarga besar ndalem?" Tanya abah.

Najwa masih menunduk, rasanya masih canggung.

"Bagaimana?" Tanya Gus Dzaki.

"Afwan, abah, Ummi, Gus Dzaki. Kalau Najwa tinggal di asrama putri seperti biasanya apa diijnkan?" Tanya Najwa ragu.

Abah dan Ummi saling berpandangan.

"Itu terserah suami kamu," kata Ummi kemudian.

"Kenapa?" Tanya Gus Dzaki datar.

"Afwan, Gus. Kan saya masih MA. Jika pihak sekolah tahu saya bisa dikeluarkan. Lagian saya sebentar lagi lulus," jelas Najwa.

Gus Dzaki terlihat berfikir sejenak, akhirnya dia menyutujuinya. Lagian Gus Dzaki menikahi Najwa karena tulus menyayanginya dan ingin menjaga Najwa, bukan untuk nafsu.

"Baiklah. Tetapi saya tidak akan menyembunyikan pernikahan kita," jelas Gus Dzaki.

" Abah setuju, kita buat syukuran kecil nanti," kata abah.

Najwa mendesah pasrah, suaranya tidak akan pernah di dengarkan.

Ada raut kecewa di wajah Najwa, dan Gus Dzaki menyadari itu.

"Hari ini syukuran pernikahan kita, tapi tidak di umumkan nama kamu. Apa itu cukup buat kamu tenang?" Tanya Gus Dzaki pasrah.

Najwa tersenyum cerah,

"Iya. Kita umumkan saat Najwa lulus MA," kata Najwa bersemangat.

Gus Dzaki mengangguk lemah, abah dan Ummi hanya tersenyum tipis. Resiko menikahi remaja ya begini. Serba di bikin ribet sendirii.

" Nanti malah terjadi fitnah. Umumkan saja," kata abah.

"Ummi setuju dengan pendapat abah," jelas Ummi.

"Dipikirkan lagi baik buruknya, kalian bicarakan berdua di kamar sambil istirahat. Kita bicarakan lagi besok pagi," jelas Gus Alwi menengahi.

Akhirnya Najwa di ajak Gus Dzaki ke dalam kamar. Jantung serasa salto di dalam sana.

"Assalamu'alaikum," kata Najwa lirih saat memasuki kamar Gus Dzaki.

"Wa'alaiakum salam. Aku mandi dulu, kamu istirahatlah  sebentar," kata Gus Dzaki.

Najwa mengangguk malu-malu.

Najwa mengedarkan pandangannya. Kamar Gus Dzaki terrnyata luas dan mewah, sangat jauh dari kesan sederhana yang selalu dilakukan Gus Dzaki selama ini.

Fasilitas mewah di dalam kamar cukup menunjukkannya, bak hotel berbintang menurut Najwa. Bahkan kamar ayah Najwa si penggila kemewahan itu masih kalah dengan kamar Gus Dzaki.

"Duduklah," kata Gus Dzaki pada Najwa yang masih memindai setiap sudut ruangan kamar.

Gus Dzaki berjalan ke arah lemari, mengambil handuk dan sebuah benda pipih, i phone dengan seri terbaru.

"Main game saja biar ngga bosen. Kalo kamu tinggal disini kamu ngga akan terikat aturan asrama. Kamu juga jauh dari fitnah," kata Gus Dzaki

Najwa menerma i phone itu dengan sedikit canggung, Najwa melirik Gus Dzaki.

"Ada kuota,"kata Gus Dzaki sambil terkekeh kecil mengetahui maksud lirikan Najwa.

Najwa tersenyum cerah sambil malu- malu kucing.

Gus Dzaki mengusap kepala Najwa lalu meninggalkannya ke kamar mandi. Di dalam kamar Gus Dzaki memang berbeda. Fasilitasnya lebih mewah dari milik Gus Alwi atau bahkan kamar abah sendiri.

JATUH CINTA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang