"Mohon maaf sebelumnya. Saya tidak ingin melanjutkan rencana pernikahan ini," kata Gus Dzaki. Suasana yang tadi ramai mendadak menjadi hening, abah menatap Gus Dzaki tajam.
"Apa maksud kamu Gus?" Tanya Kyai Hasyim dengan nada sedikit marah.
"Maaf, dari awal saya tidak tahu apapun soal rencana ini. Bahkan saa tidak pernah mengkhitbah siapapun," kata Gus Dzaki lagi
"Gus! Jaga bicara kamu!" Sentak Abah.Gus Dzaki hanya diam, kepalanya menunduk.
"Tapi persiapan kita bahkan hampir rampung," sanggah kyai Hasyim.
Ning Salwa menangis dipelukan Umminya. Kyai Hasyim terlihat menhan amarahnya."Apa maksud perkataan putramu itu,Kyai Ahmad?" Tanya Kyai Hasyim pada abah.
Abah terlihat gelisah, dia menatap tajam pada putranya. Putranya benar-benar menolak secara terang-terangan.
"Maaf, nanti saya bicarakan dengan Gus Dzaki. Dia hanya grogi saja," kilah Abah.
"Apa maksud kamu adalah kamu menolak putri kami?" Tanya Ummi Ning Salwa sambil menahan tangis."Mohon maaf, saya tidak menolak siapapun karena dari awal saya tidak pernah mengkitbah siapapun. Dari awal juga tidak ada yang menemui saya dan keluarga untuk melamar saya.Jadi, menurut saya ini hanya kesalahpahaman saja, kata Gus Dzaki.
" Keterlaluan! Kalian telah mempermainkan keluarga kami!" Kata Kyai Hasyim setengah berteriak.
Suasana menjadi semakin mencekam, tidak ada yang berani membuka suaranya setelahnya.Gus Dzaki berdiri, kemudian mencium tangan par sepuh. Gus Dzak menangkupkan kedua tangannya di dada lalu sedikit membungkukkan badan di depan Ning Salwa.
"Maafkan saya, semoga ukhi mendapatkan jodoh yang terbaik dari Allah," bisik Gus Dzaki lirih.
Ning Salwa menangis sesegukan,kemudian dia berlari masuk ke dalam kamarnya. Gus Dzaki meninggalkan rumah itu setelah sebelumnya dia mengucapkan salam.
Tiba-tiba saja Najwa selalu ada dipikirannya tadi. Hati Gus Dzaki menjadi tidak tenang, apalagi setelah lama melaksanakan sholat istokharoh sepertiya Najwa adalah jawaban atas segala doanya selama ini.Gus Dzaki ingat pertemuannya dengan santri baru itu. bagaimana Gus Dzaki dipukuli oleh santri baru itu hingga babak belur.
"Gue ngga akan serahin Kak Najwa pada pecundang macam lo!" Teriak santri baru itu tajam.
Gus Dzaki dapat menyimpulkan, santri baru itu adalah saudara Najwa.
Dia tidak akan menjadi pecundang, secepatnya dia menjelaskan kesalah pahaman dengan keluarga besar Ning Salwa dan segera melamar Najwa..
.
.
.
.
.Begitu sampai di dalam pesantren, abah meminta Gus Dzaki menghadap padanya di perpustakaan.
"Assalamu'alaikum," kata Gus Dzaki sopan.
"Wa'alaikum salam, " jawab Abah pelan.Tanpa di duga abah menampar Gus Dzaki sangat keras hingga Gus Dzaki hampir saja terjungkal ke belakang. Sudut bibirnya kini sudah berdarah."Keterlaluan kamu Gus!" Teriak abah murka. Gus Dzaki hanya menundukkan kepalanya tanpa berani menatap abah.
"Kamu sadar dengan yang kamu lakukan tadi?" Tanya abah dingin.
"Maaf abah, tapi saya benar-benar tidak ingin melukai hati Ning Salwa," jawab Gus Dzaki pelan.
" Kamu justru melukai hati banyak orang atas perbuatanmu kali ini,Gus," kata Abah tajam."Abah, saya mohon maaf. Saya benar-benar tidak bisa. Saya tidak sehebat abah dan mas Alwi. Saya akan menikahi satu orang. Dan hanya gadis itu," jawab Gus Dzaki.
"Kamu datanglah selesaikan masalahmu dengan Keluarga besar Kyai Hasyim," titah Abah.
"iya abah. Nanti saya akan datang menemu beliau secara pribadi," jawab Gus Dzaki
"Apa yang membuat kamu menolak?" Tanya abah.
"Afwan abah, Saya sudah memilih dan akan segera meminang gadis itu,"jawab Gus Dzaki.
"Siapa?" Tanya abah.
"Najwa," jawab Gus Dzaki tegas."Apa? Dia bahkan baru kelas tiga Aliyah, Gus," kata Abah tidak percaya dengan apa yang di ucapkan putranya.
"Insya allah saya sangat yakin. Dan insya allah saya akan segera mengkhitbah Najwa secepatnya," jawab Gus Dzaki mantap.
Abah terduduk lemas di kursi, dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya.
"Kamu mau menikah dengan Najwa, dia bahkan sebulan bisa berkali-kali kena takzir. Dia masih sangat kekanakan. Bagaimana bisa?" Gumam abah frustasi.Gus Dzaki masih menunduk tanpa berani menatap abahnya.
Kemudian abah menyeret Gus Dzaki menuju dapur. Suara berisik sudah terdengar dari ruang tengah.Abah membuka sedikit tirai dapur.
"Kamu lihat dapur jadi kapal pecah saat jadwal Najwa piket. Dia bahkan tidak tahu mana gula mana garam," kata Abah sambil menunjuk ke arah Najwa.
Di dalam dapur terlihat Najwa yang heboh dan kerepotan sendiri saat memasak, belum lagi peralatan dapur yang tercecer dimana-mana.
Gus Dzaki justru tersenyum geli melihat betapa hebohnya Najwa hanya untuk membuat sambal goreng saja.
Belum lagi, Najwa berkali-kali hampir tersandung, dan benar saja akhirnya Najwa jath tersungkur di lantai.
Abau menutup matanya, mendesah pelan. Dia benar-benar akan memiliki menantu super ceroboh ini dan batal memiliki menantu santun dan serba bisa seperti Ning Salwa??Abah menepuk pundak Gus Dzaki,
"Abah harus merukiyah kamu, Gus," kata abah pelan lalu meninggalkan putranya.Gus Dzaki tersenyum kecil, ternyata abah merestuinya.
Najwa mendongak dan kaget saat dia baru menyadari tersungkur dibawah kaki Gus Dzaki. Belum lagi wajah dan pakaiannya yang belepotan.
"Sebaiknya jangan bakar dapur ndalem," kata Gus Dzaki dengan tatapan datar.
Najwa gelagapan, dia ketakutan melihat Gus Dzaki menatapnya tajam.
"ma-maaf Gus," kata Najwa gelagapan.
" Hari ini saya banyak melakukan dosa karena kamu. kamu harus bertanggung jawab Najwa," Kata Gus Dzaki lalu meninggalkan Najwa yang masih terbengong di lantai.
"Mau sampai kapan kamu tidur di lantai, Najwa?" Tanya Gus Dzaki lalu masuk ke dalam kamarnya.
Najwa gelagapan lalu bangkit, dia masih memikirkan perkataan Gus Dzaki barusan.
"Emang aku bikin masalah apa lagi?" Gumam Najwa bingung.
Sedangkan di dalam kamar Gus Dzaki tersenyum kecil,
"Bagaimana bisa saya lebih memilih gadis ceroboh dan ngga becus melakukan apapun kaya kamu dan menolak Ning Salwa yang jelas-jelas bibit unggul itu?" Gumam Gus Dzaki lirih.
Dia akan memiliki banyak tugas ke depannya. Sepertinya menjaga Najwa adalah hal paling brrat dalam hidupnya. Najwa terlalu ceroboh dan sembrono, siapapun tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH CINTA (End)
Spiritualini sequel dari "Abi untuk Najwa" Menjadi anak broken home tidak selalu buruk. Najwa menjadi salah satu si anak malang yang menjalaninya sejak usianya masih sangat kecil. Kerinduannya pada babahnya (red: ayah) selalu dipendamnya dalam-dalam. Dia tak...